ch.50

849 127 0
                                    

Saat ini mereka sudah keluar dari
Toko Gufan. Ya, toko besar itu bernama Gufan.

Nana saat ini sedang mencari kapas, dia ingin membuat tampon. Lagipula tubuhnya mulai sehat, Nana takut jika sewaktu waktu bibinya mengunjungi, dia tidak punya persiapan, Nana akan sangat malu.

Nana pergi ke toko kain.

"permisi, apakah toko mempunyai kapas?"

"ada, kemarilah nona, pilih sesukamu" penjaga toko mengajak Nana melihat lihat kapas.

Nana melihat kapas, dan bertanya berapa harganya. Ternyata satu kilo kapas sangat mahal. Nana merasa sayang untuk menggunakan kapas sekali pakai.

Akhirnya Nana melihat kain handuk. Nana memiliki ide di hatinya.

"um, apakah pemilik memiliki kain anti air?"

"Kain anti air? Apakah maksudmu kain tenda?"

"perlihatkan padaku"

Ternyata kain tenda disini adalah lembaran lembaran kulit binatang yang agak tipis. Nana kurang lebih bisa menggunakannya.

"pemilik, apakah pemilik memiliki jarum dan benang yang sesuai untuk kain ini dan ini?" Nana menunjuk kain yang dibelinya. Dan pemilik toko memberikannya.

Nana juga menanyakan tentang karet, tetapi pemilik tidak memahami apa itu karet, Nana juga bingung, bagaimana ada kain handuk tapi tidak ada karet. yah lagipula selama ini dia mengikat celananya dengan erat. Tanpa karet sedikitpun.

Akhirnya Nana membeli lusinan kain handuk dan kain tenda. Nana menghabiskan 100 wen untuk itu.

Nana memiliki ide untuk hal hal ini.. Peluang Bisnis..

Kemudian Nana berjalan menuju penjual sayuran. Nana membeli beberapa lobak, sawi, mentimun, kentang, buncis, terong, dan beberapa kubis.

Saat Xiaozhi dan Nana menaikkan sayuran, mereka melihat tandu yang dikelilingi oleh sepuluh prajurit.

Menurut apa yang dikatakan orang orang, tandu itu membawa seorang sarjana yang baru lulus ujian kekaisaran.

Setelah tandu berlalu, dibelakangnya adalah seorang pemuda berpakaian lucu sedang menabuh gong kecil.

"datang dan saksikan... Pertunjukan dewi chang e di paviliun Bunga Delima malam ini, hanya 10wen untuk menyaksikannya."

pang, pang, pang

"kakak, mari kita melihat, aku belum pernah melihat pertunjukan"

Xiaozhi meng"iya"kan Nana, lagi pula hari masih sore, meski mereka pulang malam juga tidak apa apa.

Akhirnya mereka sampai di paviliun Bunga Delima. Paviliun mulai ramai. Banyak orang berbondong bondong melihat.

Nana dan Xiaozhi memesan tempat. Mereka segera menikmati pertunjukan. Hal pertama adalah pertunjukan musik dari sitar, pemusik adalah seorang wanita cantik, akan tetapi riasannya.. Err.. Agak tidak cocok.

Jadi Nana mengabaikan riasan dan hanya fokus pada musik.

Tak lama berselang, panggung mulai melakukan pertunjukan utama. Ada pemusik di atas panggung bagian belakang. Lalu para pemain mulai beraksi.

Nana tidak begitu mengerti jalan ceritanya, karena pemain berkata dengan bernyanyi. Itu agak seperti opera modern.

Xiaozhi sepertinya sangat menikmati pertunjukan. Kepalanya kadang mengangguk dn sesekali menyesap teh diatas meja.

Nana merasa lehernya kram. Jadi di memutar lehernya ke atas dan ke bawah, ke kiri dan ke kanan.

Sesaat dia merasa kaget dan takut, karena dia melihat hantu yang pernah dia lihat tempo hari berdiri dibalkon lantai dua, tempat dimana para Vip menonton. Hantu itu mengamati ke bawah, lalu tiba tiba dia turun.

Menghampiri orang yang paling mabuk diruangan itu. Seketika Nana merasa kedinginan disekujur tubuhnya. Bulu romanya berdiri, Nana merasa pusing tak terkendali..

Oh, sial apapun tapi jangan hantu.

Nana melirik Xiaozhi yang masih asyik menonton pertunjukan.

Nana menarik narik baju Xiaozhi..

"hm?"

"kakak, mari kita pulang. Aku merasa mengantuk" Nana bergeser dan memiringkan tubuhnya ke arah Xiaozhi.

Tapi sebelum dia berdiri dari kursi, hantu itu sudah berada di samping Xiaozhi, menatap Xiaozhi dengan tajam dan kejam.

Ya itu tatapan yang kejam. Seolah olah Xiaozhi sudah membantai seluruh keluarganya.

Xiaozhi menepuk dadanya dan terbatuk batuk. Nana sangat panik, tidak mau bertatap muka dengan hantu itu. Nana meraih pergelangan tangan Xiaozhi dan bergegas keluar dari sana.

Dijalan, Xiaozhi masih agak terbatuk batuk. Mereka tidak segera menaiki gerobak sapi, gerobak sapi diparkir agak jauh, bersama dengan segala macam kereta kuda yang digunakan para penonton di paviliun. Ini mirip layanan valet di era modern.

Jalan menuju tempat gerobak diparkir agak sepi karena berada dibelakang paviliun.

Nana merasakan semakin gelisah, saat Nana menoleh ke belakang, Nana sudah terlambat..

Transmigrasi : Bertahan Hidup Di Kaki GunungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang