#42

86 20 0
                                    

Edvard menepikan mobilnya, saat tiba di sebuah tempat.


"Apakah kita sudah sampai?" tanya Venka, sambil menoleh ke arah pria itu, yang duduk di sebelahnya.

"Sudah" jawab Edvard, sambil mengganggukkan kepalanya, dan mematikan mesin mobilnya.

Venka pun kembali menatap sebuah tempat, yang berada di depan sana, "Club malam? Kau mengajakku ke sini?" tanyanya kembali, yang beralih menatap sahabatnya itu.

"Iya, aku memang mengajakmu ke sini" jawab Edvard, sambil mengganggukkan kepalanya, dan melepaskan sabuk pengaman, dari tubuhnya.

Mendengar jawabannya Edvard, membuat Venka langsung terdiam, dan menundukkan kepalanya, "Jangan-jangan, apa yang dikatakan oleh Draz, memanglah benar" batinnya.

Melihat Venka yang hanya diam saja, membuat Edvard menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya, "Kenapa kau diam saja, Venka? Apakah kau tak suka, dengan tempatnya?" tanyanya.

Segera Venka tersadar dari lamunannya, dan menggelengkan kepalanya, "Ah tidak, aku suka dengan tempatnya" jawabnya, sambil tersenyum kikuk.

"Ya sudah, ayo buka sabuk pengaman dari tubuhmu, dan kita segera masuk, ke dalam sana" ajak Edvard, sambil membuka pintu mobilnya.

Namun Venka hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan segera melepaskan sabuk pengaman, dari tubuhnya.

Kemudian, mereka berdua segera keluar, dari dalam mobilnya Edvard, dan masuk ke dalam club malam tersebut.

Venka pun langsung mengedarkan pandangannya, ke seluruh penjuru club malam itu, yang terlihat begitu ramai, karena malam ini, adalah malam Sabtu, dan besok adalah weekend. Namun ia merasa tidak nyaman, dan juga risih, melihat keramaian seperti itu. Karena selama ini, ia tidak pernah sekalipun, datang ke tempat seperti itu.

"Ayo, kita duduk di sana" ajak Edvard, sambil menunjuk ke sebuah tempat, yang masih kosong.

Tapi lagi-lagi, Venka hanya mengganggukkan kepalanya saja, tanpa mengatakan apa-apa. Dan kemudian, mereka berdua segera berjalan, menuju tempat tersebut.

Setelah sampai di tempat itu, mereka segera mendudukkan tubuh, di sebuah sofa, yang berada di tempat tersebut.

"Ed, kenapa pencahayaannya begitu minim, seperti ini?" tanya Venka, sambil memperhatikan ke sekitar, yang cukup gelap.

"Oh. . . Itu memang sengaja" jawab Edvard, sambil memperhatikan ke sekitar, dan mencari seorang pelayan. Lalu ia mengangkat satu tangannya, dan berkata, "Pelayan?"

Seorang pelayan pun langsung menoleh, dan berjalan menghampiri mereka berdua.

"Selamat malam, dan selamat datang, di club malam kami. Apakah ada yang bisa saya bantu?" ujar pelayan itu, dengan begitu ramah, dan juga sopan.

"Kami ingin memesan sebotol whiskey" ucap Edvard, pada pelayan itu, sambil menyunggingkan senyuman.

"Baik tuan, hanya itu saja? Atau ada yang ingin ditambah lagi?" tanya pelayan tersebut.

"Tidak ada, cukup itu saja" jawab Edvard.

"Kalau begitu, mohon tunggu sebentar" ujar pelayan itu, yang kemudian segera berlalu, dan berjalan menuju meja bartender.

"Ed, apakah kau sudah terbiasa, datang ke tempat, seperti ini?" tanya Venka, sambil menoleh ke arah Edvard, yang duduk di sebelahnya.

"Tidak, baru kali ini saja" jawab Edvard.

"Baru kali?" ucap Venka, dan Edvard langsung mengganggukkan kepalanya.

Beberapa saat kemudian, pelayan yang tadi kembali, dengan membawa sebuah nampan, yang berisi pesanannya Edvard, "Permisi, maaf mengganggu waktu kalian, dan ini pesanannya" ucapnya, sambil meletakkan sebotol whiskey, dan juga dua buah gelas, di atas meja. Lalu ia menegakkan tubuhnya kembali, dan memeluk nampan, yang sudah kosong, "Silahkan dinikmati, dan apakah ada yang bisa, saya bantu lagi?" tanyanya, sambil tersenyum sopan.

"Tidak ada, cukup ini saja" jawab Edvard, sambil menggelengkan kepalanya.

"Baik, kalau begitu selamat menikmati waktu kalian, dan saya permisi dulu" ucap pelayan itu, sambil membungkuk sesaat, dan segera beranjak pergi.

Segera Edvard mengangkat sebotol whiskey itu, dan menuangkannya ke dalam dua buah gelas. Kemudian, ia menaruhnya kembali di atas meja, dan memberikan segelas whiskey, pada Venka, "Ini untukmu" ucapnya, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Venka pun hanya diam saja, dan menatap Edvard, tanpa mengatakan apa-apa.

"Ayolah diambil, jangan diam saja" ujar Edvard, sambil mengganggukkan kepalanya.

"Tapi. . . Sebelumnya, aku belum pernah, meminum minuman beralkohol, seperti ini" ucap Venka, sambil mengulum bibirnya.

"Maka dari itu, kau harus mencobanya Venka, agar kau tidak penasaran" ujar Edvard.

"Tapi, nanti jika aku mabuk, bagaimana?" tanya Venka.

Dengan kasar, Edvard menghela nafasnya, dan memalingkan pandangannya, dari Venka, "Kan ada aku, nanti aku akan mengantarmu pulang, jadi kau tidak perlu khawatir" jawabnya, yang kembali menatap gadis itu.

Dengan sedikit ragu, dan juga takut, Venka pun mengambil segelas minuman tersebut, dan menatap Edvard, tanpa mengatakan apa-apa.

Kemudian Edvard mengambil segelas minuman yang tersisa, dan memegangnya, "Ayo kita cheers" ajaknya.

Tapi lagi-lagi, Venka hanya mengganggukkan kepalanya saja. Dan kemudian, Edvard segera mendentingkan gelasnya, dengan gelasnya Venka, "Cheers. . ." ucapnya.

Lalu Edvard pun langsung meneguk segelas whiskey tersebut, tanpa merasa ragu sedikitpun.

Sedangkan Venka, ia meneguknya dengan hati-hati, sambil menatap Edvard. Namun ia langsung memejamkan kedua matanya, dan merasa mual, saat merasakan minuman tersebut, yang terasa tidak enak baginya.

"Ayo dihabiskan" ujar Edvard.

"Tapi. . . Rasanya tidak enak, Ed" ujar Venka, sambil menaruh whiskey, yang masih tersisa, di atas meja.

"Itu karena, kau belum terbiasa saja, Venka. Nanti jika sudah terbiasa, kau akan menyukainya" ucap Edvard, yang kembali menuangkan whiskey, ke dalam gelasnya Venka.













To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now