#39

84 20 0
                                    

Edvard dan Venka mendudukkan tubuhnya di atas rerumputan, yang berada di halaman belakang, kampus mereka.


"Bagaimana, Draz terlihat baik, kan?" ujar Venka, sambil menoleh ke arah Edvard, dan menyunggingkan senyuman.

"Tidak, ia terlihat biasa saja, walaupun tampan, tapi lebih tampan diriku. Ditambah, ia terlihat begitu datar, dan juga cuek" jawab Edvard, sambil memalingkan pandangannya, dari Venka.

Venka pun menghela nafasnya dengan sedikit kasar, dan menundukkan kepalanya, "Itu karena kau baru pertama kali, bertemu dengannya. Tapi jika sudah sering dekat, ia akan terlihat sangat bersahabat, dan begitu baik" katanya, yang kembali menyunggingkan senyuman.

"Ya ya, aku tahu kini ia adalah sahabatmu juga" ucap Edvard, sambil memutar bola matanya.

Namun Venka hanya terkekeh saja, dan menggelengkan kepalanya, karena ia merasa, Edvard sedang cemburu pada Draz, sebab ia takut, jika Venka meninggalkannya, karena sudah memiliki, sahabat baru.

"Tapi Venka, kusarankan padamu, untuk tidak jatuh cinta padanya, karena bisa saja, jika ia memberikan pengaruh yang buruk padamu, atau lebih parahnya, ia mengajakmu untuk ikut bersama dengannya, ke alamnya" ujar Edvard, sambil menoleh ke arah Venka, dan menatapnya dengan dalam.

Mendengar apa yang baru saja sahabatnya katakan, membuat Venka tertawa geli, dan menggeleng-gelengkan kepalanya, "Edvard Edvard, aku tahu kau sedang cemburu padanya, makanya kau berkata seperti itu" katanya.

"T-Tidak, aku tidak cemburu padanya, lagipula kenapa aku harus cemburu?" sangkal Edvard, sambil menggelengkan kepalanya, dan memalingkan pandangannya, ke depan.

"Sudahlah Ed, kau tidak usah mengelak, karena aku sudah tahu, jika kau cemburu pada Draz, sebab kau takut, aku akan meninggalkanmu, karena sudah memiliki, sahabat yang baru, yang kapan saja, bisa selalu menemaniku" ucap Venka, yang masih tertawa.

Namun Edvard hanya diam saja, dan menundukkan kepalanya, tanpa mengatakan apa-apa.



*************************



"Argh, akhirnya sudah sampai part 20" ucap Venka, sambil menghela nafasnya dengan lega, dan menyunggingkan senyuman, saat ia berhasil, menyelesaikan part ke-20, ceritanya Draz.

"Tidak terasa ya, sudah sampai part 20"

Segera ia menoleh ke arah sumber suara, saat mendengar suara tersebut, namun betapa terkejutnya ia, saat melihat Draz, yang sedang duduk, di sebelah kirinya, "Draz, sejak kapan kau duduk di situ?" tanyanya.

"Baru saja. Kenapa, kau kaget ya?" ucap hantu itu, yang memanglah Draz.

"Ya. . . Aku hanya sedikit terkejut saja, habisnya kau tiba-tiba, sudah duduk di situ, biasanya kan kau selalu muncul, di dekat jendela" ujar Venka, sambil memalingkan pandangannya, dari Draz.

"Kalau begitu, maaf sudah membuatmu jadi terkejut" ucap Draz, yang disertai oleh senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Iya, tidak apa-apa" jawab Venka, sambil mengganggukkan kepalanya.

"Oh ya, aku ingin mengatakan sesuatu padamu" ujar Edvard, sambil menatap Venka, dari samping.

"Ingin mengatakan apa?" tanya Venka, sambil menatap layar laptopnya.

"Sepertinya, sahabatmu itu tidak baik untukmu" ucap Draz, sehingga membuat Venka, langsung menoleh ke arahnya.

"Kenapa kau mengatakan seperti itu? Kau kan baru sekali bertemu dengannya" ujar Venka, dengan dahinya yang ia kerutkan.

"Benar, aku memang baru sekali, bertemu dengannya. Tapi aku sudah bisa melihat, jika ia tidak baik untukmu. Bahkan, ia terlihat tidak suka padaku" ucap Draz, sambil memalingkan pandangannya, ke depan.

Dengan kasar, Venka menghela nafasnya, dan memalingkan pandangannya, dari hantu itu, "Draz, kau tahu kan? Kalau menilai seseorang dari luarnya, itu tidak baik, apalagi jika kau baru pertama kali, bertemu dengannya" katanya.

"Iya, aku tahu hal itu, tapi itu lah yang kulihat darinya. Dan saranku, sebaiknya kau berhati-hati dengannya, apalagi jika mengingat, ia yang menyukaimu" ujar Draz, sambil menoleh ke arah Venka, dan menatapnya dari samping.

Segera Venka menoleh ke arah hantu itu, dan menatapnya dengan dahinya, yang ia kerutkan, "Dari mana kau tahu hal itu? Dan, tidak mungkin jika Edvard, bukanlah seorang pria, yang baik. Karena aku sudah cukup lama, kenal dengannya" katanya, yang kembali menatap ke depan.

"Aku bisa melihatnya, dari cara ia, menatap dirimu" ucap Draz, sehingga membuat Venka, langsung menoleh ke arahnya. Lalu ia menghela nafasnya dengan kasar, dan memalingkan pandangannya, dari gadis itu, "Ya. . . Itu hakmu, ingin percaya atau tidak, tapi yang jelas, aku sudah memberitahumu, dan memperingati dirimu, agar kau dapat berhati-hatinya dengannya. Ingat Venka, Manusia adalah Monster yang sesungguhnya" sambungnya.

Mendengar apa yang baru saja hantu itu katakan, membuat Venka langsung terdiam, dan mendadak jadi patung. Di satu sisi, ia setuju dengan apa, yang dikatakan oleh Draz, tapi di sisi lain, ia merasa tidak percaya, jika Edvard, bukanlah pria yang baik, karena selama ini, pria itu selalu bersikap baik padanya.














To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now