#14

149 19 0
                                    

Melihat raut wajah si pria misterius, membuat ibunya paham, mengapa anak pertamanya itu, tidak ingin makan. Lalu ia menghela nafasnya dengan kasar, dan mengusap bahunya si pria misterius, "Pasti karena ayahmu, ya?" tanyanya, dan si pria misterius langsung mengganggukkan kepalanya, "Jangan kau pikirkan, ayahmu memang seperti itu, begitu keras terhadap anaknya, apalagi pada anak laki-lakinya. Jadi tidak usah, kau pikirkan kata-katanya" sambungnya, disertai dengan senyuman yang terukir di wajahnya.


Si pria misterius pun langsung menghela nafasnya, dan beralih menatap ibunya, "Tapi menurutku, ayah memang benar, Bu. Aku adalah seorang anak, yang tidak berguna. Dan aku tidak pantas, ada di keluarga ini, karena hanya merepotkan kalian saja" katanya.

Mendengar apa yang baru saja anaknya katakan, membuat ibunya si pria misterius menjadi sedih. Lalu ia segera menarik si pria misterius ke dalam pelukannya, dan mengusap-usap punggungnya, " "Kau tak boleh berbicara seperti itu, nak. Tidak ada anak, yang tidak berguna. Dan tidak ada orang tua, yang merasa direpotkan oleh anaknya" ujarnya, yang berusaha untuk menenangkan anaknya.

Namun si pria misterius malah melonggarkan pelukan ibunya, dan menatap wanita yang sangat dicintainya itu, "Tapi kenyataannya, memang seperti itu, Bu. Aku adalah seorang anak, yang tidak berguna, dan hanya merepotkan kalian saja" ucapnya.

"Tidak nak, kau—"

"Ternyata kau di sini, ayo kita makan malam" ujar ayahnya si pria misterius, yang tiba-tiba saja datang, sehingga membuat ucapan ibunya si pria misterius, jadi terpotong.

"Iya" jawab ibunya si pria misterius, yang kemudian beralih menatap anak pertamanya, "Ayo nak, kita makan malam" ajaknya, disertai dengan senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Kalian duluan saja, aku sedang tidak ingin makan" jawab si pria misterius, sambil menundukkan kepalanya.

Mendengar jawaban anaknya, membuat pria paruh baya itu, langsung memutar bola matanya, dan melipat kedua tangannya di dada, "Sudahlah, biarkan saja jika ia tak ingin makan. Lagipula, nanti juga akan merepotkan dirimu lagi" ucapnya.

Kedua matanya Venka pun langsung membelalak, saat mendengar apa yang baru saja, dikatakan oleh ayahnya si pria misterius. Lalu ia berkata, "Seharusnya kau tidak boleh berbicara seperti itu, pada anakmu!". Namun sayang, tak ada satupun dari mereka bertiga, yang bisa melihat, atau pun mendengarnya.

"Ayah! Bisa tidak? Kau jangan berbicara seperti itu?" ucap ibunya si pria misterius, dengan nada bicara yang sedikit lebih tinggi, sehingga membuat si pria misterius, langsung mengangkat kepalanya, dan menatap ibunya.

Tapi ayahnya si pria misterius malah memutar bola matanya, dan berkata, "Tidak usah membela anakmu itu, nanti ia jadi manja. Dan anak laki-laki, tak pantas manja pada orang tuanya".

Dan setelah itu, ayahnya si pria misterius pun berlalu begitu saja, tanpa berkata apa-apa lagi.

Dengan berat, ibunya si pria misterius menghela nafasnya, dan menoleh ke arah anak sulungnya itu, "Kita makan ya, nak?" ucapnya, disertai dengan senyuman, yang terukir di wajahnya.

Namun pria misterius itu, malah menggelengkan kepalanya, dan menjauhkan posisi duduknya, dari ibunya, "Tidak Bu, kau makan duluan saja. Jika aku sudah lapar, maka aku akan segera makan" ujarnya.

Karena tak ingin berdebat, ibunya pun mengganggukkan kepalanya, dan segera berdiri, "Kalau begitu, ibu makan dulu ya, nak" ucapnya, sambil mengukirkan senyuman.

"Iya Bu" jawab si pria misterius dengan datar.

Dan kemudian, ibunya segera berjalan keluar dari kamarnya si pria misterius, dan menutup pintunya kembali.

Melihat hal tersebut, membuat Venka menghela nafasnya dengan kasar, dan beralih menatap si pria misterius, yang duduk di dekatnya, "Benar kata ibumu, seharusnya kau jangan dengarkan ucapan ayahmu. Dan, kau harus makan, jangan menyiksa dirimu" ucapnya.

Namun si pria misterius malah menghela nafasnya dengan kasar, dan bangkit dari tempat tidurnya. Lalu ia berjalan menuju jendela, dan berdiri di dekat sana, "Sepertinya, memang hanya ibu saja yang tidak membenciku. Bahkan, ayahku sendiri sangat membenci diriku. Dan memang tak seharusnya, aku ada di dunia ini" ucapnya.

"Heh! Jangan berbicara seperti itu. Semuanya tidak membencimu" ujar Venka, sambil menatap si pria misterius dari samping.

Tapi tiba-tiba. . .












To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Där berättelser lever. Upptäck nu