#21

129 24 0
                                    

Perlahan, Venka membuka kedua matanya, dan mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Dan ia mendapati dirinya, yang tengah berada di dalam kamarnya. Ia pun menghela nafasnya, dan bangkit dari posisinya. Lalu ia duduk di atas tempat tidur, dan terdiam sejenak, sambil mengumpulkan nyawanya. Namun ia sedikit terkejut, saat melihat laptopnya, yang tidak ada di atas ranjangnya. Tanpa berkata apa-apa, ia segera bangkit dari tempat tidur, dan berjalan menuju sebuah meja, yang berada tak jauh di depannya.


Sesampainya di dekat meja itu, ia menghela nafasnya dengan lega, saat melihat laptopnya, yang berada di atas sana.


"Rupanya ada menaruhnya di atas sini, dan itu pasti ibu" gumamnya, disertai dengan senyuman yang terukir di wajahnya.


Lalu ia berjalan menuju pintu kamarnya, dan meraih gagang pintunya. Namun dahinya langung mengerut, saat mendapati pintu tersebut, yang terkunci dari dalam.


"Pintunya masih terkunci?" ucapnya, sambil terdiam sejenak.


Ya, pintu kamarnya memang masih terkunci, dan tidak ada seorang pun, yang bisa masuk ke dalam kamarnya.


"Lalu, siapa yang membenahi laptopku?" gumamnya. Karena seingatnya, ia langsung tertidur, tanpa membenahi laptopnya, terlebih dahulu.


Karena tidak ingin terus memikirkan hal tersebut, ia pun menghela nafasnya dengan kasar, dan berjalan menuju sebuah kamar mandi, yang berada di dalam kamarnya itu.




**************************

*3 hari kemudian. . .

Saat ini, Venka sedang menulis cerita terbarunya, di dalam kamarnya. Tapi sudah beberapa hari ini, ia tidak pernah bermimpi, tentang pria misterius itu lagi. Padahal, ia begitu penasaran, dengan kelanjutannya kisah si pria misterius, begitu pun dengan Edvard. Namun akhir-akhir ini, setiap malam, Venka merasa seperti ada seseorang, yang sedang mengawasinya. Tapi ia tidak tahu, siapakah yang mengawasinya itu? Karena ia tidak bisa melihatnya. Dan begitu pula dengan malam ini, ia merasa seperti ada seseorang, yang sedang mengawasinya, dari sisi sebelah kirinya. Tapi ia berusaha untuk tetap tenang, dan terus berfokus menatap.layar laptopnya.

Brakkk!

Tiba-tiba jendela kamarnya terbuka, karena tertiup oleh angin, yang begitu kencang, dan membuat gorden yang terpasang, menjadi terbang ke sana kemari. Venka pun langsung beralih menatap ke arah jendela, dan mengerutkan dahinya. Lalu ia segera bangkit dari tempat tidur, dan berjalan menuju jendela. Setelah sampai di dekat jendela, ia mencoba mengulurkan kepalanya keluar, untuk melihat, dari mana datangnya angin kencang tersebut.


"Tumben sekali, ada angin sekencang ini, sampai-sampai jendela kamarku terbuka, padahal tadi sudah ku kunci" gumamnya, sambil menutup kembali jendela tersebut, dan tidak lupa menguncinya.


Dengan berat, ia menghela nafasnya, dan membalikkan tubuhnya, namun betapa terkejutnya ia, saat melihat seorang pria yang sedang berdiri, tepat di depannya.


"K-Kau?" ucap Venka, dengan kedua matanya, yang membelalak.


"Kenapa kau mengabaikannya?!" ucap pria tersebut, sambil menatap Venka, dengan tajam.


"Sebentar" ucap Venka, yang berusaha memberanikan diri, untuk memperhatikan wajah pria itu, yang sudah tidak asing baginya. Lalu ia mencoba mengingat-ingat, di mana ia pernah bertemu, dengan pria itu? 


Setelah berhasil mengingatnya, kedua matanya Venka, kembali membelalak. Lalu ia segera bergeser ke arah kiri, dan berlari menuju tempat tidurnya, "Kenapa kau bisa berada di sini?!" ucapnya, yang mulai ketakutan, sambil memeluk sebuah bantal.


Namun pria itu malah berjalan menghampirinya, dengan raut wajahnya, yang terlihat begitu datar, "Aku ada di sini, karena kau mengabaikan cerita itu" katanya.


"Cerita? Cerita apa?" tanya Venka.


"Cerita tentang kisah hidupku, padahal aku sudah menceritakan semuanya padamu, lewat mimpi. Tapi kenapa kau malah mengabaikannya? Bukankah, kau ingin menjadi seorang penulis, yang terkenal?" ujar pria itu sambil menatapnya, dengan tatapan yang seakan terlihat marah.


Venka pun langsung terdiam, dan mendadak jadi patung. Sungguh, ia tidak menyangka, jika pria yang di depannya saat ini, adalah pria misterius itu, yang sering datang ke dalam mimpinya.


"J-Jadi, kau adalah pria misterius itu? Dan, kau sudah mati?" ucap Venka, dengan sedikit gugup, karena merasa begitu takut, sekaligus tidak percaya. Ditambah, wajah pria itu, yang sangatlah pucat.













To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now