#16

141 21 0
                                    

Saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Dan seperti biasa, Venka sedang merenung di dalam kamarnya, dan hanya seorang diri saja. Sebenarnya, ia harus segera menulis cerita baru. Namun sayang, sampai saat ini, ia belum juga mendapatkan ide, untuk menulis cerita baru. Ditambah, akhir-akhir ini ia sedang memikirkan mimpi-mimpinya, dan juga hal-hal aneh, yang kerap terjadi beberapa hari ini. Hal tersebut, membuatnya jadi tidak bisa berpikir, dan mencari ide, untuk menulis cerita baru. Dan kini, ia jadi memikirkan kata-katanya Edvard tadi siang.


"Nah! Kalau begitu, memang benar, pria misterius itu, adalah anak angkat" itulah kata-katanya Edvard, yang sedari tadi, terus saja berputar-putar di kepalanya, sehingga membuatnya jadi begitu penasaran, dan ingin segera menemukan jawabannya.

"Anak angkat? Apakah benar, pria misterius itu, adalah anak angkat?" gumam Venka, sambil menatap ke depan.

Tok tok tok . . .

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, dari luar kamar, sehingga membuat Venka jadi terkejut, dan langsung menoleh ke arah pintu, "Siapa?" pekiknya.

"Ibu. Apakah kau sudah tidur?" pekik seseorang di luar sana, yang merupakan ibunya Venka.

Mendengar suara ibunya, membuat Venka menghela nafasnya dengan lega. Lalu ia segera bangkit dari ranjangnya, dan berjalan untuk membukakan pintu.

Setelah sampai di dekat pintu, ia pun segera membuka pintunya, tanpa merasa ragu, atau pun takut sedikit pun. Dan dapat ia lihat, ibunya yang sedang berdiri di depan sana, sambil memegang segelas susu di tangannya.

"Selamat malam, nak. Ibu kira, kau sudah tidur" ujar ibunya, sambil menyunggingkan senyuman.

Sebuah senyuman pun mulai terukir di wajahnya Venka, lalu ia menggelengkan kepalanya, dan berkata, "Belum bu, aku belum bisa tidur. Padahal, tadi siang aku tidak tidur".

Ibunya pun segera mengganggukkan kepalanya, dengan senyuman, yang masih terukir di wajahnya. Lalu ia memberikan segelas susu yang dibawanya, dan berkata, "Kalau begitu, minumlah susu hangat ini, agar kau bisa segera tidur. Ibu sengaja membuatnya untukmu, agar kau tidak begadang. Kau kan tahu, kalau begadang itu tidak baik untuk kesehatanmu".

"Iya Bu, terima kasih dan maaf sudah merepotkanmu" jawab Venka, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Namun ibunya malah menggelengkan kepalanya, dengan senyuman yang masih tidak luntur, dari wajahnya. Lalu ia mengusap kepalanya Venka dengan lembut, dan berkata, "Tidak sayang, kau tidak merepotkan ibu".

"Baik bu, sekali lagi terima kasih" jawab Venka, sambil mengganggukkan kepalanya.

"Sama-sama nak, kalau begitu selamat beristirahat, dan semoga kau bermimpi indah" ujar ibunya, tanpa melepaskan pandangannya, dari anak sulungnya itu.

Venka pun segera mengganggukkan kepalanya, dan mengecup pipi ibunya, "Tentu! Ibu juga, dan aku sayang sekali pada ibu" ucapnya.

Mendapat perlakuan seperti itu dari anaknya, membuat sebuah senyuman, kembali terukir di wajah ibunya Venka, "Iya sayang, ibu juga sayang sekali padamu" katanya.

Tapi Venka hanya tersenyum saja, tanpa mengatakan apa-apa lagi. Dan kemudian, ibunya segera beranjak pergi, dan menuju kamarnya. Melihat punggung ibunya yang sudah menghilang, membuat Venka menghela nafasnya, dan menutup pintu kamarnya kembali. Lalu ia berjalan menuju ranjang, dan mendudukkan tubuhnya di sana.

"Aku pikir, itu bukanlah ibu, melainkan. . ." gumamnya, yang sengaja tidak melanjutkan ucapannya. Karena ia takut, kalau akan ada hal aneh, yang akan terjadi.

Kemudian, ia pun segera meneguk segelas susu hangat itu, dengan perlahan-lahan.


*************************


Saat ini, Venka sedang berada di sebuah tempat, yang tak ia ketahui, di mana letaknya. Ia pun mencoba untuk memperhatikan sekitar, tapi ia begitu terkejut, saat mendapati dirinya, yang kini berada di pinggir sebuah tebing.

"Tebing? Kenapa aku bisa berada di sini?" batinnya. Lalu ia mencoba melihat ke bawah, dan ia kembali terkejut, saat mengetahui kalau di bawah sana, adalah sebuah lautan, yang sangatlah dalam. Sebuah batu, yang di lempar ke bawah sana, sudah pasti akan langsung tenggelam ke dasar lautan.

Ia pun langsung menggelengkan kepalanya, dan kembali memperhatikan sekitar. Tapi tidak jauh di sebelah kanannya, ia melihat seorang pria, yang sedang duduk dan termenung, di tepi tebing. Namun ia merasa tidak asing, dengan pria itu.

"Sebaiknya, aku menghampirinya" gumamnya, yang segera berjalan menghampiri pria itu.











To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang