#66

47 11 0
                                    

"Jadi bagaimana, kau masih tidak percaya, jika aku adalah Draz?" tanya pria itu.


Venka pun segera tersadar dari lamunannya, dan menggelengkan kepalanya, "Tidak, sekarang aku sudah mulai percaya, jika kau memanglah Draz" jawabnya, sehingga membuat pria itu, menyunggingkan senyuman, "Tapi, kenapa kau bisa menjadi seperti ini, dan terlihat oleh orang lain?" sambungnya.

Dengan senyuman yang masih terukir di wajahnya, pria itu pun memalingkan pandangannya ke depan, dan berkata, "Karena aku sedang menjelma, sehingga orang lain, dapat melihatku".

"Menjelma?" tanya Venka, sambil mengerutkan dahinya.

"Iya, menjelma. Karena semua hantu, dapat menjelma menjadi apa pun dan siapapun, yang ia inginkan" jawab pria itu, sambil mengganggukkan kepalanya.

"Tapi kenapa, kau tidak menjelma menjadi dirimu saja?" tanya Venka kembali.

Dengan kasar, pria itu menghela nafasnya, dan menundukkan kepala, "Kalau itu tidak bisa, semua hantu memang bisa menjelma menjadi apa pun atau siapun, terkecuali dirinya sendiri" jawabnya.

Namun Venka hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan memalingkan pandangannya ke depan, tanpa mengatakan apa-apa.

"Kau tidak bertanya padaku, untuk apa aku menjelma seperti ini?" tanya pria itu, sambil menoleh ke arah Venka. Ya, pria itu memanglah Draz, yang sedang menjelma menjadi manusia, agar dapat dilihat oleh orang lain.

"Agar dapat dilihat oleh orang lain, kan?" ucap Venka, sambil menoleh ke arah Draz, dan mengangkat satu alisnya.

"Benar, tapi ini kulakukan, untuk dirimu Venka" ujar Draz, sambil menatap Venka dengan dalam.

"Untuk diriku? Maksudnya?" tanya Venka, sambil mengerutkan dahinya.

Dengan kasar, Draz menghela nafasnya, dan menundukkan kepala, "Ya, aku menjelma seperti ini, hanya untuk dirimu. Agar aku bisa selalu menjaga dan melindungimu, meskipun pada siang hari sekalipun. Dan juga, dengan wujudku yang seperti ini, orang lain jadi bisa melihatku, saat kita sedang pergi bersama" tuturnya.

Mendengar apa yang baru saja Draz katakan, membuat Venka langsung terdiam, dan menjadi patung. Sungguh, ia tak menyangka, jika Draz sampai melakukan hal itu, hanya untuk menjaga, dan melindunginya saja.




**************************




"Draz ke rumahmu, dengan wujud lain?" ujar Edvard, sambil menatap Venka, dengan tidak percaya.

Ya, Venka memang sudah menceritakan pada Edvard, kalau kemarin siang, Draz datang ke rumahnya, dengan wujud yang berbeda.

"Iya, ia datang dengan wujud yang berbeda, sehingga dapat dilihat oleh orang lain. Awalnya aku juga sempat tidak percaya, jika itu adalah dirinya, tapi setelah ia mengatakan beberapa hal, barulah aku percaya" ucap Venka, sambil mengganggukkan kepalanya.

"Tapi, kenapa ia melakukan hal itu?" tanya Edvard, sambil mengerutkan dahinya.

"Katanya, agar ia dapat selalu menjaga dan melindungiku, meskipun pada siang hari sekalipun" jawab Venka.



3 jam kemudian. . .



Edvard dan Venka berjalan menuju tempat parkir kampus mereka.

"Kau ingin langsung pulang, atau bagaimana?" tanya Edvard, yang berjalan di sebelahnya Venka.

"Mungkin langsung pulang saja" jawab Venka, tanpa menoleh sedikitpun.

"Baiklah, kalau begitu aku akan mengantarmu pulang" ujar Edvard, sambil mengganggukkan kepalanya.

Namun Venka hanya diam saja, sambil terus berjalan.

