#68

48 10 0
                                    

"Baik tuan, dan ini ice creamnya" ujar si penjual ice cream itu.


Segera Draz mengganggukkan kepalanya, dan menerima satu cone ice cream lainnya, dari tangan si penjual.

"Kembaliannya sebent--"

"Tidak usah pak, kembaliannya ambil saja" ucap Draz, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Kalau begitu terima kasih banyak tuan" ujar si penjual ice cream, sambil menyunggingkan senyuman.

Namun Draz hanya mengganggukkan kepalanya, sambil tersenyum. Lalu ia beralih menatap Venka, dan berkata, "Ayo kita berjalan lagi".

Hanya dengan sebuah anggukkan, Venka menjawabnya. Dan kemudian, mereka kembali berjalan, sambil memakan ice cream.

"Draz" ucap Venka, sambil menatap hantu itu, yang berjalan di sebelahnya.

"Iya, ada apa?" tanya Draz, yang tengah sibuk memakan ice cream, sambil mengangkat satu alisnya.

"Uang yang tadi kau berikan pada si penjual ice cream, bukan daun kan?" ucap Venka.

Mendengar apa yang baru saja gadis itu katakan, membuat Draz langsung menghentikan langkahnya, dan menoleh ke arahnya, "Kata siapa uang itu adalah daun?" tanyanya, dengan satu alisnya yang terangkat.

"Ya. . . Bukan kata siapa-siapa, aku hanya bertanya saja. Sebab, di film-film horor, yang pernah kutonton, uang yang diberikan oleh hantu, adalah daun" ujar Venka, sambil menundukkan kepalanya, dan mengulum bibirnya.

Gelak tawanya Draz pun langsung pecah dalam seketika, setelah ia mendengar, apa yang baru saja Venka katakan, "Venka Venka, sepertinya kau kebanyakan menonton film horor" ucapnya, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "Uang yang kuberikan pada si penjual ice cream tadi, tentu saja bukan daun, apalagi uang mainan, melainkan uang sungguhan" sambungnya.

"Tapi dari mana kau mendapatkan uang itu?" tanya Venka, sambil menatap Draz dari samping, dan mengerutkan dahinya.

"Yang jelas, bukan dari hasil mencuri" jawab Draz, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Kemudian, mereka pun kembali berjalan, tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Beberapa saat kemudian, mereka berdua segera berhenti, saat melihat sebuah kursi panjang, yang kosong.

"Ayo kita duduk di sini" ajak Draz, dan Venka hanya mengganggukkan kepalanya saja. Lalu mereka pun segera duduk, di kursi tersebut.

"Oh ya, dari mana kau tahu, kalau aku sangat menyukai ice cream? Dan, ice cream kesukaanku adalah rasa cokelat?" tanya Venka kembali, sambil memakan ice cream, dan menoleh ke arah hantu itu.

"Apakah kau lupa? Kalau aku mengetahui, semua tentang dirimu?" ujar Draz, dengan satu alisnya yang terangkat.

Namun Venka hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan kembali memakan ice cream.

"Oh ya, jadi kapan filmnya akan mulai syuting?" tanya Draz, sambil memakan ice cream, yang berada di dalam genggamannya.

"Belum tahu" jawab Venka, sehingga membuat Draz, langsung menoleh ke arahnya, "Karena kata produsernya, ia harus mencari para pemainnya, dan juga membuat skenario terlebih dahulu" sambungnya.

Tapi tiba-tiba Draz tertawa geli, saat melihat ada sisa ice cream, di sudut bibirnya Venka.

Melihat hantu itu yang tertawa geli, membuat Venka menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya, "Kenapa kau tertawa? Memangnya, ada yang lucu?" tanyanya.

"Tidak ada yang lucu, tapi kau makan ice creamnya berantakan" jawab Draz, yang masih saja tertawa.

Segera Venka melihat ke arah bibirnya, dan terdapat sisa ice cream di sana. Lalu ia hendak menghapusnya, tapi dengan cepat Draz menahan tangannya.

Tanpa mengatakan apa-apa, Draz pun meraih bibirnya Venka, dan menghapus sisa ice cream, yang berada di sana.

Mendapat perlakuan seperti itu dari Draz, membuat jantungnya Venka langsung berdetak tidak karuan. Bahkan, kini pipinya jadi terasa panas.

"Sudah tidak ada" ujar Draz, saat selesai menghapus sisa ice cream, di sudut bibirnya Venka. Namun dahinya langsung mengerut, saat melihat kedua pipinya gadis itu, yang jadi memerah, "Pipimu kenapa jadi memerah seperti itu?" tanyanya.

"Ah tidak apa-apa" jawab Venka, sambil menggelengkan kepalanya, dan menyembunyikan pipinya yang memerah.

Draz pun hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan kembali memakan ice cream.

Perlahan, Venka mengangkat kepalanya, dan menoleh ke arah hantu itu, "Draz?" ucapnya.

"Iya, ada apa? Kau mau ice cream lagi?" tanya Draz, tanpa menoleh ke arah Venka, dan sibuk memakan ice cream.

"Bukan" jawab Venka, sehingga membuat Draz, langsung menghentikan aktivitasnya, dan menoleh ke arah Venka, "Bagaimana kalau kau saja yang memerankan dirimu, di film itu?" ujarnya.

Mendengar apa yang baru saja Venka katakan, membuat Draz langsung terdiam, dan mendadak jadi patung.

"Dari pada orang lain yang memerankan dirimu, jadi sebaiknya kau saja. Dan lagipula, itu kan kisah hidupmu, jadi kau tahu benar, bagaimana jalan ceritanya" ujar Venka, sambil menatap hantu itu dengan dalam.

Dengan kasar, Draz pun menghela nafasnya, dan memalingkan pandangan, ke depan. Namun ia hanya diam saja, tanpa mengatakan apa-apa.

Karena melihat raut wajahnya Draz, yang mendadak berubah menjadi murung, Venka pun jadi merasa bersalah, dan menundukkan kepalanya, "Tapi itu semua kembali padamu, kau setuju atau tidak. Karena aku hanya menyarankan saja, bukan menyuruh apalagi memaksa" ucapnya.














To be continue. . .

The Ghost Friend [COMPLETED]Where stories live. Discover now