#26

111 23 0
                                    

Masih sama seperti tadi siang, kini Venka sedang sibuk menatap layar laptopnya, dan mengetik ceritanya, si pria misterius. Dan untung saja, hari ini tidak ada tugas kuliah, yang harus ia kerjakan di rumah, sehingga membuatnya mempunyai lebih banyak waktu, untuk menulis cerita.


Ia pun menghentikan aktifitasnya, dan meregangkan otot-ototnya, yang terasa pegal.

Namun tiba-tiba, ada sebuah angin yang masuk, dari jendela kamarnya, sehingga membuatnya langsung menoleh ke arah jendela.

"Apakah itu Draz? Atau, hanya sekedar angin biasa saja?" gumamnya.

Angin itu pun terus memasuki kamarnya Venka, sehingga membuat rambut gadis itu, jadi terbang ke sana kemari.

"Apakah kau sedang menulis ceritaku?".

Ia pun langsung menoleh, saat mendengar suara tersebut. Dan betapa terkejutnya ia, saat melihat Draz, yang entah sejak kapan, sudah duduk di sebelah kirinya, "D-Draz, sejak kapan kau duduk di situ?" tanyanya.

"Baru saja, kenapa? Kau terkejut, ya?" ucap Draz, dengan satu alisnya, yang terangkat.

Dengan kasar, Venka menghela nafasnya, dan memalingkan pandangannya, ke depan, "Sudah tahu, kenapa malah bertanya" katanya.

Namun Draz malah terkekeh, dan berkata, "Maaf ya, aku sudah membuatmu jadi terkejut".

"Iya tidak apa-apa, sudah kumaafkan" ucap Venka.

"Oh ya, kau sudah menulisnya, sampai part berapa?" tanya Draz, sambil melirik ke layar laptopnya Venka.

"Sudah sampai part 5" jawab Venka, yang kembali menatap layar laptopnya.

Sebuah senyuman pun mulai terukir di wajahnya Draz, setelah mendengar jawaban gadis itu, "Wah hebat, kau cepat sekali menulisnya" katanya.

"Tentu saja cepat, karena sejak di kampus, aku terus menulis cerita ini" ucap Venka, yang kembali melanjutkan aktifitasnya, yang sempat tertunda.

"Oh ya? Memangnya kau sedang tidak ada jam pelajaran?" tanya Draz, yang beralih menatap Venka, dari samping. Namun ia langsung terdiam, dan memperhatikan gadis itu, tanpa mengatakan apa-apa, "Jika dilihat-lihat, ia cantik juga. Tapi sayang, duniaku dan dunianya, sudah berbeda" batinnya, sambil menyunggingkan senyuman, yang tipis.

Namun tanpa ia sadari, Venka sedang menoleh ke arahnya, dan menatapnya dengan dahi, yang ia kerutkan, "Kenapa kau tersenyum sendiri?" tanyanya, sehingga membuat hantu itu langsung terperanjat, dan tersadar dari lamunannya.

"Ah tidak apa-apa" ucap Draz, sambil menggelengkan kepalanya, dan memalingkan pandangannya, dari Venka.

"Oh iya, ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu" ujar Venka, yang kembali menatap layar laptopnya.

Segera Draz menoleh ke arah gadis itu, dan mengerutkan dahinya, "Yang ingin kau tanyakan? Apa?" ucapnya.

"Akhir-akhir ini, aku sering mengalami hal-hal aneh, salah satunya adalah pintu kamarku yang diketuk-ketuk, pada malam hari. Dan, apakah hal-hal aneh itu, kau yang melakukannya?" ujar Venka, yang kemudian menoleh ke arah Draz, dan menatapnya dari samping.

Draz pun langsung terdiam, dan menundukkan kepalanya. Bahkan, raut wajahnya langsung berubah dalam seketika.

Melihat hal tersebut, membuat Venka menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya, "Kenapa kau malah diam?" ucapnya.

Dengan sedikit berat, Draz menghela nafasnya, dan berkata, "Iya, semua hal aneh yang kau alami, memanglah ulahku. Aku sengaja melakukan hal itu, agar kau mau menjadikan kisah hidupku, sebagai cerita. Maka dari itu, aku selalu mengganggumu, dengan cara seperti itu".

Mendengar apa yang baru saja Draz katakan, membuat Venka menghela nafasnya, dan memalingkan pandangannya dari hantu itu, "Sudah kuduga, kalau itu memanglah ulahmu. Tapi tidak seharusnya, kau melakukan hal itu, Draz! Kau tahu? Kau hampir saja, membuatku mati karena ketakutan" ucapnya, dengan nada bicara, yang sedikit lebih tinggi.

Segera Draz menoleh ke arah Venka, dan menatapnya dari samping, "Maafkan aku Venka, aku tahu kalau yang kulakukan memanglah salah, dan bisa berakibat fatal, bagi dirimu. Tapi aku hanya ingin, kau menulis kisah hidupku, dan menjadikannya sebuah cerita. Karena aku tak ingin, apa yang aku alami, dialami oleh orang lain juga. Dan aku ingin, membantumu untuk mewujudkan impianmu itu" tuturnya, sambil menatap Venka, dengan dalam.

"Iya, tapi bukan cara menakut-nakutiku! Bagaimana, jika aku malah mati, karena ketakutan?" ujar Venka, yang terlihat mulai kesal, bahkan nada bicaranya pun lebih tinggi, seperti sedang membentak.

Namun tiba-tiba. . .














To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now