#27

109 23 0
                                    

"Venka, kau kenapa nak? Apa kau baik-baik saja?"


Mereka pun langsung menoleh ke arah pintu kamar, saat mendengar suara tersebut, yang berasal dari luar.

Segera Venka menaruh laptopnya di atas kasur, dan bangkit dari tempat tidurnya. Lalu ia menghentikan langkahnya di depan pintu, dan membukanya.

"Nak, kau baik-baik saja, kan?" ujar ibunya Venka, yang berdiri di depan sana, dan terlihat khawatir, pada putrinya.

"I-Iya, aku baik-baik saja, Bu. Memangnya ada apa?" ucap Venka.

"Syukurlah, jika kau baik-baik saja, karena tadi ibu mendengar suaramu, yang seperti sedang marah-marah" ucap wanita paruh baya itu, sambil memegang wajahnya Venka.

Sebuah senyuman pun mulai terukir di wajahnya Venka, lalu ia mengganggukkan kepalanya, dan berkata, "Iya Bu, tadi aku memang sedang marah-marah pada teman satu kampusku, di telepon".

"Ah seperti itu. . . Tapi sebaiknya, sekarang kau istirahat, karena ini sudah malam, dan lagipula besok kau kan harus kembali berkuliah" ujar ibunya.

"Baik Bu, setelah ini aku akan beristirahat" ucap Venka, sambil mengganggukkan kepalanya, dan kembali menyunggingkan senyuman.

"Baiklah, ingin ibu buatkan susu hangat?" tanya ibunya.

"Tidak Bu, aku sedang tidak ingin minum susu" jawab Venka, sambil menggelengkan kepalanya.

"Ya sudah, kalau begitu selamat beristirahat, dan semoga kau bermimpi indah" ujar ibunya, sambil mengusap kepalanya Venka.

"Iya Bu, terima kasih" ucap Venka, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Namun ibunya hanya menyunggingkan senyuman saja, dan segera berjalan menuju kamarnya, yang juga berada di lantai dua. Dan kemudian, Venka menutup pintunya kembali, dan menguncinya.

"Ibumu baik sekali, ya? Aku jadi teringat oleh ibuku" ujar Draz.

Venka pun segera berjalan menuju tempat tidurnya, dan mendudukkan tubuhnya, di sana, "Sebaiknya, sekarang kau pergi, karena aku ingin beristirahat" ucapnya, dengan datar.

Melihat raut wajahnya Venka, membuat Draz menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya, "Kau marah padaku?" tanyanya.

"Tidak usah banyak tanya, cepat pergi dari sini" ujar Venka, sambil meraih laptopnya, dan menaruhnya di atas pangkuannya.

Dengan kasar, Draz menghela nafasnya, dan mengganggukkan kepalanya, "Baiklah, jika itu maumu. Tapi sekali lagi, aku minta maaf, atas apa yang sudah kulakukan padamu. Sehingga membuatmu, menjadi ketakutan" katanya.

Namun Venka hanya diam saja, dan menatap layar laptopnya.

Dan kemudian, Draz segera bangkit dari tempat tidurnya Venka, dan menghilang begitu saja.



*************************



"Jadi, tadi malam kau memarahinya?" ujar Edvard, sambil mendudukkan tubuhnya, di sebelahnya Venka.

Segera Venka mengganggukkan kepalanya, dan menatap ke depan, dengan tatapan yang kosong, "Iya, dan sekarang, aku jadi merasa begitu bersalah padanya" katanya.

Edvard pun menghela nafasnya dengan kasar, dan memalingkan pandangannya, dari gadis itu, "Seharusnya, kau tidak perlu memarahinya. Kasihan kan dia, jika kau memarahinya seperti itu, pasti ia merasa sangat bersalah padamu" ucapnya, sambil menundukkan kepalanya, "Dan, bagaimana jika ia malah pergi darimu, dan tak pernah kembali lagi?" sambungnya.

Mendengar apa yang baru saja Edvard katakan, membuat Venka langsung membulatkan kedua matanya, dan menggelengkan kepalanya, "Tidak! Itu tidak boleh terjadi! Aku akan semakin merasa bersalah, jika ia benar-benar pergi dariku" katanya.

"Maka dari itu, sebaiknya nanti malam, kau meminta maaf padanya, agar ia tidak lagi merasa bersalah padamu" ujar Edvard, yang kemudian menoleh ke arah Venka.

"Tapi, bagaimana jika nanti malam, ia tidak datang?" ucap Venka, sambil menundukkan kepalanya.

Namun Edvard malah mengangkat kedua bahunya, dan berkata, "Aku tidak tahu".

Mendengar jawabannya Edvard, membuat Venka jadi semakin merasa bersalah. Sungguh, ia merasa sangat menyesal, karena tadi malam, sudah membentak Draz, sehingga membuat hantu itu, jadi merasa bersalah. Ditambah, ia juga sudah mengusir Draz, untuk pergi dari kamarnya, "Draz, maafkan aku, karena tadi malam sudah membentak dan mengusirmu. Sungguh, aku begitu menyesal, karena telah melakukan hal itu padamu. Dan semoga saja, kau tak marah padaku, dan tetap datang ke rumahku, setiap malamnya" batinnya, dengan kepala yang masih ia tundukkan.















To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now