#23

126 24 0
                                    

Sejak tadi pagi, Venka terlihat banyak melamun, seperti sedang memikirkan sesuatu. Dan hal tersebut, tentu saja disadari oleh teman dekatnya, yaitu Edvard.


Edvard pun berjalan menuju halaman belakang kampusnya, untuk menemui Venka, sambil membawa dua kaleng coke di tangannya. Sesampainya di sana, ia langsung mendudukkan tubuhnya di sebelahnya Venka.


"Ini untukmu" ujar Edvard, sambil memberikan sekaleng coke, pada Venka.


Venka pun segera menoleh ke arah Edvard, dan menerima sekaleng coke tersebut, "Terima kasih" katanya, sambil tersenyum begitu tipis.


"Sama-sama" jawab Edvard, sambil mengganggukkan kepalanya, dan membuka sekaleng coke, yang berada di tangannya, lalu ia berkata, "Oh ya, dari tadi pagi, kau terlihat banyak melamun, seperti ada sesuatu, yang sedang kau pikirkan".


Dengan berat, Venka menghela nafasnya, menoleh ke arah Edvard, "Sebenarnya, ada yang ingin kuceritakan padamu. Tapi kurasa, kau tidak akan percaya, begitu saja" katanya.


Mendengar apa yang baru saja Venka katakan, membuat dahinya Edvard jadi mengerut, "Apa ada hubungannya, dengan pria misterius itu?" tanyanya, dan Venka langsung mengganggukkan kepalanya, "Kalau begitu, ceritakan saja. Aku akan mendengarkannya, dan berusaha untuk mempercayainya" sambungnya.


Tapi Venka malah menghela nafasnya lagi, dan menundukkan kepalanya, "Tadi malam, pria misterius itu datang--"


Belum selesai Venka berbicara, namun Edvard malah memotongnya, "Apa?! Datang? Maksudmu, datang ke mimpimu? Atau. . ." ucap Edvard, yang sengaja, tidak melanjutkan ucapannya.


Dengan berat, Venka menghela nafasnya, dan memutar bola matanya, "Aku belum selesai bercerita, Ed. Tapi kau malah memotongnya" ucapnya.


Edvard pun langsung menundukkan kepalanya, dan mengusap lehernya, "Maafkan aku, Venka. Habisnya, aku begitu terkejut, saat kau mengatakan hal tersebut" katanya.


"Okay, kumaafkan" jawab Venka, sambil mengganggukkan kepalanya. Dan kemudian, Venka pun melanjutkan ceritanya. Dan kali ini, Edvard mendengarkannya dengan baik, tanpa memotongnya sedikit pun.



************************



Saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam. Dan kini, Venka sedang berada di dalam kamarnya, dan sedang menulis cerita terbarunya. Ia pun terus saja, sibuk menatap layar laptopnya, sambil mengetik. Namun tiba-tiba, ia merasakan seperti ada seseorang, yang sedang mengawasinya, dari depannya.


Perlahan, ia pun mengangkat kepalanya, dan mencoba melihat, siapakah yang sedang mengawasinya. Namun sayang, ia tidak melihat siapa pun di depannya, sehingga membuatnya jadi menghela nafasnya.


"Sepertinya, hanya perasaanku saja" gumamnya, yang kemudian kembali menatap layar laptopnya.

Clek. . .

Tiba-tiba terdengar suara pintu yang dibuka, sehingga membuat Venka langsung menoleh ke arah pintu kamarnya, dan dapat ia lihat, pintu tersebut yang masih tertutup, dan tak terbuka sedikit pun.


"Apakah ini hanya perasaanku lagi?" batinnya, yang mulai bertanya-tanya, pada dirinya sendiri.


Karena tidak ingin terus memikirkan hal tersebut, Venka pun kembali membuat cerita terbarunya, dan berusaha untuk tetap tenang, walaupun kini jantungnya mulai berdebar tidak beraturan.


Namun tiba-tiba, ia merasakan ada seseorang yang lewat di sebelah kirinya, sehingga membuatnya langsung menoleh. Tapi lagi-lagi, ia tidak melihat siapa pun.


"Apakah itu Draz? Tapi kenapa ia melakukan hal itu?" batinnya. Lalu ia menepuk keningnya, dan berkata, "Aku lupa menanyakan padanya, siapakah yang akhir-akhir ini, selalu menerorku? Dan membuatku, jadi mengalami hal-hal yang aneh".


Ya, kemarin malam, Venka lupa menanyakan hal tersebut pada Draz, karena ia sudah terlanjur terhanyut, dengan ceritanya Draz.


Dengan berat, Venka menghela nafasnya, dan mengusap wajah dengan telapak tangannya, "Draz, jika itu memanglah dirimu, kumohon jangan menggangguku" batinnya.

Tok tok tok. . .

Venka langsung membuka kedua matanya, dan menoleh ke arah pintu kamarnya, saat mendengar suara pintu, yang diketuk dari luar.


"Siapa?" pekiknya, tanpa beranjak sedikit pun. Namun tidak ada jawaban apa pun, dari luar sana.

Tok tok tok. . .

Lagi-lagi terdengar suara ketukan pintu, dari luar kamarnya. Karena penasaran, Venka pun menghela nafasnya, dan bangkit dari tempat tidur. Lalu ia berjalan menuju pintu, dan berdiri di dekat sana. Dan dengan hati-hati, dan juga sedikit takut, Venka meraih gagang pintu, dan membukanya dengan perlahan. Setelah pintu itu terbuka sedikit, Venka mencoba melihat dari celah pintu, tapi anehnya, ia tidak melihat siapa pun di luar sana.


Melihat hal tersebut, membuat Venka menjadi geram, lalu ia kembali menutup pintunya, dan berkata, "Jangan mengganggu!".


Dan kemudian, ia kembali berjalan menuju tempat tidurnya.













To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