#105

29 5 0
                                    

Draz dan Venka baru saja tiba, di sebuah tempat yang tidak kalah indah, dari tempat-tempat yang sudah mereka kunjungi.

Segera Draz menoleh ke arah Venka yang berada di sebelahnya, dan menyunggingkan senyuman, "Sekarang, buka kedua matamu" suruhnya.

Perlahan, Venka pun membuka kedua matanya, dan mengedarkan pandangan ke sekitar. Namun kedua matanya langsung membulat, saat melihat sebuah air terjun, yang berada di depannya, dan dikelilingi dengan pepohonan berwarna merah muda, sehingga terlihat begitu indah, dan menyegarkan mata. Segera Venka menoleh ke arah hantu itu, yang kini sedang menjelma menjadi manusia, lalu ia berkata, "D-Draz, sekarang kita ada di mana?" tanyanya.

Sebuah senyuman pun mulai terukir di wajahnya Draz, lalu menatap ke depan, dan berkata, "Sekarang, kita sedang berada di sebuah air terjun, yang berada di Ticino, Swiss".

"Swiss?" tanya Venka, dan Draz langsung mengganggukkan kepalanya. Lalu ia kembali memperhatikan ke sekitar, dan berkata, "Aku tak menyangka, jika di Swiss ada air terjun, dengan pemandangan seindah ini".

Mendengar apa yang baru saja gadis itu katakan, membuat Draz kembali menyunggingkan senyuman, "Kalau begitu, sebaiknya kau duduk di ayunan itu, dan kita nikmati keindahan ini bersama" ujarnya.

Venka pun langsung menoleh ke arah Draz, dan mengerutkan dahinya, "Ayunan? Memangnya, di sini ada ayunan?" tanyanya.

Segera Draz mengganggukkan kepalanya, dan berkata, "Tentu saja ada, dan ayunannya ada di sebelah kiri mu".

Tanpa mengatakan apa-apa, Venka pun langsung menoleh ke arah sebelah kirinya, dan benar saja, di sana memang terdapat sebuah ayunan. Melihat benda tersebut, membuatnya langsung tersenyum senang, dan menoleh ke arah Draz, "Aku mau menaiki ayunan ini" katanya.

"Boleh, ayo sini ku bantu" ucap Draz, sambil mengganggukkan kepalanya, "Tapi hati-hati, jangan sampai terpeleset, karena bebatuan yang kita injak ini, cukup licin" sambungnya.

"Baik" jawab Venka, sambil mengganggukkan kepalanya. Kemudian, ia mulai berjalan, dan menghampiri ayunan tersebut.

Melihat hal itu, buru-buru Draz memegang pergelangan tangannya Venka, dan membantunya untuk berjalan.

Setelah sampai di depan ayunan tersebut, Venka pun langsung menaikinya dengan hati-hati, dan berpegangan pada kedua tali, yang berada di sisi kiri, dan kanan ayunan itu.

"Apakah kau sudah siap?" tanya Draz, yang berdiri di belakangnya Venka.

"Sudah" jawab Venka, sambil mengganggukkan kepalanya, dan menatap ke depan, yang merupakan pemandangan, yang begitu indah.

"Baiklah, kalau begitu aku akan mulai mendorongnya dengan perlahan" ujar Draz, yang kemudian mendorong ayunan tersebut dengan hati-hati.

Ayunan itu pun mulai melaju, setelah Draz mendorongnya. Merasakan hal tersebut, membuat Venka mulai tersenyum senang, karena ia sudah begitu lama, tidak naik ayunan.

Sedangkan Draz, ia hanya memperhatikan dari belakang, sambil menyunggingkan senyuman.

"Draz selalu tahu, cara membuatku bahagia" ucap Venka di dalam hati, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Bagaimana Venka, apakah kau menyukainya?" tanya Draz, sambil terus memperhatikan gadis itu, dari belakang.

"Bahkan sangat suka" jawab Venka, tanpa menoleh sedikitpun.

Sebuah senyuman pun kembali terukir di wajahnya Draz, namun ia tidak mengatakan apa-apa. Tapi di dalam hatinya, ia berkata, "Andai saja kau tahu Venka, aku selalu merasa sangat bahagia, saat melihatmu yang terlihat bahagia, terutama jika kau bahagia, saat bersama dengan diriku".


***********************


Saat ini, Draz dan Venka tengah duduk di dekat sebuah danau, yang berada di Swiss. Ya, setelah puas bermain ayunan, dan menikmati pemandangan yang begitu indah, Draz mengajak Venka ke tempat lain, yang masih berada di negara tersebut.

"Draz" ujar Venka, sambil menatap danau, dengan air yang berwarna biru, sehingga membuat danau tersebut, terlihat indah.

"Iya, kenapa Venka?" tanya Draz, sambil menoleh ke arah Venka, yang duduk di sebelahnya.

"Sebenarnya, aku ingin berbicara jujur padamu" jawab Venka, tanpa menoleh sedikitpun.

"Berbicara jujur?" ucap Draz, dan Venka langsung mengganggukkan kepalanya, "Itu bagus, karena aku begitu menyukai kejujuran" sambungnya, sambil mengganggukkan kepalanya.

"Tapi kurasa, kau akan begitu terkejut setelah mendengarnya" ujar Venka, sambil menoleh ke arah Draz.

Draz pun langsung mengangkat satu alisnya, setelah mendengar apa yang baru saja gadis itu katakan, "Oh ya? Kalau begitu, cepat katakan karena aku jadi penasaran" katanya, yang terlihat begitu antusias.

Dengan berat, Venka menghela nafasnya, dan kembali menatap ke arah danau, "Aku mencintaimu, Draz" ucapnya.

Dahinya Draz pun langsung mengerut, setelah mendengar apa yang baru saja Venka katakan. Tapi kemudian ia tertawa, dan menatap ke depan, "Kau pasti sedang bercanda kan, Venka?" ucapnya.

Segera Venka menggelengkan kepalanya, dan menoleh ke arah Draz, "Tidak, aku sedang tidak bercanda. Karena aku, memang mencintaimu Draz" ujarnya, sambil menatap hantu itu dengan dalam.

Mendengar apa yang baru saja Venka katakan, membuat Draz langsung menoleh ke arah gadis itu, dan menatapnya tanpa mengatakan apa-apa.

"Aku tahu, dunia kita memang sudah berbeda, tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku. Dan kutahu, tidak seharusnya aku jatuh cinta padamu, karena kita tidak akan pernah bisa bersatu" tutur Venka, tanpa melepaskan pandangannya dari Draz.

Draz pun langsung menghela nafasnya dengan kasar, dan memalingkan pandangannya ke depan, "Sudah kuduga, kalau kau akan membicarakan hal itu. Dan kau benar, kita tidak akan pernah bersatu, karena dunia kita sudah berbeda" katanya.

"Tapi, bagaimana perasaanmu terhadapku, Draz? Apakah kau mempunyai perasaan yang sama, seperti yang ku rasakan?" tanya Venka, yang masih menatap hantu itu, dari samping.

"Maaf Venka, aku tidak bisa menjawabnya. Sebab, aku tidak mau, jika hal tersebut, akan membuat hubungan pertemanan kita menjadi renggang" ujar Draz, sambil menoleh ke arah Venka.

Dengan kasar, Venka menghela nafasnya, dan menggangguk paham. Lalu ia memalingkan pandangannya ke depan, dan berkata, "Ya, aku paham".

Sebuah senyuman pun mulai terukir di wajahnya Draz, lalu ia merangkul gadis itu, dan berkata, "Sebaiknya, kita nikmati saja waktu bersama kita, selagi aku masih diberikan kesempatan, untuk berada di dunia ini".

Namun Venka hanya mengganggukkan kepalanya saja, tanpa mengatakan apa-apa. Tapi di dalam hatinya, ia berkata, "Tidak seharusnya, aku mengatakan hal itu. Dan sebaiknya, memang aku pendam saja perasaan ini. Tapi kini, aku merasa begitu lega, karena sudah mengungkapkan perasaanku padanya, walaupun aku tidak tahu, bagaimana perasaannya terhadapku".














To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now