#83

44 6 0
                                    

Kini Venka dan keluarganya tengah berkumpul di ruang keluarga, dan sedang mengobrol bersama.


"Lalu, kapan filmnya akan mulai ditayangkan?" tanya ayahnya.

"Besok Yah, film itu akan mulai ditayangkan, di seluruh bioskop yang berada di negara ini" jawab Venka, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Pria berumur lima puluh tahunan itu pun langsung mengganggukkan kepalanya, setelah mendengar jawaban putrinya, lalu ia berkata, "Kalau begitu, besok kita ke bioskop, dan menonton filmnya bersama".

"Ibu rasa, itu adalah ide yang bagus. Dan, ibu begitu bangga padamu, Venka" sahut ibunya Venka, sambil mengusap kepala putrinya.

Sebuah senyuman pun mulai terukir di wajahnya Venka, lalu ia segera memeluk wanita yang sangat dicintainya itu, dan berkata, "Terima kasih Bu. Dan, ini karena doa kalian berdua".

"Benar, kami bangga padamu, Venka. Kau sudah berkerja cukup keras, untuk mengejar cita-citamu, dan kau patut bangga pada dirimu sendiri" sahut ayahnya.

Namun Venka hanya tersenyum saja, dan masih memeluk ibunya, dari samping. Tapi di dalam hatinya, ia berkata, "Ini semua karena Draz, kalau bukan karena dirinya, maka aku tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Tapi sayang, sejak kemarin ia menghilang begitu saja, tanpa mengatakan apa-apa".

3 jam kemudian. . .

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam, dan saat ini Venka belum tertidur, dan masih melamun di dalam kamarnya. Padahal, sedari tadi ia terus-menerus menguap, bahkan matanya sudah mulai terasa berat, tapi ia malah memaksakan diri, untuk tetap terjaga.

"Draz, apakah malam ini kau tidak akan datang juga?" batinnya, sambil menatap ke jendela kamarnya, yang belum ditutup.

Lalu ia pun memeluk kedua lututnya, dan menundukkan kepala, "Jika kau memang ingin pergi, kumohon pamitlah padaku, terlebih dahulu. Jangan mendadak menghilang seperti ini" ucapnya.

Namun tiba-tiba, angin berhembus cukup kencang, dari luar jendela. Tapi Venka hanya diam saja, dan masih menundukkan kepalanya.

"Venka"

"Sepertinya aku mendengar suaranya Draz. Tapi itu hanya halusinasi ku saja, karena aku terus memikirkan dirinya" ucapnya.

"Kata siapa, itu hanya halusinasi mu saja?"

Mendengar suara tersebut, membuat Venka jadi semakin bingung.

"Coba angkat kepalamu, dan lihatlah kalau kau sedang tidak berhalusinasi"

Perlahan, Venka pun mengangkat kepalanya, namun betapa terkejutnya ia, saat melihat Draz yang sedang berdiri, di dekat jendela.

Melihat hal tersebut, membuat sebuah senyuman langsung terukir di wajahnya Venka. Lalu ia segera bangkit dari tempat tidurnya, dan berlari menghampiri hantu itu, "Drazzz, akhirnya kau datang juga" ucapnya, yang langsung memeluk Draz.

Draz pun langsung membalas pelukannya Venka, dan mengusap-usap punggungnya, "Iya Venka, ini memang diriku. Aku ingin meminta maaf, karena sudah mendadak menghilang, tanpa pamit terlebih dahulu" ucapnya, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Segera Venka melonggarkan pelukannya, dan mendongak untuk menatap hantu itu, "Iya tidak apa-apa, aku sudah memaafkanmu. Tapi, kau datang bukan untuk pamit, kan?" ucapnya, sambil memicingkan matanya.

"Pamit? Pamit ke mana?" tanya Draz, dengan satu alisnya yang terangkat.

Raut wajahnya Venka pun langsung berubah menjadi murung, lalu ia menundukkan kepalanya, dan berkata, "Pamit untuk pergi selamanya, karena tugasmu tugas selesai".

Mendengar apa yang baru saja gadis itu katakan, membuat Draz langsung tertawa, dan menggeleng-gelengkan kepalanya, "Venka Venka, tentu saja tidak. Kata siapa, aku datang ke sini, hanya untuk pamit?" ucapnya.

"Ya, habisnya kemarin saat penayangan filmnya selesai, kau mendadak menghilang begitu saja, tanpa mengatakan apa-apa padaku. Jadi aku berpikir, kalau kau tidak akan datang lagi" ujar Venka.

"Venka, kemarin aku menghilang, karena aku jadi teringat kembali, dengan kisah hidupku. Maka dari itu, aku langsung menghilang tanpa pamit terlebih dahulu padamu. Dan kuakui, aku memang salah, sebab hal tersebut membuatmu jadi merasa khawatir, dan memikirkan diriku. Tapi itu bukan berarti, aku tidak akan datang lagi. Dan lagipula, kalaupun tugasku sudah selesai, aku pasti akan pamit padamu, sebelum aku kembali ke alam ku, untuk selama-lamanya" tutur Draz, sambil memegang kedua bahunya Venka, dan menyunggingkan senyuman.

Perlahan, Venka pun mengangkat kepalanya, dan menatap hantu itu, "Jadi, suatu saat kau akan tetap kembali ke alam mu?" tanyanya.

"Benar" jawab Draz, sambil mengganggukkan kepalanya, "Karena itu adalah sebuah keharusan, sebab dunia ku bukan lagi di sini" sambungnya.

Raut wajahnya Venka pun, langsung berubah menjadi murung lagi, setelah mendengar apa yang baru Draz katakan, namun ia tidak mengatakan apa-apa, dan hanya diam saja.

Karena tak ingin melihat Venka bersedih, Draz pun mengusap-usap bahunya, dan berkata, "Sudah, jangan bersedih. Lagipula, itu kan bukan sekarang. Jadi sebaiknya, kita cukup menjalaninya saja, dan mengisinya dengan kebahagiaan".

"Baiklah" jawab Venka, sambil mengganggukkan kepalanya.




************************




Venka dan keluarganya berjalan keluar, dari sebuah bioskop.

"Filmnya benar-benar bagus, ayah tidak menyangka, jika kau bisa membuat cerita sebagus itu" ujar ayahnya.

Ya, mereka memang baru saja, selesai menonton sebuah film, yang diangkat dari kisah hidupnya Draz. Dan hari ini, film itu mulai tayang serentak di seluruh bioskop, yang ada di negara tersebut.

"Benar, dan dari film itu, para orang tua jadi lebih memperhatikan anaknya, dan tidak menyia-nyiakannya. Dan semoga saja, kasus bullying yang ada di dunia ini, bisa berkurang" sahut ibunya.

Sebuah senyuman pun mulai terukir di wajahnya Venka, namun ia hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan tidak mengatakan apa-apa. Tapi di dalam hatinya, ia berkata, "Maafkan aku Yah, Bu, tapi sebenarnya film itu bukanlah buatan ku".

"Dan seharusnya, Draz ikut menonton bersama dengan kita" ujar ayahnya.

"Oh iya, Draz ke mana, nak? Kenapa tidak pernah datang lagi? Kalian sedang tidak bertengkar, kan?" ucap wanita berumur lima puluh tahunan itu, yang beralih menatap putrinya.

Ya, setelah selesai syuting film itu, Draz memang tidak pernah datang lagi ke rumahnya Venka, dalam wujud manusia, sehingga membuat kedua orang tuanya Venka, menjadi bingung.












To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt