#75

51 10 0
                                    

3 hari kemudian. . .

Semakin hari, Draz semakin sibuk syuting, bahkan kini ia syuting dari pagi sampai sore, dan selalu seperti itu, di setiap harinya. Karena produser film itu mengatakan, agar filmnya bisa cepat ditayangkan di layar lebar. Dan tentu saja, Venka selalu setia menemaninya.

"Okay, syuting hari ini sampai di sini dulu, besok kita lanjutkan lagi, terima kasih semuanya, kalian boleh beristirahat dan pulang" ujar sutradara.

Sebuah senyuman pun mulai terukir di wajahnya Venka, segera ia berjalan menghampiri Draz, dan memberikannya sebotol air mineral, "Ini, kau pasti haus, dan juga lelah, kan" ujarnya.

"Iya, terima kasih Venka, kau begitu mengerti diriku" ucap Draz, sambil mengambil air mineral tersebut, dan menyunggingkan senyuman.

Namun Venka hanya tersenyum saja, dan memperhatikan hantu itu, yang kini sedang dalam wujud manusia.

Tak lama kemudian, Draz menghela nafasnya dengan lega, dan menutup botol air mineral itu, "Oh ya, aku sudah memikirkan saran darimu, beberapa hari yang lalu" katanya.

"Saran? Saran yang mana?" tanya Venka, sambil mengerutkan dahinya.

Segera Draz menarik tangannya Venka, dan mengajaknya untuk pergi dari tempat tersebut, karena di sana masih ramai, oleh para crew.

Setelah ia rasa sudah cukup aman, ia pun menghentikan langkahnya, dan melepaskan cengkeramannya, dari tangannya Venka, "Kau masih ingat tidak? Saat kau mengatakan, kalau kita masih bisa traveling bersama, meskipun aku bukan lagi, seorang manusia" ujarnya, sambil duduk di sebuah kursi panjang.

"Oh. . . Yang itu, iya aku masih mengingatnya, memangnya kenapa?" tanya Venka, sambil mendudukkan tubuhnya, di sebelahnya Draz.

"Aku rasa, tidak ada salahnya, jika kita mencobanya. Maksudku, kita traveling bersama, dan mengunjungi tempat-tempat indah, yang ada di dunia ini" jawab Draz, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya, "Dan lagipula, selagi masih ada waktu, dan aku masih berada di dunia ini" sambungnya.

Mendengar kalimat terakhir yang dikatakan oleh Draz, membuat Venka langsung mengerutkan dahinya, dan berkata, "Selagi masih ada waktu, dan kau masih berada di dunia ini? Apakah itu artinya, suatu saat kau akan pergi meninggalkanku?".

Draz pun langsung menghela nafasnya, dan menundukkan kepala, "Ya, kira-kira seperti itu, karena aku tidak tahu, sampai kapan aku bisa berada di dunia ini. Dan lagipula, dunia kita kan sudah berbeda, jadi suatu saat, aku akan kembali ke alam ku" ucapnya.

"Tidak Draz! Kau tidak boleh kembali ke alam mu, dan meninggalkan ku" ujar Venka, sambil menggelengkan kepalanya.

Segera hantu itu menoleh ke arah Venka, dan mengerutkan dahinya, "Kenapa seperti itu?" tanyanya.

"Karena aku akan kehilangan sahabat terbaikku, yang begitu mengerti diriku, dan sudah membantuku, untuk mewujudkan impianku" jawab Venka, sambil menundukkan kepalanya.

Mendengar apa yang baru saja Venka katakan, membuat Draz langsung terdiam, dan menatapnya tanpa mengatakan apa-apa.



************************



Seorang pria sedang berpegangan pada jeruji besi, sambil menundukkan kepalanya.

"Andai saja, aku tidak pernah melakukan bullying padanya, maka saat ini, aku pasti masih bisa menikmati udara segar di luar sana, tidak terkurung di dalam penjara, seperti ini" gumamnya, yang merupakan Riley, seorang pria yang menjadi ketua genk, yang sering membully Draz.

"Syukurlah, jika kau sudah menyadarinya, dan kurasa kau menyesali perbuatanmu itu".

Segera ia mengangkat kepalanya, saat mendengar suara tersebut, namun betapa terkejutnya ia, saat melihat Draz, yang sedang berdiri di luar penjara itu.

"D-Draz? Kenapa kau bisa berada di sini? Bukankah, kau sudah mati?" ucapnya dengan terbata-bata, dan menatap korban bullynya itu, dengan tidak percaya.

"Ya, ini memang aku, Draz. Seorang mahasiswa yang tak bersalah, yang dulu sering kau bully, sampai-sampai bunuh diri, karena terlalu depresi" ucap Draz dengan datar, sambil menatap Riley, yang berada di penjara tersebut.

"Tidak! Itu tidak mungkin! Kau sudah mati Draz" ucap Riley, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Draz pun menghela nafasnya dengan kasar, dan menundukkan kepala, "Iya, aku memang sudah mati Riley, dan itu karena perbuatan mu dan teman-teman mu. Tapi kini, aku menjadi arwah gentayangan, karena ada sesuatu, yang harus ku selesaikan" ujarnya.

"Sesuatu yang ingin kau selesaikan? Apakah itu membunuhku, dan teman-temanku?" tanya Riley, dengan dahinya yang ia kerutkan.

Seketika gelak tawanya Draz pun langsung pecah, setelah mendengar apa yang baru saja Riley katakan. Lalu ia berkata, "Kenapa kau bisa berpikir seperti itu? Apakah itu karena, kau telah menyadari kesalahanmu?".

Namun Riley hanya diam saja, dan menatap hantu itu, tanpa mengatakan apa-apa.

"Riley Riley, aku tak akan menjadi arwah gentayangan seperti ini, jika hanya ingin membalas perbuatanmu, dan teman-teman mu itu, dan lagipula aku tidak berniat, untuk melakukan hal tersebut" ucap Draz.

"Lalu?" tanya Riley.

"Itu bukan urusanmu, karena yang terpenting adalah, kau bisa menyesali semua perbuatan mu, dan tidak akan mengulanginya lagi. Sebab aku tak ingin, ada korban mu yang lain, selain diriku. Cukup diriku saja, yang menjadi korban bullying genk mu, jangan sampai ada korban lain" tutur Draz.

Lagi-lagi Riley pun hanya terdiam, dan menatap Draz, tanpa mengatakan apa-apa. Dan perlahan, Draz mulai menghilang, dan meninggalkannya yang masih terpaku.















To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon