#19

125 22 0
                                    

Sedari pulang kuliah tadi, Venka terus-menerus memikirkan mimpinya, yang tadi malam. Bahkan sampai saat ini, ia masih memikirkan mimpinya itu. Dan ia begitu penasaran, apakah si pria misterius itu masih hidup? Atau sudah mati? Ingin rasanya, ia segera tidur, agar mengetahui kelanjutan kisahnya si pria misterius. Namun sayang, saat ini ia masih belum merasa kantuk. Bahkan tadi siang pun, ia juga tidak bisa tertidur, padahal hari ini, ia merasa cukup lelah. Dan biasanya, saat sudah merasa lelah, Venka akan cepat merasa kantuk, tapi tidak, untuk kali ini.


Dengan berat, Venka menghela nafasnya, dan berjalan menuju jendela kamarnya. Lalu ia berdiri di sana, dan melihat ke arah luar jendela, yang memanglah belum di tutup.

"Seharusnya, aku sedang menulis cerita terbaruku, bukan malah termenung, dan memikirkan mimpi-mimpiku itu" batinnya, sambil menatap ke depan, dengan tatapan yang kosong.

Tapi tiba-tiba, terlintas di dalam kepalanya, untuk menjadikan kisah si pria misterius, sebagai cerita terbarunya.

"Kenapa aku tidak menjadikan, kisahnya si pria misterius, sebagai cerita?" gumamnya, yang kemudian terdiam sejenak, dan menimbang-nimbang niatnya itu.

Namun beberapa saat kemudian, ia menggelengkan kepalanya, dan menghela nafasnya dengan kasar, "Aku tidak boleh menulisnya, dan menjadikan kisah hidupnya, sebagai cerita terbaruku. Tidak baik, mengambil keuntungan, dari kisah hidup seseorang, apalagi aku sama sekali, tak mengenal pria itu. Bagaimana, jika pria misterius itu memang ada dan masih hidup? Lalu ia membaca cerita itu. Kurasa, ia akan marah besar padaku, karena menjadikan kisah hidupnya, sebagai sebuah cerita" gumamnya.

Lalu ia kembali terdiam, sambil memutar otaknya, dan mencari ide, untuk cerita terbarunya.

Tapi tiba-tiba, ia merasa ada seseorang yang lewat di belakangnya, sehingga membuatnya langsung tersadar dari lamunannya, dan menoleh ke belakang. Namun ia tidak melihat siapa-siapa, bahkan pintu kamarnya pun, masih tertutup dengan rapat.

"Sepertinya, itu hanya perasaanku saja" batinnya, sambil menghela nafasnya, dan kembali menatap keluar jendela.

Namun tiba-tiba, bulu kuduknya mendadak berdiri, seperti ada seseorang yang meniupnya, dari belakang. Perlahan, ia pun mengusap tengkuknya, dan bergidik ngeri, tanpa berani menoleh ke belakang.

"Tidak seharusnya, aku berdiri di sini, saat hari sudah malam seperti ini" batinnya, sambil mengulum bibirnya.

Tok tok tok. . .

Ia langsung terkejut, dan refleks menoleh ke arah pintu kamarnya, saat mendengar suara pintu, yang diketuk begitu keras, dari luar sana.

"S-Siapa?" ucapnya, yang sedikit terbata-bata karena merasa takut. Namun sayang, tak ada jawaban apa pun dari luar sana, sehingga membuat Venka menghela nafasnya. Lalu ia kembali menatap keluar jendela, tapi ia kembali terkejut, saat melihat seseorang, yang lewat di luar jendela, dengan begitu cepat, sehingga ia tak sempat melihat wajah seseorang itu.

Ia pun langsung mengulurkan kepalanya keluar jendela, dan mencoba melihat, siapakah yang lewat itu? Tapi sayang, ia tak melihat siapa pun di sana. Dan ia berpikir, tidak mungkin ada seseorang, yang lewat di luar jendela kamarnya, apalagi jika mengingat, kamarnya yang berada di lantai dua, dan tidak memiliki balkon.

"Berarti, seseorang yang tadi mengambang?" gumamnya, dengan jantungnya yang mulai berdetak tidak beraturan.

Lalu ia segera menutup jendela kamarnya, dan juga gordennya. Dan kemudian, ia berjalan menuju tempat tidur, dan merebahkan tubuhnya di atas sana.

"Sebaiknya aku tidur saja, meskipun belum merasa kantuk, dari pada harus mengalami hal-hal, yang aneh lagi" gumamnya, sambil menarik selimut, dan menutupi seluruh tubuhnya. Lalu ia segera memejamkan kedua matanya, dengan begitu rapat.

Gerdum!

Venka sangat terkejut, saat mendengar suara tersebut, seperti suara benda yang terjatuh, dari atas lemari. Namun ia hanya diam saja, tidak beranjak sedikit pun. Bahkan, ia tetap memejamkan kedua matanya, tanpa berani membukanya, meskipun ia begitu penasaran, dan ingin melihat benda apakah yang terjatuh? Namun sayang, rasa takutnya mengalahkan rasa penasarannya, sehingga membuatnya memutuskan, untuk tetap diam saja, dengan kedua mata, yang tetap ia pejamkan.















To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon