#51

69 16 0
                                    

Senyuman kebahagiaan terukir di wajahnya Venka, lalu ia menghela nafasnya dengan lega, dan berkata, "Akhirnya, cerita ini bisa selesai juga, dalam waktu yang cukup cepat. Meskipun sempat tertunda, karena aku sakit".


Ya, Venka baru saja menyelesaikan ceritanya Draz, dan hal tersebut, membuatnya begitu senang, sekaligus lega.

"Sepertinya, ada yang sedang bahagia sekali"

Mendengar suara itu, membuat Venka langsung menoleh ke arah sumber suara, dan dapat ia lihat, Draz yang sedang berjalan menghampirinya, "Kau datang, di waktu yang tepat, Draz" katanya.

"Oh ya? Kenapa bisa seperti itu?" tanya Draz, sambil menghentikan langkahnya, dan duduk di sebelahnya Venka.

"Karena aku baru saja, menyelesaikan ceritamu" jawab Venka, sambil menoleh ke arah hantu itu, dan menyunggingkan senyuman.

"Benarkah? Tapi, kau tak lupa mencantumkan pesan moral, di akhir ceritanya, kan?" ujar Draz.

"Tentu saja tidak, kau bisa mengeceknya langsung" ucap Venka, sambil mengganggukkan kepalanya, dan memberikan laptopnya, pada Draz.

Tanpa mengatakan apa-apa, Draz pun segera mengambil benda tersebut, dan menaruhnya di atas pangkuan. Lalu ia mulai menatap layarnya, untuk mengeceknya.

Sedangkan Venka, ia terus saja tersenyum, dan terlihat begitu bahagia, seperti habis mendapat hadiah.

Beberapa saat kemudian, Draz mengganggukkan kepalanya, dan menoleh ke arah Venka, "Iya, kau sudah menulisnya, dan akhir ceritanya, juga tidak salah" ucapnya.

"Tapi, jika kau mau mengeceknya dari awal, cek saja" ujar Venka, sambil menatap hantu itu, dari samping.

Namun Draz malah menggelengkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman, "Tidak perlu, karena aku percaya, kau tidak akan mengurangi, atau menambahkan ceritanya" katanya.

"Ya sudah, kalau begitu besok aku akan mulai cari informasi tentang penerbit-penerbit" ujar Venka, sambil mengganggukkan kepalanya, dan memalingkan pandangannya, ke depan.

"Dan itu berarti, sebentar lagi impianmu untuk menjadi penulis yang terkenal, akan segera terwujud" ucap Draz, sambil menatap gadis itu, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Sebuah senyuman pun kembali terukir di wajahnya Venka, lalu ia menoleh ke Draz, dan berkata, "Aku jadi tidak sabar, dan ingin hal itu segera terjadi".

"Bersabarlah Venka, karena sebentar lagi, kau akan tiba pada tujuan hidupmu" ucap Draz, dengan disertai senyuman, yang masih terukir di wajahnya.

Namun Venka hanya tersenyum saja, dan menatap hantu itu, tanpa mengatakan apa-apa.




************************




Saat ini, waktu sudah menunjukkan, pukul 11 siang. Dan kini, Venka sedang berada, di halaman belakang kampusnya, dan tengah sibuk, menatap layar laptopnya.

"Umm. . . Aku bingung, ingin mengirim naskah, pada penerbit yang mana dulu" gumamnya.

Ya, saat ini Venka memang tengah mencari informasi tentang penerbit, untuk menerbitkan ceritanya.

"Tapi semuanya, harus melalui jalur seleksi" ucapnya, sambil memalingkan pandangannya, dari layar ponselnya, "Dan sepertinya, tidak ada salahnya, jika aku mencobanya. Namun, aku harus mengatakan hal ini terlebih dahulu, pada Draz. Karena cerita yang mau diterbitkan, adalah ceritanya" sambungnya.

Beberapa saat kemudian, Venka pun menghela nafasnya, dan melirik ke arah jarum jam, yang melingkar di pergelangan tangannya. Lalu ia segera memasukkan ponsel, di saku celananya, dan segera berdiri. Kemudian, ia segera berjalan, dan meninggalkan halaman belakang kampusnya.



10 menit kemudian. . .



Venka langsung menghentikan langkahnya, saat ia hampir bertabrakan dengan Edvard, yang juga ingin memasuki kelasnya.

"Kau duluan saja" ujar Venka, sambil menundukkan kepalanya.

"Tidak, ladies first" ucap Edvard.

"Tidak apa-apa, kau duluan saja, yang masuk ke kelas" ujar Venka, yang masih menundukkan kepalanya.

Dengan kasar, Edvard menghela nafasnya, lalu ia segera menarik tangannya Venka, dan mengajaknya untuk masuk, ke dalam kelas, "Jangan membuang-buang waktu, apa kau lupa, siapa dosen yang akan mengajar, setelah ini?" ucapnya, yang terus saja, menarik tangannya Venka. Dan hal tersebut, membuat mereka berdua, menjadi pusat perhatian, para mahasiswa dan mahasiswi, yang sudah berada di dalam sana.

Namun Venka hanya menundukkan kepalanya saja, dan berjalan mengikuti Edvard.















To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now