#6

239 25 2
                                    

Waktu sudah menunjukkan, pukul 10 malam. Dan saat ini, Venka tengah termenung di dekat jendela kamarnya, sambil memikirkan mimpinya, yang tadi. Sebenarnya, ia ingin sekali menceritakannya pada Edvard, tapi ia enggan, untuk melakukan hal itu, karena ia yakin, pasti Edvard hanya mengganggapnya, kalau itu hanya mimpi biasa saja, dan tak ada kaitannya dengan apa pun. Padahal, Venka merasa kalau mimpinya itu, bukan hanya mimpi biasa saja. Karena tak biasanya, ia bermimpi secara bersambung seperti itu.


Tok tok tok. . .


Ia langsung menoleh ke arah pintu kamarnya, saat mendengar suara ketukan pintu dari luar.

"Siapa?" pekiknya, tanpa beranjak sedikit pun. Namun tak ada jawaban apapun, dari luar sana, sehingga membuatnya menghela nafasnya, dan berjalan menuju pintu. Lalu ia membuka pintunya, dan melihat keluar. Tapi sayang, tak ada siapapun di sana. Dan ia berpikir, kalau itu adalah ulah adiknya, yang ingin menjahilinya.

Dengan berat, ia menghela nafasnya, dan kembali menutup pintunya. Lalu ia berjalan menuju jendela, dan berdiri di dekat sana.


Tok tok tok. . .


Tiba-tiba, kembali terdengar suara ketukan pintu, dari luar kamarnya, sehingga membuat Venka kembali menghela nafasnya, dan berjalan menuju pintu. Lalu ia membuka pintunya kembali, dan memperhatikan sekitar. Tapi tetap saja, tak ada siapapun di sana. Dan ia berpikir, pasti itu adalah adiknya, yang sengaja menjahilinya, dan ingin membuatnya menjadi takut.

"Jangan menjahiliku, aku sedang tak ingin bercanda" ucap Venka, yang kemudian menutup pintunya kembali. Lalu ia berjalan menuju jendela, dan menutup serta menguncinya. Dan setelah itu, ia merebahkan tubuhnya di atas kasur, dan menatap langit-langit kamarnya.

Namun tiba-tiba, pintu lemarinya terbuka sendiri, sehingga membuatnya jadi terkejut, dan langsung menoleh ke arah lemari, yang berada tak jauh, di sisi sebelah kirinya.

Melihat hal tersebut, membuatnya jadi terheran, dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Lalu ia segera bangkit dari tempat tidur, dan berjalan untuk menutup pintu lemari. Setelah selesai, ia menghela nafasnya, dan terdiam sejenak, sambil memperhatikan lemari tersebut.

"Kenapa pintunya bisa terbuka? Padahal tidak ada angin" batinnya, yang kembali bertanya-tanya, pada dirinya sendiri. Dan kemudian, ia kembali berjalan menuju ranjangnya, dan merebahkan tubuhnya di atas sana.




**************************




Venka memperhatikan sekitar, dan mendapati dirinya, yang kini berada di sebuah jalan, yang ia tak tahu di mana letaknya. Tapi tak jauh di depannya, ada sebuah mobil berwarna merah, yang sedang terparkir.

"Di mana aku berada?" batinnya, sambil terus memperhatikan sekitar.

Tapi tiba-tiba, ia melihat sebuah mobil berwarna hitam, yang baru saja belok, dan lewat di depannya. Namun tiba-tiba, mobil itu langsung berhenti, tepat di belakang mobil berwarna merah itu. Kemudian, mobil berwarna hitam itu berjalan mundur, tapi tiba-tiba, sebuah mobil berwarna putih, berhenti tak jauh di belakangnya, dan membunyikan klaksonnya, sehingga membuat si pemilik mobil berwarna hitam itu jadi terkejut, dan langsung menginjak pedal rem, pada mobilnya.

Melihat pemandangan tersebut, membuat dahinya Venka jadi mengerut, dan mulai bertanya-tanya, pada dirinya sendiri. Lalu si pemilik mobil berwarna hitam, mulai keluar dari dalam mobilnya, dan menoleh ke arah mobil berwarna putih. Tapi Venka sedikit terkejut, saat melihat wajah, dari si pemilik mobil berwarna hitam itu, yang merupakan pria misterius, yang sudah beberapa kali, datang ke mimpinya.

"Pria misterius itu lagi" ucap Venka di dalam hati, dengan dahinya yang ia kerutkan.

Lalu ia melihat, dua orang pria yang keluar, dari dalam mobil berwarna putih. Namun ia merasa tak asing, dengan wajah kedua orang pria itu.

"Hai Draz, kau mau pulang ya?" tanya salah satu, dari kedua orang pria itu, pada si pria misterius, sambil berjalan menghampirinya. Ia adalah Theo, salah satu temannya Riley.

Pria misterius itu pun, langsung berjalan mundur, dan menatap mereka berdua dengan takut, seakan sedang melihat hantu.

Karena melihat raut wajahnya si pria misterius, salah satu dari dua orang pria itu, yang bernama Oskar berkata, "Tenang saja Draz, jangan ketakutan seperti itu, kami bukan hantu".

Namun pria misterius itu, terus saja berjalan mundur.

Bhuk!

Langkahnya langsung terhenti, saat punggungnya menabrak sesuatu. Perlahan, ia menoleh ke belakang, tapi kedua matanya langsung membulat, saat melihat ketua genk, dari sebuah genk, yang sering membullynya.

"Riley?" ucapnya.

"Hai Draz" sapa ketua genk itu, yang bernama Riley, sambil membawa sebuah kayu pemukul baseball.

"Kau pasti senang ya? Karena hari ini, kau tak bertemu dengan kami" ujar salah satu dari dua orang pria, yang berada di sebelah kanan, dan kirinya Riley, ia adalah Ray.

"Tapi tetap saja, pada akhirnya kau bertemu dengan kami" sahut pria yang lainnya, yang bernama Jordan.

Melihat pemandangan mengerikan itu, membuat si pria misterius ingin melarikan diri, dari tempat tersebut. Namun sayang, saat ini ia sudah dikepung oleh Riley, dan keempat temannya.













To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now