#74

49 8 0
                                    

Hari ini adalah hari Minggu, dan saat ini Draz dan Venka sedang berada di sebuah tempat wisata, dan duduk di bawah sebuah pohon, yang sedang berbunga. Bunga-bunga dari pohon itu begitu cantik, ditambah berwarna pink, sehingga membuat siapa saja yang melihatnya, akan terpesona.


"Oh ya, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?" ujar Venka.

Draz yang duduk di sebelahnya Venka, pun langsung menoleh, dan mengerutkan dahinya, "Apa?" ucapnya.

"Bagaimana kabar, kelima orang pria, yang sudah membully mu?" tanya Venka, sambil menoleh ke arah hantu itu.

Draz pun langsung menghela nafasnya dengan kasar, dan memalingkan pandangannya, "Mereka sudah dipenjara, untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya" jawabnya.

"Oh ya? Berapa lama?" tanya Venka kembali.

"Kalau itu, aku kurang tahu, tapi yang pasti, aku merasa lega melihat mereka dipenjara, dan kurasa itu setimpal, dengan yang telah mereka lakukan" jawab Draz.

"Tapi kenapa kau tidak membalas perbuatan mereka? Maksudku, kau bisa saja menakut-nakuti mereka, sampai mereka mati, karena ketakutan" ujar Venka.

"Menyimpan dendam itu tidak baik, Venka. Mereka sudah dipenjara, dan kurasa itu hukuman yang cukup, agar mereka bisa menyadarinya" ucap Draz, sambil menoleh ke arah gadis itu.

Segera Venka mengganggukkan kepalanya, dan memalingkan pandangannya, "Kau benar, mereka sudah mendapat hukumannya. Tapi aku tidak menyangka, jika kau tidak mau membalas perbuatan mereka" ucapnya.

Draz pun menghela nafasnya dengan kasar, dan memalingkan pandangannya ke depan. Lalu ia berkata, "Sebenarnya, dunia ini begitu indah, hanya saja orang-orangnya yang membuat dunia ini menjadi terlihat kejam".

Mendengar apa yang baru saja hantu itu katakan, membuat Venka langsung menoleh, dan mengerutkan dahinya, "Maksudnya?" tanyanya.

"Maksudku, yang membuat dunia ini, jadi terlihat kejam dan menyeramkan adalah para penghuninya. Karena manusia, adalah Monster yang sesungguhnya" jawab Draz, tanpa menoleh ke arah Venka.

"Benar, aku setuju denganmu" ucap Venka, sambil menggangguk dan menundukkan kepalanya.

"Dan sebenarnya, cita-citaku menjadi seorang Traveler, karena aku ingin menjelajahi dunia ini, tapi sayang, maut yang lebih dulu datang kepadaku" ucap Draz, sehingga membuat Venka, langsung menoleh ke arahnya, "Andai saja, aku masih hidup Venka, maka aku akan mengajakmu, mengunjungi tempat-tempat indah, yang berada di dunia ini" sambungnya.

"Kau masih bisa melakukannya, Draz" ujar Venka.

"Maksudmu?" tanya Draz, sambil menoleh ke arah gadis itu, dan mengerutkan dahinya.

"Maksudku, kau masih bisa melakukan hal itu, meskipun kini kau bukan lagi seorang manusia. Karena, kau bisa menjelma, seperti sekarang ini" jawab Venka, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Draz pun langsung terdiam sejenak, setelah mendengar apa yang baru saja Venka katakan. Tapi ia merasa, ucapannya gadis itu, ada benarnya juga.

"Jika kau mau, aku bisa menemanimu mengunjungi tempat-tempat indah, yang ada di dunia ini. Ya, bisa dibilang kita traveling bersama" ujar Venka, sambil menyunggingkan senyuman, dan tanpa melepaskan pandangannya, dari hantu itu.




************************




"Traveling bersama dengan Draz, sepertinya hal itu akan begitu menyenangkan, meskipun ia bukan lagi seorang manusia" ucap Venka, sambil menatap keluar jendela kamarnya.

Ya, saat ini Venka tengah berada di dalam kamarnya, dan sedang memikirkan ucapannya Draz, yang tadi siang.

"Andai saja, aku masih hidup Venka, maka aku akan mengajakmu, mengunjungi tempat-tempat indah, yang berada di dunia ini"

Bibirnya pun langsung terangkat, saat mengingat ucapannya hantu itu, meskipun ia tidak paham, apa maksud dari ucapannya Draz tersebut, tapi ia merasa senang, karena Draz berniat untuk mengajaknya traveling bersama.

Dddrrttttt dddrrttttt. . .

Ia langsung tersadar dari lamunannya, saat mendengar suara ponselnya, yang bergetar. Segera ia membalikkan tubuhnya, dan berjalan menuju nakas, lalu ia mengambil benda tersebut, dan menatap layarnya.

"Edvard? Ia mengirimkan pesan apa?" gumamnya, saat melihat ada sebuah pesan masuk, dari nomornya Edvard.

Karena penasaran, ia pun segera membuka pesan tersebut, dan mulai membacanya.

"Tadi siang, aku tak sengaja melihatmu dengan hantu itu, sepertinya kalian makin dekat saja, ya? Aku jadi iri melihatnya, padahal aku yang lebih dulu mengenalmu, tapi malah ia yang bisa lebih dekat denganmu"

Venka langsung menghela nafasnya dengan kasar, usai membaca pesan tersebut, "Apa maksudnya, Edvard mengirimkan pesan seperti ini?" ucapnya.

Lalu ia pun segera mengetik pesan balasannya, "Iya, tadi siang aku memang pergi bersama dengan Draz, tapi apa maksudnya, kau mengirimkan pesan seperti ini?". Dan kemudian, ia mengirimkan pesan tersebut.

"Edvard ini, terkadang sikapnya suka aneh" gumamnya, sambil menghela nafasnya kembali, dan duduk di tepi tempat tidur.

Ddrrrttttt dddrrttttt. . .

Ponselnya pun kembali bergetar. Segera ia menatap layarnya, dan melihat ada sebuah pesan masuk, dari nomornya Edvard.

Segera ia membuka pesan tersebut, dan membacanya, "Maksudnya, aku cemburu melihatmu dan makhluk tak kasat mata itu, yang semakin lama semakin dekat. Dan aku begitu terheran, kenapa kalian bisa sedekat itu? Padahal, kau belum lama kenal. Atau jangan-jangan, kalian saling suka, ya? Ck, kau harus ingat Venka, ia adalah hantu, duniamu dan dunianya sudah berbeda, dan tak seharusnya, kau terlalu dekat dengannya, karena bisa-bisa, nanti ia mengajakmu ke alamnya".

"Lagi-lagi ia seperti ini" gumam Venka yang terlihat mulai geram, sambil menghela nafasnya dengan kasar. Ia pun segera menekan nomornya Edvard, dan menghubunginya. Lalu ia mendekatkan ponsel pada telinganya, dan berkata, "Angkatlah Ed, kita harus berbicara!".

Nada tersambung pun mulai terdengar di sebrang sana, dan dengan tidak sabar, Venka menunggu Edvard menjawab panggilan darinya.

Taka lama kemudian, "Nomor yang Anda tuju sedang sibuk, silahkan hubungi beberapa saat lagi".

"Errr menyebalkan! Ia sengaja tidak mengangkat teleponku" ucap Venka, yang terlihat semakin geram, bahkan tangannya ia kepal, dengan begitu kuat.















To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now