#99

122 13 6
                                    

Kini, Venka tengah terbaring di atas tempat tidur, dengan selimut yang menutupi tubuhnya.

"Venka, kau sedang sakit?"

Kedua matanya pun langsung terbuka, saat mendengar suara tersebut, dan dapat ia lihat, Draz yang sedang berjalan menghampirinya.

"Draz" ucap Venka.

"Kau sakit apa Venka?" tanya hantu itu, yang terlihat begitu khawatir, sambil duduk di tepi tempat tidurnya Venka.

Sebuah senyuman pun mulai terukir di wajahnya Venka, lalu ia berkata, "Hanya demam saja".

"Lalu, apakah sudah diperiksakan ke dokter?" tanya Draz kembali, tanpa melepaskan pandangannya, dari gadis yang dicintainya itu.

"Sudah tadi" jawab Venka, sambil mengganggukkan kepalanya.

"Tapi, kenapa kau bisa demam? Memangnya, tadi siang kau terkena hujan?" tanya Draz, yang kini mulai terlihat bingung, sambil mengerutkan dahinya. Karena hari ini, ia tidak menjelma menjadi manusia, sehingga ia tidak tahu, apa saja yang gadis itu lakukan.

Segera Venka menggelengkan kepalanya, dan bangkit dari posisinya. Lalu ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran tempat tidur, dan berkata, "Tidak, lagipula tadi tidak hujan".

"Lalu, kenapa kau bisa demam seperti ini?" tanya Draz, yang kini menjadi semakin bingung.

"Kata dokter, karena radang tenggorokan ku yang kambuh, sehingga aku menjadi demam seperti ini" jawab Venka, sambil menundukkan kepalanya.

Mendengar jawabannya Venka, membuat Draz langsung menghela nafasnya, dan mengusap bahu gadis itu, "Kalau begitu, semoga kau cepat sembuh, agar kita bisa traveling bersama lagi" ucapnya, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Terima kasih Draz" ucap Venka, yang masih menundukkan kepalanya, "Tapi aku jadi merasa tidak enak pada kedua orang tuaku, karena aku sudah terlalu sering sakit, sehingga jadi merepotkan mereka. Dan sebenarnya, aku juga tidak ingin sering sakit seperti ini. Namun bagaimana lagi? Karena sejak kecil, aku sudah sering sakit-sakitan" sambungnya.

Dengan berat, Draz menghela nafas, dan kembali mengusap bahunya Venka, "Kau tidak boleh berbicara seperti itu Venka, karena ku yakin, kedua orang tuamu pasti tidak merasa direpotkan sama sekali. Kau adalah anak mereka, jadi sudah sepantasnya mereka menyayangi dan merawat mu, di saat kau sedang sakit" tuturnya.

"Iya, tapi tetap saja aku merasa tidak enak, karena aku sudah terlalu banyak merepotkan mereka" ucap Venka, yang masih menundukkan kepalanya.

"Ya sudah, tidak usah kau pikirkan. Oh ya, apakah kau sudah minum obat?" tanya Draz, sambil mengangkat satu alisnya.

"Sudah tadi" jawab Venka, sambil mengganggukkan kepalanya, dan menatap Draz.

"Syukurlah, aku senang mendengarnya. Kalau begitu, sebaiknya kau istirahat, agar kau cepat sembuh" ujar Draz, sambil menatap Venka dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Terima kasih Draz, tapi. . ." ucap Venka, yang sengaja menggantungkan ucapannya, sehingga membuat hantu itu, menjadi bingung dan mengerutkan dahinya.

"Tapi apa?" tanya Draz.

"Aku semakin takut akan kehilanganmu. Karena aku merasa, cepat atau lambat kau akan pergi meninggalkanku, dan kembali ke alam mu" tutur Venka, sambil menatap Draz dengan dalam.

Draz pun langsung menghela nafasnya dengan kasar, dan menundukkan kepalanya, "Kau tidak perlu menakutkan hal itu Venka, sebab hal tersebut sudah pasti akan terjadi, dan jika sudah waktunya tiba, maka aku akan kembali ke alam ku" ucapnya. Lalu ia mengangkat kepala, dan menoleh ke arah Venka, "Tapi aku berjanji, selama aku masih diberi waktu di dunia ini, aku akan selalu menjagamu, dan membuatmu merasa bahagia" sambungnya, sambil menyunggingkan senyuman.

Segera Venka memeluk Draz dengan begitu erat, sehingga membuat hantu itu menjadi sedikit terkejut, "Terima kasih Draz, aku benar-benar bahagia, karena dapat mengenalmu. Dan aku berharap, semoga suatu saat aku bisa menemukan seorang pria seperti dirimu" ucapnya.

Dengan senyuman yang masih terukir di wajahnya, Draz pun membalas pelukannya Venka, dan mengusap-usap punggungnya, "Kau tidak perlu berterima kasih Venka, dan aku juga berharap seperti itu" katanya.

Beberapa saat kemudian, Venka melepaskan pelukannya, dan menatap hantu itu, tanpa mengatakan apa-apa. Tapi perlahan, ia mendekatkan wajahnya pada Draz, dan memejamkan kedua matanya. Lalu ia pun langsung mengecup bibirnya Draz.

Sedangkan Draz, ia kembali terkejut saat melihat hal tersebut, namun ia hanya diam saja, tanpa melepaskan kecupannya Venka.

************************

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua pagi, tapi saat ini, Draz sedang berada di sebuah tebing, tempat ia mengakhiri hidupnya.

"Andai saja, dulu aku tidak pernah melompat dari atas sini, maka kini aku pasti sudah bahagia bersama dengan Venka" batinnya, sambil melihat ke bawah, yang merupakan lautan yang begitu dalam.

Lalu dengan berat, ia menghela nafas, dan berkata, "Aku benar-benar merasa menyesal, karena sudah memilih untuk mengakhiri hidupku, dan andai saja aku lebih bersabar lagi, maka aku akan bertemu dengan seorang gadis, yang akan selalu membuatku merasa bahagia, yaitu Venka".

"Tapi, nasi sudah menjadi bubur, mungkin memang inilah takdir hidupku, terus tersiksa dan menderita selama hidup. Lalu di saat telah menjadi hantu, baru aku menemukan cinta sejati ku. Hidup memang seperti itu, terkadang terasa tidak adil untuk sebagian orang, termasuk diriku".

Kemudian ia memejamkan kedua matanya, saat merasakan angin yang bertiup, dan menerpa wajahnya, "Andai saja, aku diberikan kesempatan untuk hidup kembali, maka aku akan menggunakannya dengan sebaik mungkin, dan menghabiskannya dengan orang yang paling ku cintai, yaitu Venka" ucapnya.












To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon