#41

85 21 0
                                    

Esok malamnya. . .

Saat ini, Venka tengah mengetik cerita di ruang keluarga, dan tak biasanya, ia seperti itu. Karena biasanya, ia lebih suka mengetik cerita, di dalam kamarnya, agar bisa lebih fokus.

"Lho Venka, kau belum tidur, nak?"

Mendengar suara tersebut, membuatnya langsung menoleh ke arah sumber suara, dan dapat ia lihat, ibunya yang sedang menuruni anak tangga.

"Belum Bu, aku belum mengantuk" jawab Venka, sambil menggelengkan kepalanya, dan kembali menatap layar laptopnya.

Wanita paruh baya itu pun berjalan menghampiri Venka, dan berdiri di sebelahnya, "Memangnya, kau sedang apa, nak?" tanyanya, sambil memegang bahu putrinya.

"Seperti biasa Bu, sedang mengetik cerita" jawab Venka, dengan disertai oleh senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Oh. . . Tapi saran ibu, sebaiknya kau jangan tidur sampai larut malam, karena nanti kau bisa sakit lagi" ujar ibunya, yang masih memegang, bahunya Venka.

"Iya Bu, aku tidak akan tidur, sampai larut malam. Dan lagipula, besok kan aku harus kuliah" ucap Venka, yang kembali melanjutkan aktifitasnya, yang sempat tertunda.

"Ya sudah, kalau begitu ibu ke dapur dulu, ya? Atau, kau ingin ibu buatkan, susu hangat?" tanya ibunya, sambil menatap Venka, dari samping.

Venka pun segera menggelengkan kepalanya, dan menoleh ke arah ibunya, "Tidak usah Bu, dan lagipula aku sedang tidak ingin minum susu" jawabnya, sambil menyunggingkan senyuman.

"Baiklah kalau begitu, nak" ucap ibunya, yang kemudian segera berjalan, menuju dapur.

Namun Venka hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan kembali menatap layar laptopnya.


1 jam kemudian. . .


Venka menghela nafasnya dengan lega, dan merenggangkan otot-ototnya, yang terasa pegal.

"Akhirnya, selesai juga part 23-nya" gumamnya, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Lalu ia melirik ke arah jarum jam, yang berada di dinding, "Wah, rupanya sudah jam 11 malam" ucapnya, yang terlihat sedikit terkejut.

Kemudian ia kembali menatap layar laptopnya, dan menyimpan part tersebut, ke dalam draf, "Sepertinya, aku harus segera tidur" katanya, namun tiba-tiba, ia teringat dengan hantu itu, "Ehh, tapi. . . Apakah Draz sudah datang, dan berada di dalam kamarku?" ucapnya, sambil memalingkan pandangannya, dan terdiam sejenak.



***********************


"Venkaaa"

Venka langsung menghentikan langkahnya, saat ia mendengar, namanya yang dipanggil, oleh seseorang. Lalu ia menoleh ke arah sumber suara, dan dapat ia lihat, Edvard yang sedang berada, tak jauh di belakangnya.

Segera pria itu berjalan menghampiri Venka, dan berdiri di sebelahnya, "Selamat pagi, Venka" sapanya, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Selamat pagi juga, Ed" jawab Venka, sambil menyunggingkan senyuman, dan kembali melanjutkan langkahnya.

"Oh ya, apakah nanti malam, kau tidak ada acara?" tanya Edvard, yang berjalan di sebelahnya gadis itu.

"Tidak ada" jawab Venka, sambil menggelengkan kepalanya, lalu ia menoleh ke arah Edvard, dan berkata, "Memangnya kenapa?"

"Rencananya nanti malam, aku ingin mengajakmu, pergi ke suatu tempat" ujar Edvard, sambil memalingkan pandangannya, dari sahabatnya itu.

"Oh ya? Ke mana?" tanya Venka, yang mulai terlihat penasaran.

Segera Edvard menoleh ke arah Venka, dan menyunggingkan senyuman, "Kalau itu rahasia, yang jelas nanti malam, aku akan menjemputmu" katanya.

"Baiklah, dan kebetulan nanti malam, keluargaku ada sebuah acara, jadi mereka tidak ada di rumah" ujar Venka, sambil mengganggukkan-anggukkan kepalanya, dan memalingkan pandangannya, ke depan.

Namun Edvard hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan menyunggingkan senyuman, sambil menatap Venka, dari samping.














To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now