#46

82 19 0
                                    

Kini, waktu baru menunjukkan pukul setengah 8 pagi. Dan saat ini, Venka dan keluarganya, tengah menikmati sarapan bersama, di meja makan.


"Venka" ujar ayahnya.

Segera Venka menoleh ke arah pria paruh baya itu, dan menatapnya, "Iya, kenapa Yah?" tanyanya.

"Apakah sampai saat ini, kau masih mengalami, hal-hal yang aneh, pada malam hari?" tanya ayahnya, yang berbalik tanya, pada Venka.

Sebuah senyuman pun mulai terukir di wajahnya Venka, lalu ia menggelengkan kepalanya, dan berkata, "Sudah tidak Yah. Dan kurasa, ayah dan ibu benar, jika itu hanya perasaanku saja. Sebab, akhir-akhir ini, aku sering menonton film horor".

Ayahnya pun langsung mengganggukkan kepalanya, dan berkata, "Syukurlah, kalau seperti itu. Ayah jadi lega mendengarnya".

"Tapi nak, sebaiknya kau jangan terlalu sering, menonton film horor, agar kau tidak merasa ketakutan lagi" sahut ibunya.

"Benar, ayah setuju pada ibumu" ucap ayahnya, sambil mengganggukkan kepalanya, dan meng-iyakan ucapan istrinya.

"Memangnya, kau mengalami hal-hal aneh, apa?" ujar adik laki-lakinya Venka, yang mulai terlihat penasaran, dan menatap kakak pertamanya itu.

"Sudahlah Marko, kau jangan penasaran seperti itu, nanti jika diceritakan, kau malah jadi ketakutan" sahut adik perempuannya Venka, yang kemudian tertawa.

Ya, Venka adalah anak pertama, dari tiga orang bersaudara. Dan, ia mempunyai dua orang adik, yaitu perempuan dan juga laki-laki.

Dengan kasar, adik laki-lakinya Venka menghela nafasnya, dan berkata, "Aku kan hanya ingin tahu saja".

"Sudah-sudah, ayo lanjutkan lagi makannya" ujar ibunya Venka, dan kedua adiknya.



************************



"Sekarang, coba buka matamu"

Venka pun langsung membuka kedua matanya, dan betapa terkejutnya ia, saat mendapati dirinya, yang kini berada di sebuah tebing, "D-Draz, saat ini kita benar-benar sedang berada, di atas tebing?" tanyanya, sambil menoleh ke arah hantu itu.

Segera Draz mengganggukkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman, "Iya Venka, saat ini kita memang sedang berada, di atas sebuah tebing" jawabnya. Ya, tadi Draz memang mengajak Venka, untuk pergi ke suatu tempat, yang berada di kota tersebut. Namun rupanya, hantu itu malah membawa Venka, ke sebuah tebing.

"Tapi, kenapa kau mengajakku ke sini?" tanya Venka kembali, lalu ia mengerutkan dahinya, dan berkata, "Kau sedang tidak ingin mencelakaiku, kan?".

Mendengar apa yang baru saja, gadis itu katakan, membuat Draz langsung tertawa, dan menggeleng-gelengkan kepalanya, "Venka Venka, kenapa kau bisa berpikiran seperti itu? Memangnya, wajahku terlihat seperti orang jahat?" ucapnya, yang kemudian memalingkan pandangannya, ke depan, "Ya. . . Meskipun selama aku hidup, aku selalu disiksa dan dijahati. Tapi aku tidak pernah mempunyai niat, untuk berbuat jahat, pada orang lain. Apalagi jika orang itu, adalah dirimu. Dan lagipula, jika aku ingin melakukan hal itu padamu, maka aku sudah melakukannya, sejak pertama kita bertemu, atau kemarin malam, saat kita duduk di tepi danau. Bisa saja kan? Aku mendorongmu ke dalam danau itu, agar kau tenggelam, dan mati. Karena tidak ada satupun orang, yang akan menolongmu. Tapi buktinya, aku tak melakukan hal itu. Dan, jika aku memang berniat jahat padamu, maka aku tidak akan menolongmu, ketika kau hampir diperkosa, oleh sahabatmu itu" sambungnya.

Venka pun langsung terdiam, dan menatap Draz, tanpa mengatakan apa-apa. Tapi ia merasa, apa yang baru saja hantu itu katakan, memanglah benar. Lalu dengan berat, ia menghela nafasnya, dan menundukkan kepalanya, "Maafkan aku Draz, karena aku sudah berpikiran negatif padamu, padahal kau begitu baik padaku. Dan, ternyata dugaannya Edvard, memanglah salah. Sebab, kau tidak seperti, yang ia pikirkan" katanya.

Kedua matanya Draz pun langsung membulat, setelah ia mendengar, apa yang baru saja gadis itu katakan. Lalu ia menoleh ke arah Venka, dan berkata, "Jadi, kau berpikiran seperti itu, karena sahabatmu?".

"Iya" jawab Venka, yang masih menundukkan kepalanya, dan menggangguk pelan, "Setelah bertemu denganmu malam itu, esoknya ia mengatakan padaku, kalau aku harus berhati-hati padamu, karena ia takut, jika kau akan melakukan hal yang buruk padaku. Bahkan ia juga mengatakan, bisa saja kau mengajakku ke alammu" sambungnya.

Segera Draz mendengus, setelah mendengar, apa yang baru saja diceritakan oleh Venka. Lalu ia memalingkan pandangannya, dan berkata, "Tapi kenyataannya, dugaannya itu adalah salah. Justru ia lah, yang mempunyai niat buruk padamu, dan sudah terbukti. Dasar manusia, suka sekali melempar kesalahan, pada orang lain, agar dirinya bisa merasa aman".

Venka pun hanya terdiam, dan melirik ke arah hantu itu, tanpa mengatakan apa-apa. Namun di dalam hatinya, ia merasa sangat setuju, dengan apa yang baru saja, dikatakan oleh Draz.
















To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now