ch.94

639 101 4
                                    

"Tuan silakan masuk.. Silakan pilih menu." Nana mempersilahkan jenderal masuk dan menyerahkan menu.

Kedai pagoda kini memiliki banyak karyawan. Tapi karyawan saat ini sedang mondar mandir membersihkan meja. Dan xiao er yang biasa menerima tamu sedang membersihkan salah satu kamar pribadi di lantai dua.

Dan anggota keluarga yang lain sedang dalam misi membantu beberapa pasukan kekaisaran diperbatasan. Apa boleh buat, kaisar sudah turun memohon ke seluruh wilayahnya. Siapapun master yang tersembunyi diharapkan untuk turun tangan membantu pasukan. Termasuk Gu Xiao yang telah memasuki ranah Golden core tahap akhir.

Lagipula Mereka membutuhkan pengalaman tempur juga.

Tapi.., bukankah sepertinya kaisar ini agak.., ramah..?


Saat ini jenderal sedang makan dan mengetahui bahwa ada yang berbeda dari makanan yang pernah ia makan.

"Nana, sudah larut.. Mari istirahat.. Biarkan mereka yang membereskan." kakek turun dari lantai tiga sambil menguap.

"tunggu sebentar kakek, masih ada pelanggan." Nana saat ini sedang mengikat uang agar mudah dihitung keesokan harinya.

"oh.."

"kau..?"

kakek dan jenderal saling melihat.. Um, sepertinya mereka saling mengenal..

"kalian saling kenal?" Nana bertanya penasaran.

"penatua bagaimana kau ada disini?" jenderal segera menelan makanannya.

"ah, jenderal Ming.. Kebetulan sekali" kakek segera menghampiri jenderal Ming dan duduk didepannya.

"oh, ya,.. Penatua Gu, lama tidak bertemu.."

"ya, ya.. Bagaimana kabarmu?"

"baik sangat baik.. Mengapa penatua ada disini?"

"hehehe.. Ini sekarang adalah rumahku.. Bagaimana denganmu?"

"aku akan pergi ke pesisir untuk melihat situasi."

"baiklah selesaikan makananmu, traktiranku..! dan kita akan mengobrol lagi nanti" kakek kemudian berdiri dan mengambil roti melon di etalase dan memakannya lalu berbincang dengan Nana.

Kakek sangat menyukai roti melon.

Setelah Jenderal makan, kakek menghampirinya.

"hai jenderal ming bagaimana situasi di pesisir?"

"baik, hanya satu atau dua masalah. Terakhir kali aku mendapat kabar bahwa menara pengawas di tengah laut tiba tiba roboh tanpa sebab, padahal itu dibangun setengah tahun yang lalu."

"apakah kau curiga ada kekuatan eksternal yang terlibat?"

"aku curiga begitu, tapi kita masih harus menyelidiki lebih lanjut."

"baiklah, apakah kau akan melanjutkan perjalananmu dimalam yang gelap ini?"

"bisakah aku meminjam lentera?"

"daripada begitu, bagaimana jika anda menginap dirumah kami. Rumah kami agak kosong saat ini"  Nana menawarkan dengan murah hati.

"bisakah?"

"tentu saja" kakek mengangguk anggukkan kepalanya dengan santai.


Lalu mereka menutup kedai bersama para karyawan dan segera kembali pulang.

Saat memasuki rumah, jenderal Ming berpapasan dengan Zee.
Jenderal Ming hampir menghunuskan pedangnya.

"tidak tidak, dia anggota keluarga" kakek buru buru menahan tangan jenderal Ming.

"apa? Tapi dia.."

"bukan, di Bukan iblis.. Dia hanya bermata merah.. Ini semacam kelainan.."

"tapi auranya..?"

"haa.. Aku tidak bisa menyembunyikannya darimu.. Dia sebenarnya ditinggalkan ayahnya ditanah terlarang karena matanya dan agar dia binasa. Jadi dia memiliki aura kesuraman seperti iblis, tapi aku menyelamatkannya. Meski dia agak diam, tapi dia sangat patuh.."

