#20

128 21 0
                                    

Hari ini, adalah hari Sabtu, dan kampusnya Venka sedang libur. Dan saat ini, Venka tengah menyantap sarapan, bersama dengan keluarganya.


"Sepertinya, aku harus menceritakannya pada mereka, tentang hal-hal aneh, yang akhir-akhir ini kualami" ucap Venka di dalam hati, sambil mengunyah makanan, yang berada di dalam mulutnya.


Namun tanpa ia sadari, ibunya sedang memperhatikannya, sambil menyantap sarapannya juga. Lalu ibunya berkata, "Venka, kau kenapa, nak? Ada yang sedang, kau pikirkan?".


Mendengar apa yang baru saja ibunya katakan, membuat Venka langsung tersadar dari lamunannya. Ia pun mengganggukkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman, yang terpaksa, "Iya Bu, ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiranku" katanya, sambil menundukkan kepalanya.


"Apa? Ceritakan saja, pada kami" ujar ibunya.


Dengan berat, Venka menghela nafasnya, dan mulai menceritakan pada keluarganya.


Beberapa saat kemudian, Venka telah selesai menceritakan hal-hal aneh yang ia alami, pada keluarganya. Namun, ia tak mau menceritakan tentang si pria misterius, pada mereka. Sebab ia tahu, kalau keluarganya tak akan percaya.


"Ayah rasa, itu hanya perasaanmu saja. Karena kami, tidak merasakannya" ujar ayahnya.


"Benar nak, mungkin itu hanya perasaanmu saja" sahut ibunya, yang meng-iyakan ucapan suaminya.


Venka pun langsung menundukkan kepalanya, dan menghela nafasnya, tanpa mengatakan apa-apa. Dan rupanya, tanggapan dari keluarganya, sama seperti yang ia duga, yaitu tidak percaya, dan menganggap hal itu, hanya perasaannya saja.


Karena melihat raut wajahnya Venka, ibunya pun berkata, "Tidak usah kau pikirkan, nak. Itu hanya perasaanmu saja, tidak benar-benar ada".


"Benar, lagipula tidak mungkin, ada hantu di rumah ini" ujar ayahnya.


Karena tak ingin berdebat, Venka pun mengganggukkan kepala, dan tersenyum kecut, "Mungkin benar, itu hanya perasaanku saja" katanya.


10 menit kemudian. . .


Kini, Venka tengah berada di dalam kamarnya, dan sedang termenung, sambil duduk di tepi tempat tidurnya.

Ddrrtttttttr dddrrttttttt. . .

Tiba-tiba ponselnya bergetar, sehingga membuatnya jadi sedikit terkejut. Ia pun segera meraih ponselnya, yang ia taruh di atas nakas. Lalu ia menatap layarnya, dan melihat ada sebuah panggilan masuk, dari nomornya Edvard. Tanpa merasa ragu, atau lama-lama berpikir, ia pun segera menjawab panggilan tersebut, dan mendekatkan ponsel pada telinganya.


"Hallo Venka" sapa Edvard, di sebrang sana.


"Hallo juga Ed, ada apa?" tanya Venka.


"Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin bertanya saja, apakah tadi malam, kau bermimpi tentang pria misterius itu lagi?" tanya Edvard, yang malah berbalik tanya pada Venka.


Namun Venka malah menghela nafasnya, dan menggelengkan kepalanya, "Tidak, bahkan aku tidak memimpikan apa pun" jawabnya.


"Benarkah? Kau sama sekali, tidak bermimpi tentangnya?" tanya Edvard, yang terdengar seperti tidak percaya.


"Iya Ed, aku sama sekali tidak bermimpi tentang si pria misterius" jawab Venka, sambil mengganggukkan kepalanya.


"Tumben sekali, biasanya kau selalu bermimpi tentangnya" ujar Edvard, yang mulai terheran.


"Aku pun juga tidak tahu. Tapi tadi malam, aku kembali mengalami hal-hal yang aneh" ucap Venka.


"Oh ya? Apa saja? Cepat ceritakan padaku" ucap Edvard, yang terdengar begitu penasaran.


Venka pun mulai menceritakan beberapa hal aneh, yang ia alami tadi malam. Dan tentu saja, Edvard mendengarkannya dengan baik.



**************************



Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam. Dan saat ini, Venka tengah berada di dalam kamarnya, dan sedang menatap layar laptopnya. Sehabis menyantap makan malam, ia terus-menerus memutar otaknya, dan mencari ide, untuk menulis cerita terbarunya. Tapi sayang, sampai saat ini, ia belum juga mendapat ide. Dengan berat, ia menghela nafasnya, dan mengusap wajahnya, dengan telapak tangannya.


"Seharusnya, aku fokus mencari ide, untuk menulis cerita terbaruku, bukan malah terus-menerus memikirkan pria misterius itu, dan juga hal-hal aneh, yang yang sering kualami" gumamnya, tanpa melepaskan pandangannya, dari layar laptop. Dan kemudian, ia kembali memutar otaknya, dan melanjutkan acara mencari idenya.


Namun tiba-tiba, ia merasa seperti ada seseorang, yang sedang mengawasinya, dari sisi sebelah kiri. Perlahan, ia pun menoleh ke arah kirinya, tapi ia tidak melihat seorang pun di sana.


"Tidak ada siapa-siapa, tapi kenapa seperti, sedang ada yang mengawasiku?" gumamnya. Lalu ia kembali menatap layar laptopnya, namun ia begitu terkejut, saat melihat sebuah tulisan, yang terpampang di layar laptopnya.


"Kenapa kau mengabaikannya?"


Melihat tulisan tersebut, membuat kedua matanya langsung membelalak. Ia pun segera menekan tombol backspace pada keyboard laptop, untuk menghapus tulisan tersebut. Namun anehnya, tulisan itu tidak bisa dihapus.


"Kenapa tidak bisa?!" ucapnya, yang terus menekan tombol backspace, tapi tetap saja tidak berfungsi, seakan tulisan tersebut, tidak mau dihapus.


"Arghhhhhhhhh sial!" umpat Venka, sambil mengatur nafasnya, yang sedikit terengah-engah. Lalu ia merebahkan tubuhnya di atas kasur, dan memejamkan kedua matanya.














To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang