ch.95

584 90 1
                                    

Tiba dipantai..

Jalur pantai ternyata tidak sepi seperti yang mereka duga. Itu penuh dengan tenda tenda tentara di pesisir.

Dan juga ada dua menara menjulang ditengah laut. Salah satu diantaranya roboh dan banyak orang sedang memperbaikinya.

Saat mereka datang, mereka dihampiri oleh prajurit yang bertugas.

"apakah kalian keluarga Gu?"

Mereka berdua mengkonfirmasinya.

Jenderal Ming sudah mengabarkan sebelumnya., bahwa akan ada dua orang berkereta dibelakangnya yang membawa ransum tentara.

Akhirnya, mereka berdua memasuki pantai, melepaskan Taoqi dan berjalan bertiga. Menyusuri bagian pantai yang tidak berpenghuni.

Sementara wagon berisi ransum, telah diserahkan ke prajurit untuk ditangani. Mereka berdua tidak menunggu jenderal Ming untuk menyambut mereka.

Mereka berjalan di sepanjang tepi pantai dengan santai. Sesekali mereka akan mengambil kerang atau gurita yang terdampar.

 
Mereka benar benar mempersiapkan segalanya. Nana membawa ember ditangan kanannya. Sementara matanya mencari cari di tepi pantai lalu sampailah mereka di tepi pantai dengan banyak batu karang, Nana mencari kerang dicelah celah batu karang.

Nana mengutip beberapa kerang darah kecil, ada kepiting juga dan bulu babi..

"omo, kakek.. Lihat.. Kerang yang besar.."

"mana?"

"itu... tersangkut dicelah celah.."

"hei.. Mengapa kerang yang begitu besar bisa masuk di celah batu karang?" kakek melihat kerang merah bata sebesar piring di celah batu karang.

"kakek tidak masalah.. Potong saja celahnya.. Daging didalam kerang pasti sangat melimpah.."

"benar.. Mari kita buat kerang panggang.."

Duo itu hanya memikirkan makanan.

Kakek kemudian mengeluarkan belati dengan gagang giok merah..

"kakek.. Kau mencuri dari paman Sha lagi?"

"shhh.. Ini namanya meminjam.. Tapi jangan bilang bilang pamanmu Sha.."

"oke.."

"ini namanya belati penebusan.. Mo Xigen membuatnya setengah tahun yang lalu.. Sayang sekali jika tidak digunakan.."

"woah.."

"belati ini bisa digunakan untuk memotong apa saja.." kakek membolak balikkan belati.

"apa saja..?"

"Kecuali kulit manusia.."

"kok bisa?"

"lihat ini.. Mata pisau adalah giok darah yang tumpul.. Lihat.." Kekek menebaskan pisau ketangannya..

Nana hampir berteriak ngeri..

"jangan takut.. Lihat baik baik.. Nah, Bukankah pisau ini tidak berguna? Ini tidak bisa menyakiti orang. Hanya bisa digunakan untuk menggali atau memotong batu dan besi. Pamanmu tidak membuat senjata. Dia membuat rongsokan.."

"setidaknya ini berguna saat ini.." Nana bergumam sambil melihat kakek mengurik celah..

"kakek aku ingin mencoba.."

"tidak bisa.."

"kenapa?"

"kau tidak berkultivasi.. Jadi tidak bisa menggunakan pisau ini."

Transmigrasi : Bertahan Hidup Di Kaki GunungWhere stories live. Discover now