#95

43 7 0
                                    

Edvard menepikan mobilnya, saat tiba di depan sebuah rumah. Segera ia mematikan mesinnya, dan melepas sabuk pengaman, dari tubuhnya.


"Semoga saja, ia ada di rumah" gumamnya, sambil keluar dari dalam mobilnya.

Setelah berada di luar, ia pun berdiri di depan pintu pagar rumah itu, dan menekan sebuah bel, yang menempel di dinding dekat pintu pagar.

Ting tong. . .

Bel itu langsung berbunyi, saat ia menekannya. Lalu dengan tidak sabar, ia menunggu si pemilik rumah keluar.

Tak lama kemudian, seorang wanita berumur lima puluh tahunan, keluar dari dalam rumah tersebut, "Ternyata dirimu" ucapnya, yang berjalan menghampiri Edvard. Setelah berada di dekat pintu pagar, ia pun langsung membukanya, dan berkata, "Ayo silahkan masuk".

"Iya, terima kasih Tante" jawab Edvard, sambil mengganggukkan kepalanya, dan berjalan memasuki halaman rumah tersebut.

Segera wanita paruh baya itu, menutup pintu pagarnya kembali, dan berjalan mengikuti Edvard, dari belakang.

"Maaf tante, saya mau tanya, apakah Venka ada di rumah?" tanya Edvard, sambil menghentikan langkahnya, dan menoleh ke arah wanita itu, yang merupakan ibunya Venka, karena saat ini ia sedang berada di rumah sahabatnya itu.

"Lho, memangnya kau tidak tahu? Kalau Venka sedang pergi bersama dengan Draz, sejak kemarin sore" ujar ibunya Venka, sambil mengerutkan dahinya.

Mendengar apa yang baru saja ibunya Venka katakan, membuat Edvard menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya, "Pergi bersama dengan Draz sejak kemarin sore?" tanyanya, dan wanita itu langsung mengganggukkan kepalanya, "Kalau saya boleh tahu, mereka pergi ke mana tante?"

"Katanya mereka ingin berkemah bersama" jawab ibunya Venka, sambil menatap Edvard yang berdiri di sebelahnya.

"Berkemah?" ucap Edvard, dan ibunya Venka langsung mengganggukkan kepalanya.

Edvard pun langsung terdiam, dan menundukkan kepalanya, tanpa mengatakan apa-apa. Namun di dalam hatinya, ia mulai bertanya-tanya ke manakah Venka dan hantu itu pergi?

"Memangnya Venka tidak memberitahu mu?" tanya ibunya Venka, sehingga membuat Edvard, langsung tersadar dari lamunannya.

"Ah, tidak Tante. Makanya saya datang ke sini, karena saya mengira dia ada di rumah" jawab Edvard, sambil menggelengkan kepalanya, dan tersenyum kikuk.

"Kalau begitu, coba kau hubungi saja" ujar ibunya Venka.

"Sudah Tante, tadi sebelum datang ke sini, saya sudah menghubunginya, tapi ponselnya tidak aktif" jawab Edvard.


*************************


"Memangnya, kau mau mengajakku ke mana?" tanya Venka.

"Rahasia" jawab Draz, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya, "Yang pasti, kau akan menyukainya, karena tempatnya begitu indah" sambungnya.

"Oh ya? Tapi lebih indah mana, dengan diriku?" tanya Venka, sambil mengangkat satu alisnya, dan melipat kedua tangannya di dada.

Mendengar apa yang baru saja gadis itu katakan, membuat gelak tawanya Draz langsung pecah dalam seketika. Lalu ia mengacak rambutnya Venka dengan gemas, dan berkata, "Sejak kapan, kau jadi pede seperti ini?".

"Baru saja, dan itu kan karena dirimu yang mengajarinya" jawab Venka, sambil memalingkan pandangannya.

Namun Draz malah kembali tertawa, dan berkata, "Ya sudah, kalau begitu ayo kita segera ke sana".

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now