ch.3

1.6K 211 0
                                    

Agak lama kemudian anak lelaki itu datang membawa mangkuk besar dan mangkuk kecil.

Nana dibangunkan oleh anak itu.

"Adik, waktunya makan"

"Hm" Nana menerima mangkuk yang diberikan oleh anak lelaki itu.

Saat Nana melihat isi di dalamnya..

"Um, apa ini?"

"Bubur, apakah ingin aku suapi?"

Nana menggeleng lemah.

Apa kau yakin ini bukan air nasi?

Saat kecil Nana biasa diberi campuran air nasi, gula dan garam oleh neneknya. Neneknya mengklaim bahwa ini adalah suplemen penggemuk badan alami.

Di dalam mangkuk yang dia pegang samar samar ada sedikit nasi yang mengambang dipermukaan.

Karena merasa lapar, Nana langsung menyeruput hal itu. Yang pertama dirasakannya adalah perasaan sedikit asin dan sedikit gurih.

Tak lama bubur dalam mangkuk habis. Anak lelaki itu menyerahkan air minum.

"Bagaiman perasaanmu adik?"

"Baik, sudah lebih baik" Nana memperhatikan wajah pemuda itu.

Berfikir apakah dia memiliki sepupu jauh atau apa? Seingatnya keluarganya di desa hanya nenek kakek, serta paman pertama yang mengolah tanah warisan di desa. Anak pamannya, yaitu sepupunya adalah perempuan. Hampir semua cucu perempuan, kecuali bibi bungsu yang sedang mengandung.

"Um, kau siapa?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja.

"Apa? Adik kau bercanda ya?"

"Tidak, aku bersungguh sungguh. Aku tidak mengenalmu."
Nana menggoyangkan kepalanya buru buru.

"Aku saudaramu.. kau tidak ingat aku?"

Transmigrasi : Bertahan Hidup Di Kaki GunungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang