#76

42 9 0
                                    

Venka tengah termenung di kantin kampusnya, dan hanya seorang diri saja. Karena sudah beberapa hari ini, Edvard tidak masuk, bahkan ponselnya pun juga tidak aktif. Dan hal tersebut, membuat Venka menjadi bingung, sebab tidak biasanya ia seperti itu.


"Jangan melamun terus, nanti jadi cepat tua"

Mendengar suara tersebut, membuat Venka langsung tersadar dari lamunannya. Ia pun segera menoleh ke sebelahnya, dan dapat ia lihat, Draz yang baru saja datang, dengan wujud manusia. Ya, hantu itu memang sedang berada di kampusnya Venka, untuk melakukan syuting film, yang diangkat dari kisah hidupnya. Namun kali ini, Venka memilih untuk menyendiri di kampus, dan tidak melihat proses syutingnya.

"Hai Draz, kukira siapa" ucap Venka, sambil menyunggingkan senyuman, yang tipis.

"Kau kenapa? Seperti sedang tidak bersemangat" ujar Draz, dengan satu alisnya, yang terangkat.

"Aku sedang memikirkan Edvard, yang tiba-tiba menghilang" ucap Venka, sambil menundukkan kepalanya.

Mendengar apa yang baru saja gadis itu katakan, membuat Draz menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya. Lalu ia berkata, "Kenapa kau memikirkannya? Bukankah kau bilang, kalau kau sudah tidak peduli dengannya?"

Dengan kasar, Venka pun menghela nafasnya, dan mengganggukkan kepala, "Iya, aku memang tidak peduli padanya, tapi aku begitu bingung, kenapa ia tiba-tiba menghilang seperti ini?" ucapnya.

"Mungkin ia sengaja melakukan hal itu, karena ingin menjauh darimu" ujar Draz, sehingga membuat Venka, langsung menoleh ke arahnya.

"Benarkah?" ucap Venka, dan Draz langsung mengganggukkan kepalanya, "Tapi kenapa ia melakukan hal itu?" tanyanya.

"Mungkin karena cemburu, sebab aku dapat melihat, dari raut wajahnya, saat kita sedang bersama. Dan, seperti yang pernah ku bilang padamu, kalau ia mencintaimu, maka dari itu ia tidak suka padaku" jawab Draz.

Namun Venka hanya terdiam, dan menatap hantu itu, tanpa mengatakan apa-apa.

3 jam kemudian. . .

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua siang, dan saat ini, Venka tengah berada di dalam kamarnya, dan sedang melamun, sambil menatap langit-langit kamarnya. Tapi kini, ia tak lagi memikirkan sahabatnya yang tiba-tiba menghilang, bak di telan bumi.

"Setelah Draz datang ke hidupku, aku jadi merasa jauh lebih baik, meskipun awalnya ia membuatku hampir mati, karena ketakutan" gumamnya.

Ya, saat ini Venka memang sedang memikirkan hantu itu, yang semakin lama, semakin dekat dengannya. Sedari tadi, senyuman terus-menerus terukir di wajahnya, saat ia mengingat momen-momen indah bersama dengan Draz. Namun  tiba-tiba, senyumannya langsung luntur dalam seketika, saat mengingat salah satu ucapannya Draz.

"Ya, kira-kira seperti itu, karena aku tidak tahu, sampai kapan aku bisa berada di dunia ini. Dan lagipula, dunia kita kan sudah berbeda, jadi suatu saat, aku akan kembali ke alam ku"

Venka langsung menghela nafasnya dengan kasar, saat mengingatnya. Lalu ia segera bangkit dari posisinya, dan duduk di atas tempat tidur, "Benar apa yang dikatakan oleh Edvard, cepat atau lambat, Draz akan pergi meninggalkanku, dan kembali ke alamnya" ucapnya, sambil menundukkan kepalanya.



***********************



Sejak selesai makan malam, Venka langsung masuk ke kamarnya, dan sibuk mengetik cerita terbarunya, sampai saat ini. Dan untung saja, hari ini tidak ada tugas kuliah, yang harus ia selesaikan di rumah, sehingga membuatnya jadi lebih leluasa, untuk melakukan hobbynya.

"Serius sekali"

Mendengar suara tersebut, tidak membuatnya merasa terusik sedikitpun, bahkan ia terus saja mengetik, tanpa menoleh ke arah sumber suara, karena ia tahu, itu adalah suaranya Draz.

"Sudah sampai part berapa?" tanya Draz, sambil mendudukkan tubuhnya, di sebelahnya Venka.

Namun Venka hanya diam saja, dan tidak menoleh sama sekali.

Melihat hal tersebut, membuat Draz menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya, "Apakah kau tidak mendengar suaraku?" tanyanya, sambil menatap gadis itu dari samping.

"Sebaiknya kau jangan menggangguku, Draz" ucap Venka, yang terdengar datar, dan tetap tidak menoleh.

"Baiklah, aku tidak akan mengganggumu, dan hanya memperhatikanmu saja" jawab Draz, sambil mengganggukkan kepalanya.

Tapi lagi-lagi, Venka hanya diam saja, tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.

Beberapa saat kemudian, ia menghela nafasnya, dan menoleh ke arah hantu itu, yang masih berada di sebelahnya, "Sebaiknya, mulai saat ini kita tidak usah terlalu dekat" katanya.

"Lho? Kenapa seperti itu?" tanya Draz, yang terlihat bingung, sambil mengerutkan dahinya.

"Karena aku takut, jika nanti tidak bisa melupakanmu, kalau suatu saat, kau akan pergi dan kembali ke alam mu" jawab Venka dengan datar, yang kembali menatap layar laptopnya.

"Tapi kenapa, tiba-tiba kau berbicara seperti ini, Venka? Apakah aku mempunyai salah padamu?" ujar Draz.

"Kau tidak mempunyai salah apa pun padaku. Tapi jika kita terlalu dekat, maka aku tidak akan bisa melupakanmu, saat kau kembali ke alam mu suatu saat nanti! Dan kau tahu? Hal tersebut, pasti akan menyiksaku, karena aku akan terus teringat oleh dirimu" tutur Venka, dengan nada bicara, yang sedikit lebih tinggi.

Dengan berat, Draz menghela nafasnya, dan mengganggukkan kepala, "Baiklah, jika itu memang mau mu Venka, aku tidak akan mendekatimu lagi, mulai saat ini. Dan terima kasih, kau telah menulis kisah hidupku, sehingga menjadi sebuah novel, dan akan difilmkan" ucapnya, yang kemudian segera berdiri, dan berjalan menuju jendela. Dan kemudian, ia menghilang begitu saja, seperti ditelan oleh gelapnya malam.

Venka pun langsung membanting tubuhnya di atas kasur, dan menghela nafasnya dengan kasar. Lalu ia memejamkan kedua matanya dengan air mata, yang mulai membasahi pipinya.













To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now