#17

124 22 0
                                    

Setelah sampai di sebelah pria itu, Venka pun langsung menghentikan langkahnya, dan mendudukkan tubuhnya di sebelah pria tersebut. Dan perlahan, ia memperhatikan wajah pria itu, dari samping.


Tapi ia begitu terkejut, saat melihat wajah pria itu, yang merupakan si pria misterius, yang akhir-akhir ini, sering ia mimpikan.


"Si pria misterius! Sedang apa ia di sini?" ucapnya di dalam hati, sambil mengerutkan dahinya.


Ya, pria itu memanglah si pria misterius. Sedari tadi, ia duduk di situ, sambil memperhatikan pemandangan di bawah sana, yang merupakan lautan, yang sangatlah dalam.


"Kira-kira, berapa kedalaman laut itu?" gumamnya, sehingga membuat Venka beralih menatap lautan itu juga.


Lalu ia langsung terdiam, dan mendadak jadi patung. Namun raut wajahnya, berubah menjadi semakin murung. Venka yang menyadari hal tersebut pun, langsung mengerutkan dahinya, dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri, kenapa pria misterius itu, mendadak jadi murung?


Sebenarnya, kini si pria misterius sedang teringat kembali, oleh semua perkataan ayahnya, yang membuat hatinya terasa begitu sakit. Ditambah, ia juga teringat oleh semua pembullyan, yang ia dapatkan, beberapa bulan terakhir ini. Semua itu, berputar-putar di dalam kepalanya, dan membuatnya menjadi semakin tertekan. Belum lagi, sejak tangannya patah, ia jadi kehilangan semangat hidupnya. Baginya, hidup sudah tak ada gunanya lagi.


"Ck, dasar anak tidak berguna. Lihatlah, sekarang tangan kanannya malah patah. Kalau seperti itu? Bagaimana ia bisa beraktifitas? Benar kataku tadi, sebaiknya dia mati saja. Karena hidup pun, tidak ada gunanya"


Ia pun menghela nafasnya dengan kasar, dan mengusap wajahnya dengan telapak tangan, saat teringat dengan kata-kata ayahnya itu.


"Mungkin ayah benar, hidupku sudah tak ada gunanya lagi. Untuk apa aku tetap hidup? Jika hanya menyusahkan orang-orang, yang kusayangi" gumamnya, yang kemudian mengulum bibirnya.


Mendengar apa yang baru saja si pria misterius katakan, membuat Venka langsung membulatkan kedua matanya. Lalu ia berkata, "Jangan dengarkan, ucapan ayahmu yang kejam itu! Kau harus tahu, kalau tidak ada anak, yang tidak berguna. Percayalah padaku!".


Namun sayang, pria misterius itu tidak bisa mendengarnya, bahkan ia juga tak bisa melihat Venka.


Kini, pikirannya benar-benar sudah buntu. Sebenarnya, si pria misterius membutuhkan seseorang, untuk mencurahkan semua yang ia rasakan, serta bisa mendorongnya, dan memberikannya semangat lagi, untuk melanjutkan hidupnya. Tapi sayang, ia tidak tahu, harus membagi ceritanya pada siapa. Karena kini, ia benar-benar tak mempunyai, satu orang pun teman. Sebenarnya bisa saja, jika ia berbagi ceritanya pada ibunya, namun ia tak mau melakukannya, karena ia tahu, ibunya akan sangat sedih, saat mengetahui, bahwa anak sulungnya sangat terpuruk, dan sudah tak mempunyai semangat, untuk hidup.


Dengan berat, si pria misterius menghela nafasnya, dan mengusap wajahnya, dengan telapak tangannya. Melihat hal tersebut, membuat Venka menjadi sedih, apalagi jika melihat, raut wajahnya si pria misterius.


Lalu si pria misterius menundukkan kepalanya, dan terdiam seribu bahasa. Dan saat ini, pikirannya sudah semakin buntu saja. Yang ada dipikirannya, hanyalah Mati, Mati, dan Mati. Karena baginya, mati adalah salah satu jalan terbaik untuknya, agar ia bisa terlepas dari semua beban, yang ia rasakan. Dan baginya, hidup pun sudah tak ada gunanya lagi, karena hanya akan menyusahkan orang-orang, yang disayanginya.


Kemudian ia segera berdiri, sehingga membuat Venka ikut berdiri juga, dan menatapnya dengan bingung. Lalu si pria misterius, menarik nafasnya dalam-dalam, dan membuangnya perlahan, "Ibu, maafkan aku, karena aku tidak bisa, menjadi anak yang kau banggakan. Ayah, maafkan aku juga, karena aku hanya bisa menghabiskan uang ayah saja. Tapi setelah ini, aku tak akan merepotkan kalian lagi, aku berjanji" ucapnya, sambil memejamkan kedua matanya, dan menikmati angin yang bertiup, dan menerpa wajahnya.


"Sebentar, apa maksud dari ucapannya itu?" ucap Venka, dengan dahinya yang ia kerutkan. Lalu Venka terdiam sejenak, dan mencoba mencerna, apa yang baru saja, si pria misterius katakan.


Lalu si pria misterius membuka kedua matanya, dan melihat ke bawah, yang sangatlah tinggi. Mungkin, batu yang dilempar dari atas, akan jatuh beribu-ribu kilometer ke bawah, dan tenggelam di dasar lautan. Kemudian, ia memperhatikan sekitar, dan memastikan kalau di sana, tak ada orang lain, selain dirinya.


Setelah itu, ia mengganggukkan kepalanya, tanpa berpikir panjang lagi. Karena selama ini, ia sudah begitu tersiksa, sehingga membuatnya jadi tertekan. Kemudian, ia memejamkan kedua matanya lagi, dan merentangkan kedua tangannya, "Selamat tinggal dunia, aku sudah tidak tahan lagi" batinnya, dan kemudian ia langsung melompat ke bawah.


Mendengar suaranya si pria misterius, membuat Venka langsung tersadar dari lamunannya, namun ia sangat terkejut, saat melihat pria misterius itu, yang sudah melompat ke bawah sana, sehingga membuat kedua matanya Venka, langsung membulat dengan sempurna, lalu ia berteriak, "Tidaaakkkkkkkkkkkkkkkkk".


Namun sayang, tak ada gunanya ia berteriak, karena pria misterius itu, sudah jatuh ke bawah sana. Dan mungkin, saat ini si pria misterius, sudah tenggelam di lautan, yang sangat dalam itu.


Venka pun langsung berjongkok, dan mulai terisak. Kini, ia merasa sangat bersalah sekaligus menyesal, karena tidak bisa, mengurungkan niatnya si pria misterius, untuk tidak bunuh diri.


Namun tiba-tiba. . .















To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