#69

46 9 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore. Dan saat ini, Venka tengah berada di dalam kamarnya, dan sedang berbaring di atas kasur, sambil menatap langit-langit kamarnya.


"Kalau Draz terus menjelma seperti itu, aku jadi merasa memiliki kekasih" gumam Venka, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Ya, kini ia memang sedang memikirkan hantu itu, yang sedang menjelma menjadi manusia. Dan hal tersebut, membuat Venka menjadi senang. Karena dengan begitu, ia bisa lebih banyak, menghabiskan waktunya bersama dengan Draz, bukan hanya saat malam hari saja.

Dddrrttttt dddrrttttt. . .

Ia langsung menoleh ke arah nakas, saat mendengar ponselnya, yang bergetar.

Segera ia meraih benda tersebut, dan menatap layarnya. Namun dahinya langsung mengerut, saat melihat ada sebuah pesan masuk, dari produser film, yang ingin memfilmkan ceritanya.

Buru-buru ia bangkit dari posisinya, dan duduk di atas kasur, "Pak Kris, tumben sekali ia mengirimkan pesan, ada apa ya?" gumamnya.

Karena penasaran, ia pun segera membuka pesan tersebut, dan membacanya.

"Selamat siang menjelang sore Venka, apakah saya mengganggu waktumu? Saya ingin bertanya, apakah ada temanmu yang bisa berakting, dan mau menjadi salah satu pemeran, di dalam ceritamu? Jika tidak bisa berakting, juga tidak apa-apa, nanti akan diajarkan".

Kedua matanya pun langsung membulat, saat membaca pesan tersebut.

"Untuk jadi salah satu pemeran? Kira-kira untuk memerankan siapa? Jika untuk peran tokoh utamanya, sebaiknya Draz saja, walaupun ia belum setuju, dengan hal itu" gumamnya.

Lalu ia pun segera mengetik pesan balasannya, "Selamat siang juga pak Kris. Maaf pak, tapi kalau saya boleh tahu, untuk memerankan siapa ya, pak?". Kemudian, ia mengirimkan pesan tersebut, ke nomornya produser itu.

"Kurasa, memang hanya Draz yang cocok memerankan tokoh utamanya" gumamnya, sambil memalingkan pandangannya, ke depan.

Dddrrttttt dddrrttttt. . .

Ia langsung menatap layar ponselnya, saat merasakan benda tersebut, yang bergetar. Dan dapat ia lihat, sebuah pesan masuk dari nomor produser tersebut.

Segera ia membuka pesan tersebut, dan mulai membacanya, "Untuk memerankan tokoh utamanya, Venka. Cukup sulit mencari seseorang yang ingin berperan, sebagai tokoh utamanya. Sebab, saya sudah menawarkan ke beberapa aktor, tapi mereka menolaknya, karena katanya, mereka tidak bisa memerankan seseorang, yang menjadi korban bullying".

Dengan kasar, Venka menghela nafasnya, dan memalingkan pandangan dari layar ponselnya, "Kalau begitu, memang Draz yang harus memerankan tokoh utamanya. Dan, sepertinya aku harus mengatakan hal lagi ini padanya. Tapi, apakah ia akan marah, jika aku mengatakannya lagi?" ucapnya, sambil memutar otaknya, dan mencari ide.



************************



Seperti biasa, hampir setiap malamnya, Venka selalu meluangkan waktunya, untuk mengetik cerita yang dibuatnya, dan begitu pula, dengan malam ini.

Sedari tadi, ia pun hanya berfokus menatap layar laptopnya, dengan kedua tangannya, yang sibuk mengetik.

Namun tiba-tiba, angin berhembus cukup kencang, dari jendela kamarnya, yang belum ditutup. Tapi hal tersebut, tak membuatnya merasa takut sedikitpun, karena ia yakin, itu adalah Draz.

Segera ia menoleh ke arah jendela kamarnya, dan dapat ia lihat, Draz yang sedang berjalan menghampirinya, dengan memakai wajah aslinya.

"Draz, aku rindu sekali melihat wajah aslimu" ujar Venka, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya. Ya, kemarin malam hantu itu memang tidak datang, dan hanya datang, saat siang hari saja, itu pun ketika sedang menjelma, menjadi orang lain.

"Apakah kau sedang sibuk, Venka?" tanya Draz.

"Tentu tidak" jawab Venka, sambil menggelengkan kepalanya, "Memangnya ada apa?" tanyanya, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Dengan berat, Draz menghela nafasnya, dan mendudukkan tubuhnya, di sebelahnya Venka, "Setelah ku pikir-pikir, sepertinya tidak ada salahnya, jika aku yang memerankan diriku sendiri, dari pada orang lain, yang harus memerankannya" ucapnya.

Mendengar apa yang baru saja hantu itu katakan, membuat Venka begitu terkejut, dan membulatkan kedua matanya, "Kau yakin, dengan yang kau katakan?" tanyanya, sambil menatap Draz, dengan tidak percaya.

"Iya, bahkan aku sangat yakin" jawab Draz, sambil mengganggukkan kepalanya.

Sebuah senyuman pun mulai terukir di wajahnya Venka, lalu ia berkata, "Kalau begitu kebetulan sekali, sebab tadi siang, produser itu mengirimkan pesan padaku, dan bertanya, apakah aku mempunyai seorang teman, yang mau berperan sebagai tokoh utamanya? Sebab, ia sudah menawarkan beberapa aktor untuk memerankan dirimu, tapi mereka malah tidak mau, karena katanya mereka tidak bisa, memerankan seseorang yang menjadi korban bullying".

Segera Draz menoleh ke arah Venka, dan menghela nafasnya, dengan kasar, "Sudah kuduga, kalau tidak ada satupun, yang mau memerankan diriku" ucapnya, yang kemudian menundukkan kepalanya, "Mungkin, karena kisah hidupku yang begitu menyedihkan, jadi tidak ada satupun, yang ingin berperan sebagai diriku" sambungnya, sambil tersenyum kecut.

Senyuman yang semula terukir di wajahnya Venka pun langsung pudar dalam seketika, setelah mendengar apa yang baru saja, hantu itu katakan. Lalu ia memegang bahunya Draz, dan berkata, "Jangan bersedih Draz, aku tahu bagaimana perasaanmu".

Perlahan, Draz mengangkat kepalanya, dan menoleh ke arah Venka, "Terima kasih Venka, kau sudah mengerti perasaanku, dan terima kasih juga, kau sudah mau menulis kisah hidupku, yang begitu memilukan" ucapnya, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Namun Venka hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan menyunggingkan senyuman. Tapi di dalam hatinya, ia berkata, "Draz, kenapa hidup begitu tidak adil padamu? Dan kenapa, kau tidak bisa merasakan bahagia, seperti yang lainnya? Sampai-sampai, hidupmu harus berakhir dengan tragis". Ya, kini Venka jadi merasa begitu kasihan pada hantu itu, bahkan ia selalu merasa bersalah, saat mengingat Draz, yang melompat dari atas tebing. Meskipun, hal itu bukanlah salahnya. Tapi tetap saja, ia merasa sangat bersalah, karena tidak bisa menyelamatkan nyawanya Draz, dan menghalanginya untuk tidak mengakhiri hidupnya.


















To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now