#45

93 19 0
                                    

Perlahan, Draz membalas pelukannya Venka, dan mengusap-usap punggungnya, "Kau tak perlu membalasnya Venka, karena kita adalah teman" ucapnya, disertai dengan senyuman, yang terukir di wajahnya, "Dan, dari pada kau sedih, serta terus-menerus memikirkan hal yang tadi malam, bagaimana kalau sekarang, kita pergi ke suatu tempat?" sambungnya.


Segera Venka melonggarkan pelukannya, dan mendongak untuk menatap hantu itu, "Pergi ke suatu tempat? Ke mana?" tanyanya.

"Ke suatu tempat yang indah, yang berada di kota ini" jawab Draz, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Tapi, kau tidak akan melakukan hal yang sama, seperti yang dilakukan oleh Edvard, kan?" ujar Venka, sambil mengerutkan dahinya.

Mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Venka, membuat Draz langsung terkekeh, dan menggelengkan kepalanya, "Tentu saja tidak Venka, aku tidak akan pernah, melakukan hal itu padamu. Dan lagipula, aku tak pernah ada niat, untuk melakukannya" katanya.

"Baiklah, kalau begitu ayo kita ke sana" ucap Venka, sambil mengganggukkan kepalanya, "Tapi, bagaimana dengan ceritamu? Nanti kalau ditunda, akan lama selesainya" katanya, tanpa melepaskan pandangannya, dari hantu itu.

Sebuah senyuman pun, kembali terukir di wajahnya Draz, lalu ia memegang bahunya Venka, dan berkata, "Kau jangan khawatir, cerita itu pasti bisa kau selesaikan. Dan, kau tak perlu terburu-buru, untuk menyelesaikannya. Karena aku tak meminta hal tersebut".

Namun Venka hanya mengganggukkan kepalanya saja, tanpa mengatakan apa-apa.

"Sekarang, kau pegang tanganku, dan pejamkan kedua matamu" ujar Draz.

"Lho? Untuk apa?" tanya Venka, sambil mengerutkan dahinya, dan terlihat bingung.

"Tidak usah banyak tanya, kau cukup melakukannya saja" jawab hantu itu, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Baiklah" jawab Venka, sambil mengganggukkan kepalanya, dan mulai memejamkan kedua matanya. Lalu ia segera meraih tangannya Draz, dan menggenggamnya.


5 menit kemudian. . .


"Sekarang, coba buka matamu" ujar Draz, sambil menatap gadis itu, dari samping.

Perlahan, Venka pun membuka kedua matanya, dan mengedarkan pandangan ke sekitar. Namun ia begitu terkejut, saat melihat sebuah danau, yang terlihat indah, yang berada di depannya, meski di tengah gelapnya malam, "D-Draz, kita sedang berada di mana? Dan, kenapa kita bisa berada di sini?" tanyanya, sambil menoleh ke arah hantu itu.

Sebuah senyuman pun mulai terukir di wajahnya Draz, lalu ia berkata, "Kita sedang berada, di salah satu objek wisata, yang berada di kota ini. Dan, kita bisa berada di sini, karena aku memang berniat, untuk mengajakmu ke sini".

"Tapi, bagaimana caranya kita bisa berada di sini?" tanya Venka kembali, yang terlihat mulai bingung.

"Hanya dengan menghilang saja. Dan, dalam waktu yang cepat, kita bisa berada di sini" jawab Draz, sambil menatap Venka, dari samping.

Venka pun mengganggukkan kepalanya, dan memalingkan pandangannya, ke depan, "Enak ya jadi hantu, kalau ingin pergi ke mana-mana, hanya perlu menghilang saja" ucapnya.

Dengan kasar, Draz menghela nafasnya, dan ikut memalingkan pandangannya, ke depan, "Iya enak, tapi ada tidak enaknya juga" ucapnya, sehingga membuat Venka, langsung menoleh ke arahnya, "Yaitu, tidak bisa dilihat oleh orang lain, terkecuali jika menginginkan orang tersebut, untuk melihatnya" sambungnya.

Sebuah senyuman pun mulai terukir di wajahnya Venka, lalu ia memegang bahunya Draz, dan berkata, "Ya sudah, kau jangan bersedih, kan masih ada diriku, yang bisa melihatmu" katanya.

Segera Draz mengganggukkan kepalanya, dan berkata, "Ya sudah, ayo kita duduk saja".

Hanya dengan sebuah anggukkan Venka menjawabnya. Dan kemudian, mereka segera duduk, di tepi danau itu.

"Aku tak menyangka, jika kau akan mengajakku, ke tempat ini" ujar Venka, sambil menatap danau tersebut, dan menyunggingkan senyuman, "Dan kau tahu? Aku sudah begitu lama, tidak datang ke sini" sambungnya, sambil menoleh ke arah hantu itu.

"Oh ya? Memangnya kapan terakhir, kau datang ke sini?" tanya Draz, sambil menoleh ke arah Venka.

"Seingatku, waktu aku masih berumur 7 tahun" jawab Venka.

Dahinya Draz pun langsung mengerut, setelah mendengar jawaban gadis itu. Lalu ia berkata, "Itu sudah sangat lama sekali, dan pantas saja, kau lupa dengan tempat ini".

"Memang, sudah sangat lama. Dan, itu pun hanya sekali saja. Padahal, aku ingin sekali, mendatangi tempat-tempat wisata, yang berada di kota ini, tapi sayang, tidak ada satupun orang yang mengajakku. Dan, aku tidak suka, jika harus pergi hanya seorang diri saja" ujar Venka, sehingga membuat Draz, kembali menoleh ke arahnya.

Lagi-lagi sebuah senyuman, kembali terukir di wajahnya Draz, lalu ia mengusap bahunya Venka, dan berkata, "Ya sudah, kau jangan bersedih. Jika kau mau, aku bisa mengajakmu, untuk mengunjungi tempat-tempat wisata, yang berada di kota ini".

Mendengar apa yang baru saja hantu itu katakan, membuat Venka langsung menyunggingkan senyuman, dan menoleh ke arah Draz, "Benarkah?" tanyanya.

"Iya Venka" jawab Draz, sambil mengganggukkan kepalanya, dan mengukirkan sebuah senyuman.

"Kalau begitu, terima kasih Draz, aku begitu senang mendengarnya" ucap Venka, dengan disertai senyuman, yang masih terukir di wajahnya, "Dan kau tahu? Aku begitu senang, diajak ke tempat-tempat yang indah, seperti ini. Karena aku adalah seorang pencinta alam, dan begitu menyukai tempat terbuka, seperti tempat ini" sambungnya, sambil memalingkan pandangannya, ke depan.

Namun Draz hanya tersenyum saja, dan memperhatikan gadis itu, dari samping.

"Dan andai saja, kau masih hidup Draz" ucap Venka, di dalam hati, sambil terus memandangi, danau tersebut.
















To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now