#94

40 7 1
                                    

Kini, Draz dan Venka tengah berada di tepi danau, yang tadi mereka kunjungi. Ya, malam ini mereka memang berencana, untuk menginap di sana. Dan saat ini, mereka berdua sedang duduk di dekat api anggun, yang mereka buat.


"Eum. . . Draz" ucap Venka.

"Iya, ada apa Venka?" tanya Draz, sambil menoleh ke arah gadis itu, yang duduk di sebelahnya.

"Kita kan sudah kenal cukup lama, bolehkah aku mengetahui, di mana makam mu?" ujar Venka dengan begitu berhati-hati, sambil menundukkan kepalanya.

"Mengetahui makam ku? Untuk apa?" tanya Draz kembali, sambil mengerutkan dahinya.

"Bukan untuk apa-apa, aku hanya ingin mengetahuinya saja" jawab Venka, yang masih menundukkan kepalanya, "Tapi jika kau merasa keberatan, maka tidak usah, aku tidak akan memaksa" sambungnya.

Dengan sedikit kasar, Draz menghela nafas, mengganggukkan kepala, dan memalingkan pandangannya ke depan, "Baiklah, aku akan mengajakmu ke sana" ucapnya.

Segera Venka mengangkat kepalanya, dan menoleh ke arah hantu itu, yang kini tengah menjelma, menjadi manusia, "Sekarang?" tanyanya.

"Boleh, jika kau mau" jawab Draz, sambil mengganggukkan kepalanya, dan menoleh ke arah Venka.

Sebuah senyuman pun mulai terukir di wajahnya Venka, lalu ia mengganggukkan kepalanya, dan berkata, "Kalau begitu sekarang saja".

"Baiklah, kita akan ke sana sekarang" ucap Draz, sambil mengganggukkan kepalanya, dan segera berdiri.

Venka pun langsung menggangguk semangat, dan ikut berdiri juga.

"Pegang tanganku" ujar Draz, sambil mengulurkan tangannya pada Venka.

Hanya dengan sebuah anggukkan Venka menjawabnya, lalu ia segera menggenggam tangannya Draz, dan menatapnya dari samping.

Kemudian, Draz pun mulai memejamkan kedua matanya, dan diikuti oleh Venka. Lalu tiba-tiba, mereka berdua langsung menghilang begitu saja. Dan untungnya, di sana tidak ada orang lain, selain mereka.

Beberapa saat kemudian, Draz membuka kedua matanya, dan menoleh ke arah Venka, "Sekarang, buka kedua matamu" ujarnya.

Perlahan, Venka pun membuka kedua matanya, dan mengedarkan pandangan ke sekitar, yang begitu gelap, dan juga sepi, "Jadi, di tempat ini lah, kau dimakamkan?" tanyanya, yang beralih menatap Draz, yang berdiri di sebelahnya. Ya, saat ini mereka memang sedang berada di sebuah pemakaman, yang berada di Kanada.

"Benar, di sinilah tempat peristirahatan terakhir ku" jawab Draz, sambil mengganggukkan kepalanya, "Dan, itu adalah makam ku" sambungnya, sambil menunjuk ke sebuah makam, yang berada di depannya.

Segera Venka menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh Draz, dan dapat ia lihat, sebuah makam yang berada di depannya. Lalu ia langsung berjongkok di dekat makam itu, dan membaca sebuah nama, yang berada di nisannya, "Drazen Gavranovic" ucapnya, yang kemudian beralih menatap Draz, yang berdiri di sebelahnya.

"Iya, itu adalah makam ku" jawab Draz, sambil menganggukkan kepalanya, dan dengan kedua tangannya, yang ia masukkan ke dalam saku celana.

Venka pun kembali menatap makam tersebut, yang merupakan makamnya Draz, lalu dengan perlahan, ia mengusap nisannya, "Kasihan sekali dirimu Draz, harus mati di usia yang masih begitu muda, dan tidak seharusnya, hal tersebut terjadi padamu. Sungguh, rasanya aku tidak percaya, jika pria yang selama ini selalu menemaniku, dan membuatku bahagia, adalah makhluk tak kasat mata, yang kini makamnya berada di depan mataku" batinnya.

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now