#104

15 2 0
                                    

Saat ini, Draz sedang berada di atas sebuah tebing, di mana di tebing tersebutlah, ia mengakhiri hidupnya.

"Benar kata pepatah, penyesalan selalu datang belakangan. Dan kini, aku sedang merasakan hal tersebut" gumamnya, sambil melihat ke bawah, yang merupakan lautan, yang begitu dalam.

Dengan berat, ia pun menghela nafasnya, dan berkata, "Andai saja, dulu aku tidak memilih untuk mengakhiri hidupku, maka sampai saat ini, aku masih hidup dan masih berada di dunia ini. Dan mungkin, kini aku sudah menjalin sebuah hubungan yang spesial dengan Venka".

Ya, kini Draz memang kembali menyesali, apa yang sudah ia lakukan, yaitu memilih untuk mengakhiri hidupnya, dengan cara melompat, dari tebing tersebut.

"Namun sayang, kini nasi telah menjadi bubur, semuanya sudah terjadi, dan tidak ada yang bisa ku lakukan, selain menyesali semuanya saja" ucapnya, yang kembali menatap lautan, di bawah sana.

Lalu ia kembali menghela nafasnya, dan memejamkan kedua matanya, "Andai saja, aku diberikan kesempatan untuk hidup kembali, maka aku tidak akan menyia-nyiakan hidupku, sekalipun aku harus menjadi, seorang korban bullying lagi" ujarnya.

Sedangkan Venka, kini ia sedang tertidur di dalam kamarnya. Namun tiba-tiba, ia langsung membuka kedua matanya, dan bangkit dari posisinya.

"Draz!" teriaknya.

Clek. . .

Pintu kamarnya pun langsung terbuka, lalu seorang wanita berumur lima puluh tahunan, berjalan menghampirinya.

"Nak, kau kenapa?" tanya wanita itu, yang merupakan ibunya Venka.

Segera Venka menoleh ke arah ibunya, dan menggelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa Bu, aku hanya bermimpi buruk saja" jawabnya.

"Bermimpi buruk?" tanya ibunya, sambil mendudukkan tubuhnya, di tepi tempat tidur.

"Iya Bu, aku bermimpi buruk tentang Draz" jawab Venka, sambil mengganggukkan kepalanya, dan memalingkan pandangannya ke depan.

Ya, tadi Venka memang bermimpi, saat Draz melompat dari atas sebuah tebing, sehingga membuatnya langsung terbangun dari tidurnya.

Ibunya pun langsung menghela nafasnya, dan mengusap-usap bahu putrinya, lalu ia berkata, "Mimpi hanyalah bunga tidur saja, nak. Jadi sebaiknya, tidak usah kau pikirkan".

"Iya Bu" jawab Venka, sambil mengganggukkan kepalanya, dan menoleh ke arah ibunya. Kemudian ia berkata, "Ibu belum tidur?".

Sebuah senyuman pun mulai terukir di wajah ibunya Venka, lalu ia menggelengkan kepalanya, dan mengusap kepala putrinya, "Tidak nak, tadi ibu sudah tertidur, hanya saja ibu terbangun karena haus, tapi tiba-tiba ibu mendengar teriakan mu, sehingga ibu langsung berlari keluar, dan ke kamarmu" tuturnya.

Mendengar apa yang baru saja ibunya katakan, membuat Venka langsung menghela nafasnya dengan kasar, dan menundukkan kepala, "Maafkan aku ya Bu, aku sudah membuat ibu menjadi khawatir" katanya.

Dengan senyuman yang masih terukir di wajahnya, ibunya Venka pun berkata, "Tidak apa-apa nak, kau tidak perlu meminta maaf".

Namun Venka hanya menggangguk saja, dengan kepalanya yang masih ia tundukkan.

"Ya sudah, sebaiknya sekarang kau kembali tidur ya, nak? Besok kan, kau harus berkuliah" ujar ibunya, sambil mengusap kepalanya Venka kembali, dan menyunggingkan senyuman.

"Baik Bu" ucap Venka, sambil mengganggukkan kepalanya. Kemudian, ia pun merebahkan tubuhnya di atas kasur, dan menoleh ke arah ibunya.

Segera wanita paruh baya itu, menarik selimut dan menutupi tubuh putrinya. Lalu ia menyunggingkan senyuman, dan mengecup keningnya Venka, "Selamat tertidur nak, semoga kali ini kau bermimpi indah" katanya.

Hanya dengan sebuah anggukkan dan senyuman, Venka menjawabnya.

Lalu ibunya segera bangkit dari tempat tidur, dan beranjak pergi meninggalkan kamarnya Venka.

Melihat ibunya yang sudah keluar dari kamarnya, membuat Venka menghela nafasnya, dan menatap ke arah jendela, "Draz, kenapa malam ini, aku bermimpi tentang dirimu? Padahal, sudah begitu lama, aku tidak pernah memimpikan mu" gumamnya.


***********************

"Tadi malam, aku bermimpi tentangmu" ujar Venka, yang duduk di belakangnya Draz, sambil memeluk pinggang hantu itu, yang kini sedang menjelma menjadi manusia.

"Oh ya? Tapi, kenapa kau bisa bermimpi tentang ku? Atau jangan-jangan, kau memikirkan ku sebelum tidur" ucap Draz, sambil berfokus menyetir, dan menatap jalan, yang dilewatinya.

Mendengar apa yang baru saja Draz katakan, membuat Venka langsung membulatkan kedua matanya, dan refleks mencubit pinggang hantu itu, "Ish! Kenapa kau malah pede?" ucapnya.

Seketika, gelak tawanya Draz pun langsung pecah, lalu ia berkata, "Kenapa kau malah mencubit pinggang ku? Aku kan hanya bercanda saja".

"Habisnya kau menyebalkan" ucap Venka, sambil mendengus sebal, "Tapi tadi malam, aku memang memimpikan dirimu. Dan di dalam mimpiku itu, aku melihatmu yang melompat dari sebuah tebing" sambungnya.

Draz pun langsung mengerutkan dahinya, setelah mendengar apa yang baru saja gadis itu katakan, "Maksudmu bunuh diri?" tanyanya.

Segera Venka mengganggukkan kepalanya, dan berkata, "Iya. Tapi aku begitu heran, kenapa aku malah bermimpi seperti itu lagi? Padahal, sudah sangat lama, aku tidak bermimpi tentang mimpi tersebut".

Namun Draz hanya terdiam, dan terus berfokus menyetir, tanpa mengatakan apa-apa. Tapi di dalam hatinya, ia mulai bertanya-tanya, kenapa Venka bisa bermimpi seperti itu lagi? Dan, hal tersebut bersamaan dengan dirinya, yang tadi malam, mendatangi tebing tersebut, "Apakah, ini hanya kebetulan saja?" batinnya.













To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now