#67

53 12 0
                                    

Saat ini, Draz dan Venka sedang berada di atas motornya Draz.


"Kenapa tida berpegangan?" ujar Draz, yang tengah berfokus menyetir motornya.

"Memangnya boleh?" tanya Venka, sambil menatap hantu itu dari belakang.

"Tentu saja boleh" jawab Draz.

Dengan sedikit ragu, Venka pun melingkarkan kedua tangannya, pada pinggangnya Draz.

Merasakan hal tersebut, membuat Draz menyunggingkan senyuman, dan berkata, "Pegangan yang erat, ya?".

Venka pun hanya mengganggukkan kepalanya saja, sambil menatap Draz dari belakang. Namun kini, ia merasakan jantungnya, yang mulai berdebar tidak karuan, seakan ingin lepas dari tempatnya. Dan perlahan, ia pun menyandarkan kepalanya pada punggungnya Draz, dan memperat pelukannya, "Andai saja, kau masih hidup, Draz, pasti kita bisa terus bersama-sama seperti ini" ucapnya di dalam hati, sambil memejamkan kedua matanya.

Sedangkan Draz, ia hanya tersenyum, saat merasakan hal tersebut, sambil terus berfokus menyetir motornya.



30 menit kemudian. . .



Draz mematikan mesin motornya, setelah tiba di depan sebuah taman. Ya, Draz memang sengaja mengajak Venka ke sebuah taman, karena katanya ia ingin mengobrol, dan menikmati suasana di sana.

"Kita sudah sampai" ujar Draz, sambil menoleh ke arah Venka, dan menyunggingkan senyuman.

"Ini tamannya?" tanya Venka, sambil memperhatikan ke sekitar.

"Iya, ini taman yang kumaksud" jawab Draz sambil mengganggukkan kepalanya, dan melepas helm, yang dipakainya.

Venka pun hanya mengganggukkan kepalanya saja, tanpa mengatakan apa-apa. Lalu ia segera memegang kedua bahunya Draz, dan turun dari motor tersebut. Kemudian, ia melepaskan helm yang dipakainya, namun ia sedikit kesulitan, saat membuka pengaitnya.

"Sini biar kubukakan" ujar Draz, sambil membantu Venka, melepaskan helm tersebut.

Tapi lagi-lagi, Venka hanya mengganggukkan kepalanya saja, sambil memperhatikan Draz.

Setelah berhasil melepaskan helm itu, Draz pun langsung menaruhnya di atas motornya.

"Terima kasih" ucap Venka, sambil merapihkan rambutnya, yang sedikit berantakan, karena tertiup angin.

"Sama-sama" jawab Draz, sambil mengganggukkan kepalanya. Lalu ia melihat Venka, yang sedang merapihkan rambutnya, "Mau kubantu?" tanyanya, dengan satu alisnya, yang terangkat.

"Tidak usah, lagipula sudah selesai" jawab Venka.

Draz pun langsung mengganggukkan kepalanya, lalu ia berkata, "Kalau begitu, ayo kita masuk".

Hanya dengan sebuah anggukkan, Venka menjawabnya. Dan kemudian, mereka berdua pun segera berjalan, dan memasuki taman itu, yang tidak terlalu ramai.

"Apa sebelumnya, kau sudah pernah datang, ke taman ini?" tanya Venka, sambil memperhatikan ke sekitar.

"Sudah, tapi pada malam hari" jawab Draz, yang berjalan di sebelahnya Venka.

Mendengar jawabannya Draz, membuat Venka langsung menghentikan langkahnya, sehingga membuat hantu itu, ikut menghentikan langkahnya juga, "Malam hari?" tanyanya, dan Draz mengganggukkan kepalanya, "Tapi, di saat kau masih menjadi manusia, kan?" ucapnya, dengan suara yang sengaja ia pelankan.

Draz pun langsung terkekeh, dan memalingkan pandangannya, ke depan, "Tentu saja iya, dan waktu itu aku datang ke sini hanya untuk menenangkan diri" katanya.

Segera Venka menghela nafasnya dengan sedikit lega, dan kembali melanjutkan langkahnya.

"Bagaimana tadi di kampusmu?" tanya Draz, yang kembali melanjutkan langkahnya, dan berjalan di sebelahnya Venka.

"Seperti biasa, berjalan dengan lancar. Dan untungnya, hari ini tidak ada tugas, yang harus dikerjakan di rumah, sehingga aku bisa menerima ajakanmu, untuk datang ke taman ini" jawab Venka, tanpa menoleh ke arah hantu itu.

Namun Draz hanya tersenyum, sambil terus berjalan.

Tak lama kemudian, Draz menghentikan langkahnya, saat berada di depan penjual ice cream. 

Melihat hal tersebut, membuat Venka menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya, "Lho? Kenapa kita berhenti di sini?" tanyanya.

"Karena kita ingin membeli ice cream. Bukankah, kau suka sekali dengan ice cream?" ucap Draz, dengan satu alisnya, yang terangkat.

"Benar, aku memang sangat menyukai ice cream, tapi dari mana kau tahu, tentang hal itu?" tanya Venka, yang terlihat semakin bingung.

Namun Draz hanya terkekeh saja, dan beralih menatap penjual ice cream, "Kami pesan dua cone ice cream" ujarnya, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Baik, ingin yang rasa apa?" tanya si penjual ice cream tersebut.

"Cokelat saja" jawab Draz, yang masih menyunggingkan senyuman.

Kedua matanya Venka pun langsung membulat, setelah mendengar apa yang baru saja, Draz katakan, "Dari mana ia tahu, kalau ice cream kesukaanku, adalah rasa cokelat?" batinnya.

Beberapa saat kemudian, penjual ice cream itu memberikan dua cone ice cream rasa cokelat, pada Draz, "Ini tuan, silahkan" ucapnya, sambil menyunggingkan senyuman.

"Baik pak" ucap Draz, sambil mengambil satu cone ice cream, lalu ia memberikannya pada Venka, dan berkata, "Sudah, jangan melamun, ini ice creamnya".

"Iya, terima kasih" ucap Venka, sambil mengganggukkan kepalanya, dan mengambil ice cream tersebut.

"Sebentar ya pak" ujar Draz, pada penjual ice cream itu, sambil merogoh saku celananya, untuk mengambil dompet. Lalu ia membuka dompetnya, dan mengambil beberapa lembar uang, dari sana, "Ini pak" ucapnya, sambil memberikan beberapa lembar uang itu, pada si penjual ice cream, dan menaruh dompetnya kembali, di saku celananya.

Melihat Draz yang memberikan beberapa lembar uang, pada si penjual ice cream, membuat Venka mengerutkan dahinya, dan berkata di dalam hati, "Apakah uang yang diberikan oleh Draz, adalah daun? Seperti di film-film".













To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now