ch.90

649 90 1
                                    

Pagi ini Nana terbangun agak pusing. Nana duduk dikepala tempat tidur. Memijat pelipisnya.

Nana mengingat ingat apa yang terjadi kemarin?

Seingatnya dia mencari para wanita siluman itu untuk berurusan dengan mereka. Tapi, dia lalu mabuk.. Samar samar dia mengingat raut wajah seseorang?

Apakah saudaranya yang mengangkutnya pulang?

Nana menggaruk tulang selangkanya dengan iseng..

Hm..? dimana kalungku?

Nana meraba raba dan membuka bajunya.

"hm? Tidak ada? Apakah terjatuh disuatu tempat?"

Nana mencari cari diseluruh kamar, membongkar lemari dan peti.

"aduh.. Bagaimana ini?" Nana menggigit kuku jarinya. Nana tiba tiba mengingat mimpi itu. Bahwa dia harus meneteskan darah diatas Liontin. Dia menepuk dahinya sendiri.

"ck, aku akan bertanya kepada saudaraku"

Tiba dihalaman dia bertemu Shizhi dan Aria yang menjemur pakaian seperti biasa sama seperti saat Aria bertubuh anak anak.

"kakak.. Siapa yang kemarin menjemputku?"

"itu dewa Raksha"

"dimana paman Raksha?"

"dimenara" mereka berdua menunjuk menara.

"baik, terimakasih"

Nana berlari menuju menara. Pintu menara tidak dikunci jadi Nana langsung masuk.

Walau terlihat kecil, ternyata didalamnya sangat luas. Ada berderet deret buku memenuhi dinding menara. Ada meja dan lemari kaca dengan banyak hal yang Nana tidak tahu di dalamnya.

Ada juga pintu yang sedikit terbuka dia mengetuk pintu lalu masuk.

"paman, apa kau didalam? Aku akan masuk"

Nana kemudian membuka pintu dan masuk ke ruangan. Di dalam ruangan, mirip seperti kamar kerja era modern. Ada meja besar dengan dua kursi disisi lain meja. Ada juga kursi kayu panjang disisi lain dinding.

Dan ada dua orang yang sedang duduk sambil minum teh.

"oh, ternyata paman ada tamu? Maaf aku telah mengganggu" Nana hendak berbalik.

"ah, Nana lupa padanya?" dewa Raksha tersenyum dan menyipitkan mata.

"ha?" Nana berbalik dan melihat seorang pria tampan bermata biru duduk dengan anggun berseberangan dengan dewa Raksha. Nana menggaruk kepalanya.

"dia yang menemukanmu ditepi sungai kemarin. Kau hampir jatuh ke sungai. Dan dia menolongmu"

"oh, begitukah.. Uh.. Em. Dermawan terimakasih banyak telah menolongku.. Hehe.. Aku mabuk saat itu. Jika aku menyinggungmu tolong maafkan aku" Nana membungkuk dan berterima kasih kepada Mo Yinghan.

"en" Mo Yinghan menurunkan bulu matanya untuk menutupi kilatan antusiasmenya.

Kau sangat menyinggungku kemarin, Nona muda.

"ah ya, paman aku sebenarnya ingin bertanya"

"katakanlah"

"bukankah paman yang menggendongku pulang? Aku ingin tahu apakah paman pernah melihat kalungku..? Itu kalung benang merah dengan liontin giok separuh bundar dengan pahatan burung phoenix"

"bukankah kau memberikannya padanya?"

"ah, apa? Aku? Loh kenapa?"

"tanya padanya.." dewa Raksha melemparkan pertanyaan pada Mo Yinghan.

Transmigrasi : Bertahan Hidup Di Kaki GunungWhere stories live. Discover now