"ha,..??" jenderal Ming penuh tanda tanya.

Meski ceritanya penuh celah tapi,..
Orang orang di sekte Teratai Putih memang terkenal aneh dan suka mengumpulkan orang orang aneh.. Terutama anak yatim aneh dan Beast aneh.. Semua benda benda aneh berkumpul di sekte Teratai Putih..




"baiklah.. Ini kamarmu.. Selamat beristirahat" kakek mengantar Jenderal Ming sampai di kamar tamu.


"ehm.. Kakek" Nana menarik lengan baju kakek.

"baiklah ada apa?" kakek berhenti dijalurnya.

"tiba tiba aku ingin ke pantai.."

"untuk apa?"

"aku hanya ingin.. Bolehkah aku pergi?"

"kakek sebenarnya juga ingin pergi ke pantai.. Bagaimana jika kita mengikuti Jenderal Ming besok?"

"ide yang bagus.."

"siapkan keperluanmu.. Besok kita akan langsung berangkat.."

"bagaimana dengan bisnis kita?" Nana bertanya ragu ragu..

"ah, kita hanya akan pergi selama satu minggu lalu kembali.."


Begitulah duo kakek dan cucu segera melemparkan tanggung jawab bisnis kepada Dewa Raksha.. Sementara mereka berdua pergi ke pantai tanpa beban.



Diperjalanan..

Mereka mengendarai wagon besar sepanjang jalan. Sementara jenderal Ming sudah bergegas di lini depan. Mereka tidak takut ketinggalan.

Karena apa? Kuda yang menarik wagon mereka adalah Kuda Pegasus angin yang bermutasi..

Pegasus ini sangat cepat dengan hidung tajam seperti anjing.. Dia bisa melacak orang sampai sejauh 1 mil. Staminanya juga sangat kuat. Tapi dia sangat santai.. Lebih santai daripada pengangguran. Caranya berjalan saat menarik wagon seperti wanita muda yang berjalan jalan di taman membawa sekeranjang bunga bunga ditangannya.

Mereka berdua juga tidak perlu tali kekang untuk mengarahkan kuda. Kuda ini akan merajuk jika dia diperlakukan seperti kuda.

Apa yang kuda ini makan adalah apa yang tuannya makan. Jadi, bagaimana kuda ini bisa datang dan tersangkut di keluarga mereka.?

Tentu saja ini karena aroma makanan dari dapur keluarga mereka. Kuda ini datang sendiri dan berdiam di halaman rumah. Saat Seseorang memberinya makan rumput dia akan mendorong rumput dengan jijik.

Beruntungnya Dewa Raksha memahami bahasa beast. Jadi begitulah ceritanya.. Kuda ini akhirnya menjadi salah satu anggota keluarga Gu.

Ngomong ngomong.. Mereka memberinya Nama Gu Taoqi..


"kakek.. Menurutmu paman Xigen bisa mengatasi dirumah sendiri?"

"jangan khawatirkan dewa.. Kita harus membuat agenda saat kita dipantai.. Jangan sampai membuang waktu berharga kita.."

"oh oh.. Aku ingin menangkap ikan dan terumbu karang.." Nana menyebutkan dengan antusias..

"kalau begitu kita harus menaiki perahu dan menyelam.."

"apa? Tapi kita tidak punya perahu.."

"jangan khawatir.. Aku sudah mengambil artefak perahu mini dari Mo Xigen.."

"astaga kakek. Apakah kita akan ketahuan?"

"mustahil.. Dia memiliki ratusan artefak.. Tidak mungkin dia akan tahu kalau dia kehilangan satu perahu usang"

Duo kakek dan cucu sangat nakal, sebenarnya dewa Raksha sudah tahu.. Tapi dia hanya menggelengkan kepala dan membiarkan mereka begitu saja..

Transmigrasi : Bertahan Hidup Di Kaki GunungWhere stories live. Discover now