#18

121 21 0
                                    

Tok tok tok. . .

"Venka, kau baik-baik saja, nak? Tolong buka pintunya sayang, ibu khawatir dengan dirimu"

Samar-samar, Venka mendengar suara tersebut, dan membuka kedua matanya. Lalu ia memperhatikan sekitar, dan mendapati dirinya, yang kini tengah berada di dalam kamarnya.

"Jadi, itu cuma mimpi lagi?" batinnya.

"Venka, tolong buka pintunya sayang" pekik seseorang di luar sana.

Dengan berat, Venka menghela nafasnya, dan segera bangkit dari tempat tidurnya. Lalu ia berjalan menuju pintu, dan membukanya. Setelah pintunya dibuka, ia melihat ayah dan ibunya, yang sedang berdiri di depan sana.

"Kau baik-baik saja, Venka?" tanya ayahnya, sambil mengerutkan dahinya, dan terlihat sedikit khawatir, dengan anak sulungnya itu.

"Sayang, kau baik-baik saja?" tanya ibunya, sambil memegang kedua lengannya Venka, dan menatapnya dengan sangat khawatir.

Venka pun langsung mengganggukkan kepalanya, dan berkata, "Iya Bu, Yah, aku baik-baik saja, seperti yang kalian lihat sekarang".

"Ah, syukurlah lah sayang, karena kami begitu khawatir, saat mendengar teriakanmu" ujar ibunya, yang langsung memeluknya dengan erat.

"Aku berteriak?" tanya Venka, yang terlihat bingung.

"Iya Venka, tadi kau berteriak cukup keras, sehingga membuat kami langsung terbangun, dan ke kamarmu, untuk memastikan, kalau kau baik-baik saja" jawab ayahnya.

Namun Venka malah terdiam sejenak, dan mengingat-ingat mimpinya tadi.

"Kau yakin, kalau kau baik-baik saja?" tanya ibunya, sambil melonggarkan pelukannya, dan menatap Venka dengan khawatir.

Segera Venka mengganggukkan kepalanya, dan tersenyum tipis, "Yakin Bu, aku baik-baik saja. Tadi aku berteriak, karena aku bermimpi buruk" jawabnya.

"Itu pasti karena kau lupa membaca doa, Venka" ujar ayahnya.

"Sepertinya memang benar, Yah" jawab Venka, yang meng-iyakan ucapan ayahnya.

"Kalau begitu, sekarang kau tidur lagi ya, nak? Tapi jangan lupa, baca doa dulu, sebelum kau beranjak tidur" ujar ibunya, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Venka pun kembali mengganggukkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman, "Baik Bu, aku akan membaca doa dulu, sebelum tidur. Agar aku tak bermimpi buruk lagi" jawab Venka.

"Ya sudah Venka, kalau begitu, kembalilah tidur, dan selamat malam" ucap ayahnya.

"Jangan lupa membaca doa, nak" ujar ibunya, sambil mengecup keningnya Venka.

Namun Venka hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan kembali menutup pintu kamarnya, tanpa menguncinya. Dan kemudian, ia berjalan menuju tempat tidur, dan duduk ditepinya. Setelah itu, ia terdiam sejenak, dan kembali memikirkan mimpinya lagi.

"Apakah si pria misterius itu mati?" batinnya, sambil menatap ke depan dengan pandangan, yang kosong.

"Kuharap ia masih hidup" gumamnya, yang kemudian menghela nafasnya, dan melirik ke arah jarum di dinding, yang sudah menunjukkan pukul setengah 2 malam.

"Ternyata masih tengah malam, dan tak biasanya, aku terbangun di tengah malam seperti ini" ucapnya.

Dan kemudian, ia memutuskan untuk kembali tidur, dan berharap akan memimpikan pria misterius itu lagi.



**********************



Saat ini, waktu sudah menunjukkan 11 siang. Dan kini, Edvard dan Venka baru saja tiba, di halaman belakang kampus mereka.

"Jadi bagaimana mimpimu yang tadi malam?" tanya Edvard, sambil mendudukkan tubuhnya di atas rumput, dan menoleh ke arah Venka 

Venka pun menghela nafasnya, dan mendudukkan tubuhnya di sebelah Edvard, "Si pria misterius, sepertinya sudah mati" jawabnya.

"Apa?! Mati?" ucap Edvard, yang terlihat sangat terkejut, dengan kedua matanya, yang langsung membelalak.

"Tapi aku tidak yakin, apakah ia sudah mati, atau belum" ujar Venka, sambil menatap ke depan.

"Kenapa bisa seperti itu?" tanya Edvard, sambil mengerutkan dahinya.

"Karena aku tidak tahu, bagaimana kelanjutannya" jawab Venka, sambil menoleh ke arah Edvard, "Sebab, setelah aku kembali tidur, aku tidak bermimpi tentangnya lagi" sambungnya.

"Aneh sekali, kau tidak bermimpi tentanganya lagi. Padahal, setiap kali kau tidur, kau akan bermimpi tentangnya" ujar Edvard, yang terlihat mulai terheran.

Namun Venka malah menggidikkan kedua bahunya, dan menghela nafasnya, "Aku juga tidak tahu, kenapa aku tidak bermimpi tentangnya lagi" jawabnya, sambil menatap ke depan.

"Tapi kurasa, mimpimu tentang pria misterius itu, masih terus berlanjut" ujar Edvard, sambil menatap Venka dari samping.

"Entahlah, aku juga tidak tahu" ucap Venka, sambil menggidikkan kedua bahunya lagi, dan terus menatap ke depan.














To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now