#36

91 22 0
                                    

Saat ini, Venka sudah kembali berkuliah, meskipun ia belum benar-benar sembuh. Tapi ia malah memaksakan dirinya, untuk masuk kuliah, walaupun tadi kedua orang tuanya, sempat melarangnya. Namun ia malah mengatakan, kalau ia akan baik-baik saja.


"Seharusnya, kau jangan masuk kuliah dulu" ujar Edvard, sambil mendudukkan tubuhnya, di atas rerumputan.

Dengan kasar, Venka menghela nafasnya, dan menyunggingkan senyuman, "Tapi aku sudah merasa jauh lebih baik. Dan, dari pada aku merasa jenuh, karena terus-menerus menghabiskan waktu hanya di kamar saja, jadi sebaiknya aku berkuliah" katanya.

Karena tak ingin berdebat, Edvard pun mengganggukkan kepalanya, dan berkata, "Tapi saat ini, kepalamu sudah tak terasa sakit, kan?"

"Sudah tidak, bahkan tengorokkanku juga sudah tak terasa sakit" jawab Venka, disertai dengan senyuman, yang terukir di wajahnya.

Namun Edvard hanya mengganggukkan kepalanya saja, tanpa mengatakan apa-apa.

"Oh ya, kemarin malam di saat aku masih sakit, Draz datang seperti biasa, dan kau tahu? Ia begitu perhatian padaku, bahkan ia sampai menyuapiku makanan, dan membukakan obat-obat, yang harus kuminum" ujar Venka, yang masih menyunggingkan senyuman, dan menatap ke depan.

Segera Edvard menoleh ke arah sahabatnya itu, dan menatapnya dari samping, "Lalu?" tanyanya, dengan dahinya yang ia kerutkan.

"Aku jadi merasa, seperti mempunyai seorang kekasih. Dan aku begitu senang, melihatnya yang begitu perhatian padaku" jawab Venka, yang kembali menyunggingkan senyuman.

"Venka, jangan bilang kalau kau mulai jatuh cinta padanya? Kau harus ingat, kalau dia itu adalah hantu, dan kau tak boleh, jatuh cinta padanya" ujar Edvard, yang masih menatap Venka, dari samping.

Dengan kasar, Venka menghela nafasnya, dan menoleh ke arah sahabatnya itu, "Ed, kata siapa aku jatuh cinta padanya? Aku memang senang diperhatikan olehnya, tapi itu bukan berarti, aku jatuh cinta padanya. Dan lagipula, tidak mungkin aku jatuh cinta pada hantu, meskipun ia begitu tampan" katanya, yang kembali memalingkan pandangannya, ke depan.

Mendengar apa yang baru saja Venka katakan, membuat Edvard menghela nafasnya dengan lega, dan menggangguk-anggukkan kepalanya, "Bagus, jika kau tak jatuh cinta padanya" ucapnya, sambil memalingkan pandangannya, dari Venka.



***********************



Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, dan saat ini  Venka sedang mengetik ceritanya Draz, di laptopnya. Ya, sejak kemarin malam, Venka sudah kembali melanjutkan cerita itu, karena ia tidak ingin, menundanya terlalu lama, meskipun Draz tak menyuruhnya, untuk segera menyelesaikannya. Tapi tetap saja, ia ingin cerita itu, cepat selesai.

"Fokus sekali mengetiknya"

Ia langsung menoleh ke arah sumber suara, saat mendengar suara tersebut, dan dapat ia lihat, hantu itu yang sedang berdiri, di dekat jendela, "Iya, kalau tidak fokus nanti mengetiknya, jadi banyak kesalahan, sehingga harus direvisi" katanya, yang kembali menatap layar laptopnya.

Draz pun segera berjalan menghampiri Venka, dan mendudukkan tubuhnya, di sebelah gadis itu, "Tapi bagaimana, apakah kau sudah merasa lebih baik?" tanyanya, sambil menatap Venka, dari samping.

"Sudah" jawab Venka, sambil mengganggukkan kepalanya, dan kembali fokus mengetik, "Bahkan, kepala dan tengorokkanku, sudah tak terasa sakit lagi" sambungnya.

"Syukurlah, aku senang mendengarnya" ucap Draz, sambil mengganggukkan kepalanya.

"Oh iya, dua hari yang lalu, kau kan sudah bertanya padaku, sekarang aku yang ingin bertanya padamu lagi" ujar Venka, tanpa menoleh ke arah hantu itu.

"Kau ingin bertanya padaku?" ucap Draz, sambil menoleh ke arah Venka, dan menatapnya dari samping.

"Iya, bolehkan aku bertanya padamu lagi?" ucap Venka, sambil menoleh ke arah Draz, dan menatapnya.

"Tentu saja boleh, memangnya kau ingin bertanya apa?" ujar Draz.

"Umm. . . Kapan terakhir kali, kau merasakan jatuh cinta? Dan, apakah sewaktu kau masih hidup, kau pernah mempunyai seorang kekasih?" tanya Venka, yang kembali menatap layar laptopnya, dan melanjutkan aktifitasnya, yang sempat tertunda.

Mendengar pertanyaan, yang baru saja dilontarkan oleh gadis itu, membuat Draz langsung terdiam, dan mendadak jadi patung. Ia pun segera menundukkan kepalanya, tanpa mengatakan apa-apa.

Karena tak mendapat jawaban dari hantu itu, Venka pun menoleh ke arah Draz, dan melihat makhluk tak kasat mata itu, yang sedang terdiam, dan menundukkan kepalanya, "Lho, kenapa kau malah diam saja? Apakah pertanyaanku salah?" tanyanya, yang mulai terlihat bingung, dan mengerutkan dahinya.














To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now