#79

47 10 0
                                    

Cahaya berwarna-warni yang menari di langit malam.


Mulutnya Venka pun langsung menganga, saat melihat pemandangan tersebut. Lalu ia berkata, "Draz, apakah aku sedang bermimpi?".

"Kau sedang tidak bermimpi, Venka. Karena saat ini, kau sedang sadar sepenuhnya, dan ini bukanlah tipuan mata" ucap Draz, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Jadi, cahaya-cahaya itu memanglah Aurora?" tanya Venka, sambil menoleh ke arah Draz.

"Iya benar, itu adalah Aurora" jawab Draz, sambil mengganggukkan kepalanya, "Karena saat ini, kita sedang berada di Finlandia" sambungnya.

Kedua matanya Venka langsung membulat, saat mendengar apa yang baru saja hantu itu katakan, "Apa?! Finlandia? Bagaimana bisa?" ucapnya, yang terlihat tidak percaya, "Maksudku, tidak mungkin jika kita bisa sampai di sini, hanya dalam waktu hitungan detik saja" sambungnya.

Draz pun langsung tertawa, dan memalingkan pandangannya ke depan, "Kenapa tidak? Apakah kau lupa? Kalau saat ini, aku bukan lagi, seorang manusia. Jadi aku bisa pergi ke manapun, hanya dalam waktu hitungan detik saja. Ya, bisa dibilang, seperti mempunyai kekuatan Teleportasi" tuturnya.

"Oh iya, aku hampir saja lupa, dengan hal tersebut" ucap Venka, sambil mengganggukkan kepalanya, dan memalingkan pandangannya.

"Bagaimana? Apakah kau menyukai tempat ini?" tanya Draz, sambil memperhatikan Aurora, yang sedang menari-nari di langit malam.

"Tentu, bahkan sangat menyukai" jawab Venka, sambil mengganggukkan kepalanya, dan ikut memperhatikan keajaiban alam tersebut.

Namun Draz hanya menyunggingkan senyuman saja, tanpa mengatakan apa-apa lagi. Tapi di dalam hatinya, ia merasa begitu lega, karena untuk yang kedua kalinya, ia bisa mewujudkan impiannya Venka.

"Draz" ujar Venka, tanpa menoleh ke arah hantu itu.

"Iya, kenapa Venka?" tanya Draz, yang langsung menoleh ke arah Venka, dan menatapnya dari samping.

"Terima kasih" ucap Venka, sambil menoleh ke arah Draz, dan menyunggingkan senyuman.

"Terima kasih? Untuk apa?" tanya Draz, dengan dahinya yang ia kerutkan.

"Karena kau telah mengajakku ke sini, sehingga aku bisa melihat keajaiban alam ini" jawab Venka, yang beralih menatap Aurora.

Sebuah senyuman pun kembali terukir di wajahnya Draz, lalu ia berkata, "Kau tidak perlu berterima kasih Venka, karena aku merasa begitu senang bisa membantu mewujudkan impianmu, dan membuatmu merasa bahagia. Sebab, selama aku hidup, tak pernah sekalipun, aku merasa bahagia. Jadi aku ingin membuatmu selalu merasa bahagia, selama aku masih diberikan waktu, di dunia ini. Dan lagipula, aku ikut bahagia, jika melihatmu bahagia".

Mendengar apa yang baru saja hantu itu katakan, membuat Venka langsung menyunggingkan senyuman, "Sekali lagi, terima kasih Draz. Aku tidak tahu, bagaimana harus membalas semua kebaikan mu" ucapnya.

Dengan senyuman yang masih terukir di wajahnya, Draz pun berkata, "Kau tak perlu membalasnya Venka, karena kau berjasa mau menulis kisah hidupku, yang begitu memilukan".

Namun Venka hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan kembali menyunggingkan senyuman, tanpa mengatakan apa-apa.



************************



Saat ini, Venka tengah menikmati udara segar, di halaman belakang kampusnya, dan hanya seorang diri saja.

"Venka"

Ia langsung menoleh saat mendengar namanya dipanggil oleh seseorang, dan dapat ia lihat, Edvard yang baru saja datang, dan duduk di sebelahnya.

"Ada apa Ed?" tanyanya dengan datar.

"Aku datang ke sini, untuk meminta maaf" jawab Edvard, sambil menundukkan kepalanya.

"Minta maaf?" tanya Venka kembali, sambil mengerutkan dahinya.

"Iya, aku ingin minta maaf padamu, karena beberapa hari yang lalu, aku sudah lancang, mengatakan hal tersebut padamu" jawab Edvard.

Venka pun langsung mengganggukkan kepalanya, dan memalingkan pandangannya ke depan, "Kau tidak perlu meminta maaf padaku, karena kau tak memiliki salah apa pun" ucapnya, sehingga membuat Edvard, menoleh ke arahnya, "Tapi minta maaf lah pada Draz, sebab sudah dua kali kau menjelek-jelekan nya" sambungnya.

"Kalau begitu, tolong sampaikan kata maafku padanya" ucap Edvard, yang kembali menundukkan kepalanya.

"Lagipula, aku heran padamu Ed, kau bilang kau tidak akan melakukan hal itu lagi, tapi kenyataannya kau malah mengulanginya lagi" ujar Venka, sambil menoleh ke arah sahabatnya itu, dan menatapnya dari samping.

Dengan berat, Edvard pun menghela nafasnya, dan berkata, "Maafkan aku Venka, karena aku tidak bisa memegang ucapanku. Tapi aku melakukan hal tersebut, karena aku cemburu, melihatmu dan Draz, yang semakin hari semakin dekat, bahkan terlihat seperti sepasang kekasih".

Mendengar apa yang baru saja Edvard katakan, membuat Venka langsung menghela nafasnya dengan kasar, dan memalingkan pandangannya, "Aku tahu jika kau menyukaiku Ed, tapi maaf, aku tidak bisa membalas perasaanmu. Karena aku hanya menganggapmu, sebagai sahabat saja, tidak lebih dari itu, dan mungkin tidak akan pernah lebih" tuturnya.

Edvard pun langsung mengganggukkan kepalanya, setelah mendengar penuturannya Venka, lalu ia berkata, "Iya, tidak apa-apa Venka, aku tidak akan memintamu, untuk membalas cintaku. Hanya saja, aku selalu merasa cemburu, saat melihatmu bersama dengan hantu itu. Tapi aku akan berusaha, untuk menahan rasa cemburu itu, agar kita bisa tetap menjadi sahabat".

Namun Venka hanya mengganggukkan kepalanya saja, tanpa mengatakan apa-apa.














To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now