ch.12

1.1K 171 0
                                    

Saat fajar menyingsing. Seseorang memanggilnya.

"Xiao Na , Xiao Na... lihat apa yang dibawa bibi.." seorang wanita paruh baya membawa keranjang penuh sawi dan sedikit telur ayam.

"Bibi.. kau datang pagi pagi sekali.. " Gu Xiao berkata kepada bibi Huo. Gu Xiao baru saja kembali dari menimba air di sungai. Air digunakan untuk mengisi gentong besar.

"Ah, ini seperti ini, pamanmu Huo akan menanam padi hari ini.. aku berharap kalian bisa membantu sedikit. Ini adalah upah untukmu"

"Tapi bibi, Nana baru saja pulih. Aku saja yang akan menanam padi."

"Baiklah, tidak apa apa.. meskipun pekerjaan Xiao Na lebih baik darimu. Hehe"

Gu Xiao tersenyum malu malu.

"Apakah Xiao Na sedang memasak?"

"Benar, dia di dapur"

"Baiklah aku akan mengantarkan hal hal ini"

Bibi Huo berjalan menuju dapur.

Dia melihat potongan potongan kulit sesuatu.

Saat ini Nana sedang merebus singkong dengan garam. Singkong rebus lebis lezat daripada singkong kukus. Setidaknya singkong rebus lebih lembut dan berair, dan tidak menyebabkan tersedak saat memakannya.

Sementara hidangan jamur tumis dan sup bayam sudah diatas meja bersama dengan bubur yang sedikit kental.

"Xiao Na, apa yang hitam diatas meja itu?"

"Oh, hai bibi.. apakah bibi sudah bertemu kakakku?"

"Ya, dia didepan sedang menyiapkan tandon air"

Bibi ini terlihat baik, jika Gu Xiao mengizinkannya masuk berarti mereka tidak berkonflik dengannya.

Nana sangat khawatir akan bagaimana sosialisasi para warga desa. Yah, setidaknya di dalam novel, selalu ada orang desa sebagai antagonis.

Tapi sepertinya tidak dengan bibi ini.

"Begini, Xiao Na, nanti pamanmu Huo akan menanam padi, kami ingin mengundangmu menanam padi, tapi Gu Xiao berkata kau baru sakit? Bagaimana keadaanmu?"

"Yah bibi ini hanya demam. Bibi silahkan duduk dulu" Nana sedang mengatur perapian.

"Oh, Xiao Na apa ini?" Bibi Huo menunjuk benda hitam didalam mangkuk.

"Ini semacam jamur, seseorang memberikannya karena aku membantu membawa kayu bakar. Ini kenyal dan lezat bibi cobalah"

"Tidak tidak, ini untuk sarapan keluargamu," bibi Huo tidak menunjukkan rasa jijik pada makanan yang aneh didepannya.

"Aku harus menyiapkan masakan untuk nanti siang. Ini, ini adalah upah untuk menanam padi. Nanti saat menanam padi selesai aku akan memberikan sisanya."

"Bibi mengapa repot repot.." Nana mengulurkan tangan untuk mengambil alih keranjang sayuran. Sedikit berbasa basi tidak ada salahnya kan..

Ada tiga kerat sawi bok coy yang sangat besar. Serta delapan telur ayam.

"Bibi bukankah ini terlalu banyak..?"

"Hehe, hanya kalian yang akan berkata bahwa upah ini terlalu banyak. Orang lain bahkan akan meminta lebih banyak. Hehe, baiklah bibi akan kembali. kalian bisa sarapan kemudian datanglah ke persawahan bibi."

"Baik, terimakasih bibi"

"Sama sama"

Saat bibi Huo keluar dapur dia bertemu dengan Gu Xiao,

"Bibi akan kembali?"

"Ya, segeralah sarapan, kami menunggumu di persawahan"

"Baik, terimakasih bibi"

Gu Xiao memasuki dapur dan melihat sarapan di atas meja.

"Kakak tunggu sebentar aku akan memasak telur. Aku akan merebusnya. Tidak tunggu aku menggunakan pancinya untuk merebus singkong. Aku akan membuat telur orak arik."

"Nana, tidak usah.. ini sudah cukup"

"Bagaimana bisa cukup, kakak tidak ingin telur, tapi aku ingin. Aku ingin makan telur. Jadi tunggu aku memasak telur,dan kita akan sarapan bersama.. kakak tolong besarkan apinya.." sementara Nana berbicara dia sudah mengambil wajan dan mengoleskan minyak beku..

Saat minyak memanas. Dia memasukkan tiga buah telur ke dalamnya. Telur segera mendesis riang.

"Jika ditambahkan daun bawang rasanya akan lebih lezat" Nana bergumam sendiri.

Gu Xiao hanya memandangnya dengan sayang. Sejak dia diberkati oleh dewa. Hal hal yang dilakukannya semua baru.

Di desa tidak ada yang akan menggoreng telur. Pernah suatu ketika, seseorang mencoba menggoreng telur, tapi saat telur memasuki wajan panas, telur meledak di wajahnya. Itulah mengapa orang enggan menggoreng telur. Mereka selalu merebus telur.

Segera setelah telur orak arik matang mereka memulai sarapan.

"Kakak siapa bibi tadi?"

"Itu bibi Huo, dia orang terkaya di desa kita."

"Oh, apakah dia memiliki banyak petak sawah?"

"Yah, setidaknya saat panen mereka akan menghasilkan 500kuintal beras."

"Umm, baiklah.. Apakah banyak orang akan menanam padi? Aku berencana membawa beberapa singkong rebus nanti."

"Mungkin sekitar 20 orang"

"Oh, sangat banyak, kupiki singkong rebus tidak cukup."

"Satu panci sudah cukup, banyak wanita juga akan membawakan makan siang nanti. Kita bisa berbagi"

"Oh, baiklah."

Transmigrasi : Bertahan Hidup Di Kaki GunungWhere stories live. Discover now