ch. 14

1K 181 0
                                    

Saat semua orang sudah selesai dengan pekerjaan mereka. Mereka langsung pulang karena hari sudah sore.

Nana berjalan ke tepi sungai dan melihat banyak ikan seukuran jari berenang diantara bebatuan. Warnanya mengkilap ini adalah ciri khas ikan air tawar.

Ikan ini jika digoreng garing akan menyerupai makan ikan asin goreng. Jika ditambahkan dengan bumbu pedas dan rempah serta kacang goreng, maka rasanya akan menjadi lebih lezat.

Lagi lagi mulut Nana sudah berair. Gu Xiao melihat tatapan serakah Nana.

Apakah dia berencana membuat sesuatu lagi.?

Nana butuh jaring, Nana sangat membutuhkan jaring. Karena ikan air tawar sangat gesit.

Ini tidak bisa ditunda. Saat hasil penjualan ginseng didapatkan dia akan membuat daftar panjang perbelanjaan..

Untuk saat ini, hanya bisa memanen daun bawang di depannya.

"Kakak, bantu aku menagmbil daun bawang"

Gu Xiao tanpa berkata apa apa melintas ke seberang sungai untuk memanen daun bawang. Orang orang jarang memakan daun bawang karena bau dan sengau.

"Kakak ambil yang sudah layu juga. Aku membutuhkan umbinya"

Yah, sesuatu yang layu itu adalah bawang putih dan bawang merah. Sungguh aneh bahwa keluarga bawang hidup berdampingan. Tapi Nana hanya melihat bahan makanan dimatanya.

Setelah memanen bawang, Gu Xiao memangkas Daun besar sebagai penutup di atas belut.

"Hal ini bau, dan hal ini menyengat lidah.. apa yang akan kau lakukan dengannya.?" Gu Xiao bertanya dengan serius.

"Dengan berkah dewa aku bisa menjadikan hal hal tidak berguna ini menjadi makanan lezat" Nana berbisik ditelinga Gu Xiao.

...

Saat mereka pulang ke rumah. Nana segera membersihkan daun bawang, bawang putih dan bawang merah. Untuk belutnya, Nana menyuruh Gu Xiao mencari tembikar lama di pekarangan rumahnya. Nana tidak berencana untuk mengolah belut sekarang.

Nana dan Gu Xiao mencari lumpur untuk tempat hidup belut. Setelah semuanya selesai dilakukan. Mereka beristirahat, lalu Nana berencana membuat ubi kukus lagi. Menurutnya itu sangat praktis dan tidak merepotkan lagipula ubi itu manis dan mengenyangkan.

Nana memeras sisa madu yang diperoleh kemarin, lalu membuat air madu untuknya dan kakaknya.

"Terimakasih" Nana menyerahkan air madu kepada Gu Xiao yang sedang menghadapi perapian.

"Nana, kakak akan naik ke gunung untuk membuat jebakan."

"Aku ikut kakak,"

Gu Xiao meng"iya"kan Nana, saat mereka memakan ubi kukus. Mereka melihat ayam pegar yang terjerat dihalaman.

Mereka mengikat kaki ayam pegar di pohon dihalaman.

Transmigrasi : Bertahan Hidup Di Kaki GunungWhere stories live. Discover now