ch.23

981 162 7
                                    

Setibanya dirumah.. Nana dan Gu Xiao segera membersihkan ikan.

Tidak perlu menunggu ikan untuk memuntahkan lumpur. Nana bisa membersihkan seluruh tubuh ikan sampai putih.

Nana berencana untuk menggoreng semua ikan. Kira kira masing masing ikan berbobot empat kilo.

Heh, jangankan empat kilo, aku bahkan bisa memakan seekor sapi.

Nana sangat senang.

Nana mengerat sisi sisi ikan, lalu mulai memarinasi ikan, Nana segera menyiapkan irisan aneka bawang, jahe dan lengkuas. Ini untuk menghilangkan bau amis ikan.

Nana mulai menggoreng ikan. Sementara Gu Xiao menjaga api. Nana menutup wajan agar minyak tidak mengenai Gu Xiao yang berada di depan perapian.

"Kakek, apakah kakek memiliki sesuatu seperti teh?"

"Umm, ini dia. Bukan teh, akan tetapi lebih baik dari teh." kakek Tuo mengeluarkan semacam herbal mirip teh.

Tidak masalah.

Lalu Nana mengeluarkan pot. Yah, ini pot yang sama yang digunakan untuk memasak bubur.

Nana bertekad, saat uang datang maka dia akan melengkapi perlengkapan dapurnya.

Nana segera menyeduh teh di pot.
Setelah mendidih lebih lama nana segera mengangkat pot.

Tidak lupa Nana segera membalik ikannya.

"Gu Xiao menyingkirlah" Nana menyuruh Gu Xiao menyingkir. Anak laki laki biasanya menyimpan dendam dengan penggorengan dan minyak.

Usai menggoreng kedua ikan Nana segera menyiapkan bumbum untuk menumis ikan.

"Sial, aku lupa bahwa satu ikan sudah memakan seluruh wajan, kakak, tolong potong potong ikan menjadi empat bagian. Sisihkan kepala ikannya."

Gu Xiao segera mengerjakan perintah Nana.

Nana segera memasukkan ikan kedalam wajan, lalu menambahkan sedikit air, gula, garam, cuka, dan kecap.

Nana berharap ini adalah bumbu yang tepat. Di era modern dia biasa menggunakan bumbu praktis untuk semua masakannya.

Ini benar benar sesuatu. Tidak pernah terpikir bahwa dia akan melakukan transmigrasi ini.

Dalam perenungan Nana, tak lama, Harum tumis ikan asam manis segera tercium di udara.

Sangat sangat sangat lezat..

Inilah yang dipikirkan tiga orang.

"Tinggal sedikit lagi, biarkan bumbu meresap"

Sementara itu, Nana segera menyingkirkan herbal teh di dalam pot. Hingga tersisa air teh kecoklatan di pot.

Nana menuangkan teh ke dalam cangkir masing masing.

Lalu menambahkan sedikit madu dan gula ke dalamnya.

Orang pertama yang menyesap teh adalah kakek Tuo.

"Kakek bagaimana?"

"Baru kali ini aku merasakan teh lezat ini, kau pandai membuat masakan"

"Tentu saja." Nana menjawab dengan bangga.

"Ups, sepertinya ikan sudah matang."

Nana segera mengangkat wajan, agar ikan tidak gosong.

Nana segera merasakan sakit kepala. Mereka tidak memiliki piring saji.

"Kakak, apakah kita tidak memiliki piring besar."

"Umm.. sepertinya ada." Gu Xiao segera pergi ke kamarnya. Nana mengawasi dari pintu dapur.

Keluar dari Kamar, Gu Xiao membawa kunci logam. Gu Xiao berjalan menuju kamar orang tua mereka. Nana segera mengikuti dari belakang.

Gu Xiao segera membuka pintu kamar.

Di dalam kamar terdapat ranjang kayu merah besar. Di atasnya terdapat tumpukan bingkusan kain.

Di lantai ada banyak kotak kotak kayu. Di dalam kotak kayu yang dibuka satu persatu oleh Gu Xiao terdapat banyak perabotan. Ada lusinan mangkok keramik dan sumpit serta sendok, ada penanak nasi, ada set teko teh keramik, ada pula kotak kotak kecil yang tersusun rapi.

Nana merasa pusing melihat semua ini. Nana sangat ingin memukul Gu Xiao.

Transmigrasi : Bertahan Hidup Di Kaki GunungWhere stories live. Discover now