Sesampainya di tempat parkir kampus, mereka segera berhenti di dekat mobilnya Edvard. Namun Venka begitu terkejut, saat melihat seorang pria, yang juga berada di sana, dan sedang bersandar, pada sebuah motor besar berwarna hitam.

"D-Draz" ucap Venka, dengan sedikit terbata-bata.

Edvard yang hendak membuka pintu mobilnya pun langsung menoleh, dan mengerutkan dahinya, "Draz?" ucapnya, sambil menatap Venka.

"Hallo Ed, senang dapat bertemu denganmu lagi" ujar pria itu, dengan disertai senyuman yang terukir di wajahnya.

Mendengar apa yang baru saja pria itu katakan, membuat Edvard sedikit terkejut, dan membulatkan kedua matanya, "J-Jadi, kau adalah Draz?" tanyanya, dengan terbata-bata.

"Benar, ini memanglah diriku, Draz" jawab pria itu, yang memanglah Draz.

"Draz, kenapa kau bisa berada di sini? Dan, kenapa kau bisa tahu kampusku?" tanya Venka.

Sebuah senyuman pun kembali terukir di wajahnya Draz, lalu ia berkata, "Aku datang ke sini, untuk menjemputmu Venka. Dan, kalau soal itu, tentu saja aku mengetahuinya. Apakah kau lupa, siapa diriku?".

Segera Venka menoleh ke arah Edvard, dan menatapnya tanpa mengatakan apa-apa.

"Ayo kita pulang" ajak Draz, sambil memberikan sebuah helm berwarna hitam, pada Venka.

Dengan sedikit ragu, Venka pun menerima helm tersebut, dan memegangnya.

"Kau tidak keberatan kan? Kalau diantar pulang, dengan menggunakan motor?" tanya Draz, dengan satu alisnya, yang terangkat.

"T-Tidak" jawab Venka, sambil menggelengkan kepalanya.

"Ya sudah, kalau begitu aku akan mengantarmu pulang" ujar Draz, sambil menaiki motornya, dan memakai helm. Kemudian, ia mulai menyalakan mesinnya, dan menoleh ke arah Edvard, dan juga Venka.

Melihat hal tersebut, membuat Venka langsung terdiam, dan mendadak jadi patung, "Draz begitu keren, apalagi jika sedang seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat hal tersebut, membuat Venka langsung terdiam, dan mendadak jadi patung, "Draz begitu keren, apalagi jika sedang seperti ini. Ah, aku jadi terpesona dengannya, dan rasanya ingin memilikinya" ucapnya di dalam hati.

"Hey, kenapa diam saja? Ayo naik" ujar Draz, sehingga membuat Venka, langsung tersadar dari lamunannya.

Segera Venka mengganggukkan kepalanya, dan menoleh ke arah Edvard, "Ed, maaf ya kita tidak jadi pulang bersama, karena aku akan pulang bersama dengan Draz" katanya.

"Iya, tidak apa-apa Venka" jawab Edvard, sambil mengganggukkan kepalanya.

Venka pun segera memasangkan helm pada kepalanya, dan naik ke motornya Draz.

"Edvard, kami pulang dulu" ujar Draz, sambil menoleh ke arah Edvard.

Namun Edvard hanya mengganggukkan kepalanya saja, tanpa mengatakan apa-apa.

"Apa kau sudah siap, Venka?" tanya Draz, sambil menoleh ke arah Venka, yang duduk di belakangnya.

"Sudah" jawab Venka, sambil mengganggukkkan kepala.

"Kalau begitu, ayo kita pulang" ujar Draz, yang kemudian melajukan motornya, dan meninggalkan kampusnya Venka.

Sedangkan Edvard, ia menghela nafasnya dengan kasar, dan berkata, "Kalau seperti ini, aku jadi semakin sulit, untuk mendapatkan Venka, dan lebih dekat dengannya. Karena kini, ada hantu itu yang akan terus menjaga, dan juga melindunginya". Dan kemudian, ia segera masuk ke dalam mobilnya.
















To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang