#87

37 8 0
                                    

Saat ini, waktu baru menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Dan kini, Venka tengah menulis cerita terbarunya, di dalam kamarnya.


Namun tiba-tiba, ia merasakan angin yang cukup kencang, berhembus dari jendela kamarnya. Tapi hal tersebut, tidak membuatnya merasa terganggu, ataupun takut. Sebab ia yakin, kalau itu adalah Draz.

"Venka"

Ia langsung menghentikan aktivitasnya, dan menoleh ke arah sumber suara. Lalu sebuah senyuman mulai terukir di wajahnya, saat melihat Draz, yang sedang berjalan menghampirinya, "Hai Draz, sudah kuduga kalau itu adalah dirimu" ucapnya.

"Itu apa?" tanya Draz, sambil mengerutkan dahinya, dan menghentikan langkahnya, di dekatnya Venka.

"Angin itu, karena biasanya kau selalu datang, bersamaan dengan angin yang cukup kencang" jawab Venka, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Namun Draz hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan mendudukkan tubuh, di sebelahnya Venka.

"Oh ya, ada sesuatu yang ingin ku beritahu padamu" ujar Venka, sehingga membuat Draz, langsung mengerutkan dahinya.

"Sesuatu? Apa?" tanya Draz, yang terlihat mulai penasaran.

"Tadi, pak produser menghubungiku, dan mengatakan kalau setiap harinya, jumlah penonton film mu, terus bertambah" jawab Venka, sambil memalingkan pandangannya, ke layar laptopnya.

"Oh ya?" ucap Draz, dan Venka langsung mengganggukkan kepalanya, "Kalau begitu bagus, aku ikut senang mendengarnya. Karena itu artinya, impianmu untuk menjadi seorang penulis yang terkenal, sudah tercapai" sambungnya.

Sebuah senyuman pun mulai terukir di wajahnya Venka, lalu ia menoleh ke arah hantu itu, dan berkata, "Dan itu karena dirimu Draz, kau lah yang telah membantuku, untuk mewujudkan impianku".

Segera Draz menggelengkan kepalanya, dan menatap ke depan, sehingga membuat Venka, mengerutkan dahinya. Lalu ia berkata, "Tidak Venka, itu bukan karena diriku, melainkan karena usahamu sendiri. Sebab, cerita itu tidak akan pernah menjadi film, seperti sekarang ini, kalau saja kau tidak pernah menulisnya. Ya, walaupun ceritanya dari kisah hidupku".

Venka pun kembali mengukirkan senyuman, dan mengganggukkan kepala, "Kau benar Draz, tapi aku tetap sangat berterima kasih padamu" ucapnya, sambil menatap hantu itu dengan dalam.

"Sama-sama Venka, aku begitu senang, karena dapat membantumu" jawab Draz, sambil mengganggukkan kepalanya. Lalu ia beralih menatap layar laptopnya Venka, dan berkata, "Sepertinya, kau sedang sibuk, menulis cerita terbarumu".

"Tidak juga" ucap Venka, sambil menyunggingkan senyuman, dan menatap layar laptopnya.

"Kalau begitu, apakah kita bisa, melanjutkan misi kita?" tanya Draz, yang beralih menatap Venka, dan mengangkat satu alisnya.

"Misi kita? Apa?" tanya Venka, yang terlihat mulai bingung, sambil mengerutkan dahinya.

"Traveling bersama" jawab Draz, tanpa melepaskan pandangannya, dari gadis itu.

Mendapat tatapan seperti itu dari Draz, membuat jantungnya Venka, langsung berdetak tidak karuan. Lalu ia segera memalingkan pandangannya ke depan, dan berkata, "Oh itu, tentu saja aku mengingatnya".

"Lalu?" tanya Draz kembali, dengan satu alisnya yang terangkat.

Perlahan, Venka menoleh ke arah Draz, tapi matanya langsung bertemu, dengan mata hantu itu, sehingga membuatnya langsung terdiam, dan mendadak jadi patung, "Entah kenapa, tatapannya seakan menghipnotis ku, dan membuatku jadi semakin jatuh cinta padanya" ucapnya di dalam hati.

Melihat Venka yang hanya diam saja, membuat Draz menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya, "Lho, kenapa kau diam saja?" tanyanya.

Segera Venka tersadar dari lamunannya, dan menggelengkan kepalanya, "Ah iya, aku baik-baik saja" jawabnya, sambil menatap ke depan.

"Lalu?" tanya Draz kembali, tanpa melepaskan pandangannya dari Venka.

"Iya, ayo kita traveling bersama" jawab Venka, sambil mengganggukkan kepalanya, dan berusaha untuk tidak gugup.

Mendengar jawabannya Venka, membuat sebuah senyuman, langsung terukir di wajahnya Draz. Lalu ia segera bangkit dari tempat tidur, tanpa mengatakan apa-apa.




************************




"Venka, jika semakin hari, kau semakin dekat dengan Draz, maka kau akan semakin sulit untuk melupakannya, jika suatu saat, ia kembali ke alamnya"

"Ayolah Venka, kau harus bisa, sedikit menjaga jarak dengannya"

"Venka?"

Venka pun langsung tersadar dari lamunannya, dan menoleh ke arah sumber suara, "Iya Ed, ada apa?" tanyanya, sambil menatap sahabatnya, yang duduk di belakangnya.

"Ayo kita pulang" ajak Edvard.

"Pulang? Memangnya, sudah waktunya pulang?" tanya Venka, yang terlihat bingung.

Mendengar apa yang baru saja sahabatnya katakan, membuat Edvard menghela nafasnya, dan segera bangkit, dari kursi yang didudukinya, "Tentu saja sudah. Makanya kau jangan melamun terus" jawabnya.

Ya, jam pelajaran di kelasnya Venka, sudah selesai sejak berapa menit yang lalu, namun Venka malah tidak menyadarinya, karena terlalu asyik melamun.

Namun Venka hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan segera membereskan buku-buku, dan peralatan tulisnya.

"Memangnya, apa yang sedang mengganggu pikiranmu?" tanya Edvard, sambil berdiri di sebelahnya Venka.

"Tidak ada" jawab Venka, sambil menggendong tasnya, dan bangkit dari kursi yang didudukinya.

"Jangan bohong, kau tidak bisa membohongiku, Venka" ujar Edvard, sambil menatap sahabatnya itu, dengan tatapan yang seolah sedang mengintimidasi.

Dengan kasar, Venka menghela nafasnya, dan berjalan lebih dulu, "Memang ada sesuatu, yang sedang aku pikirkan, tapi maaf, karena aku tidak bisa menceritakannya padamu" jawabnya.

"Lho, kenapa tidak bisa?" ucap Edvard, yang terlihat sedikit terkejut dan juga heran, "Kita kan sahabat, jadi sudah sepantasnya, kita saling berbagi cerita" sambungnya, yang berjalan di belakangnya Venka.

"Benar, kita memang sahabat, tapi tidak semua masalah, harus aku ceritakan padamu Ed, karena aku juga butuh privasi. Jadi kuharap, kau dapat mengerti" ujar Venka, sambil terus berjalan.

Edvard pun menghela nafasnya dengan kasar, dan mengganggukkan kepala, "Baiklah, aku tidak akan memaksa" ucapnya. Namun di dalam hatinya ia berkata, "Apakah, itu tentang Draz? Maka dari itu, ia tidak mau menceritakannya padaku?".
















To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora