ch.4

1.5K 205 1
                                    

Hening...

.

Apakah ini di desa?

Kalau ya.? Mengapa tiba tiba dia berada di desa?

Bukankah tadinya dia ada dirumah sakit?

Tapi melihat kondisi saat ini.. Nana dengan tegas meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini bukan dirinya. Karena tubuhnya tidak sekecil ini..

Bukan tempatnya.. karena ini bukan rumah mewahnya..

Bukan pula zamannya.. karena di zamannya hampir tidak ada atap genteng dan penerangan obor..

Jadi dia menarik kesimpulan dengan berani..

Dia telah meninggal dan berpindah ruang dan waktu.

Nana kesulitan menjelaskan kepada pemuda di depannya.

Apakah era ini sudah mengenal amnesia?

"Aku, aku akan panggil tabib" anak lelaki itu beranjak bangun dari ranjang kayu.

"Tunggu, kakak" Nana menahan pergelangan tangan anak lelaki itu.

"Kakak jangan panggil dokter tolong. Ini.. hanya aku.. kepalaku sedikit sakit dan aku.. um.. sedikit melupakan sesuatu.. tapi aku tidak kerasukan atau apapun itu.." Nana mencoba menjelaskan dengan kata kata sederhana kepada anak lelaki itu.

Nana berharap bahwa anak lelaki itu tidak akan membawanya ke kuil untuk melakukan exorcism padanya.

"Lupa?"

"Sedikit.. banyak.. yah, kakak selebihnya aku baik baik saja"

"Apa saja yang kau lupakan?"

"Hm.. ini.. tempat tinggal, umur.. nama.. kau.." semakin Nana berbicara suaranya semakin kecil.

Dia juga tidak percaya dia mengatakannya kepada seseorang yang tidak dia kenal.

Pemuda itu tercengang. Ini sama seperti kertas kosong tanpa tulisan.

Pemuda itu menghela nafas. Mungkin kejatuhannya di sungai kemarin membuatnya menyakiti otaknya, sehingga kenangannya tentang kehidupan terhapus..

Tidak apa apa itu bisa diterima. Asalkan adiknya baik baik saja.

"Baik.. tidak apa apa. Asalkan kau baik baik saja sekarang"

"Um.. apa kau akan membawaku ke kuil untuk ditindaklanjuti?"

"Tidak.. tidak ada kuil disini. Untuk apa ke kuil?"

"Kakak, kalau begitu bisakah kau ceritakan tentang aku? Siapa aku?" Nana menjawab dengan kepala tentunduk. Nana merasa gila di dalam dirinya.

"Yah.. seperti yang kau tahu kita adalah saudara.. saudara kembar. Namaku Gu Xiao dan namamu Gu Xiao Na. Kita tinggal di wilayah kekaisaran Zhao. Desa Xinghe. Itu.. tempat kita adalah sekitar tiga ratus meter dari pinggiran desa Xinghe"

"Dipinggir desa?"

"Kami tinggal dikaki gunung sekarang" Gu Xiao menjelaskan kepada Nana.

"Apa? kaki gunung. Apakah gunung ini gunung berapi aktif? Maksudku.. kapan terakhir gunung ini meletus?" Nana tiba tiba panik. Nana tidak ingin terkubur dibawah abu vulkanik jika suatu saat gunung erupsi ditengah malam.

"Ini tidak meletus. Karena tidak ada kawah didalamnya. apa kau tahu? Seorang kultivator senior pernah bermeditasi didalamnya selama seratus tahun."

"Wow, kultivator? Apakah itu Orang yang bisa terbang?"

"Ya, kau ingat tentang kultivator, tapi melupakan tentang aku, apalagi namamu sendiri? Hmph.."

"Hm.. maaf aku tidak bisa menghindari ini" Nana berkata dengan menyesal. Mungkin lain kali dia harus memikirkan dulu apa yang harus dia katakan nanti.

"Baiklah, sudah larut.. kau harus istirahat. Besok aku akan melihat jebakan kita dihutan, siapa tahu itu akan mendapatkan ayam hutan" Gu Xiao merebahkan Nana dan menutupinya dengan selimut tipis.

"Kakak.. apa kau sudah makan?"

"Tentu saja. aku sudah makan lebih dulu. baik, sekarang tidurlah"

"Kak, bisakah memanggilku Nana.."

"Mengapa?"

"Ya, menurutku lebih mudah memanggil ku begitu"

"Baiklah, Xiao Nana apakah kau ingin kakak mematikan obornya?"

"Tidak, jangan. aku takut gelap" Nana menyusut dibalik selimut.

"Hm.. sekarang aku yakin kau memang saudariku"

"Kakak...!!" Nana segera panik.

"Baiklah tidurlah. Kakak juga akan istirahat. Jika kau butuh sesuatu berteriak saja" Gu Xiao menutup pintu bambu di ruangan Nana.

Saat ini Nana sedang memilah milah hal yang terjadi ini. Suara tetesan air masih terdengar menetes di panci tembaga yang usang.

Kekaisaran Zhao, Desa Xinghe..

Rasanya seperti nama Tempat didalam buku novel. Tapi tak terhitung buku novel yang menggunakan nama nama tempat yang sama.

Jadi pertanyaannya adalah, apakah dia berpindah ke dunia buku Novel yang pernah dia baca? Tapi yang mana?

Baik, untuk sekarang.. mari kita jalani kehidupan kedua ini dengan perlahan.

Transmigrasi : Bertahan Hidup Di Kaki GunungWhere stories live. Discover now