의사 2 (Doctor 2)

1.5K 218 24
                                    

Fast Forward

Beware of typo

Sudah lebih dari empat jam (y/n) berada dalam ruang operasi bersama rekannya yang lain, tak tahu sudah berapa kali peluhnya diseka dengan kain putih saat tangannya sibuk bekerja menolong nyawa orang lain. Ia tak tahu harus berapa lama lagi pintu bersi dan peralatan medis ini menahannya dalam ruanganoperasi, jumlah korban kecelakaan bus malam ini dua kali lipat yang sebelumnya. Seluruh korban datang dalam kondisi kritis saat diturunkan dari ambulance, hampir seluruh ruang operasi dan ranjang IGD penuh malam ini.

(y/n) melepaskan atribut operasi dan kembali menggunakan jubah putih kebanggaannnya saat kembali dalam ruang pribadi miliknya. Kakinya mulai gemetar setelah dipaksa berdiri berjam - jam, kepalanya terasa begitu berat bahkan ia merasa mual sebab menunduk terlalu lama dalam ruang operasi. Nafasnya baru kembali normal saat ranjang pasien terakhirnya dibawa keluar oleh beberapa perawat setelah memastikan korban kecelakaan satu itu mulai stabil.

Kursi kerjanya menjadi saksi bisu wanita ini menyandarkan tubuh tanpa tenaganya, matanya terpejam menahan rasa sakit kepala bercampur mual yang semakin terasa saat ia tiba dalam ruangan. Jam kini menunjukkan waktu hampir pukul lima dini hari yang artinya ia hanya punya waktu dua jam untuk istirahat dan satu jam untuk kembali ke rumah sebelum anak - anaknya terbangun. Ia membuka laci kerjanya meraih obat yang kini menjadi sahabat setia meredakan rasa sakit yang menyerang tubuh lelahnya. Obat itu bekerja cepat menarik (y/n) terlelap diatas kursi kerjanya, tak sampai lima menit ia sudah tertidur.

---

BIP BIP BIP

Alarm dari ponsel berbunyi membangunkan (y/n) walau sedikit mengejutkan, walau tubuhnya menuntut waktu istirahat lebih lama namun (y/n) benar - benar tak menghiraukan. Ia tak mau mengecewakan putra sulungnya apalagi sampai membuat anak itu membencinya. Tangannya meraih tas kerja kulit berwarna hitam lalu berjalan keluar melewati lorong rumah sakit yang mulai terang oleh mentari.

Meskipun ia kelelahan namun wajah cantik itu tak lupa memberi senyum kepada setiap kolega yang ditemuinya. Sejujurnya ia iri melihat yang lain datang dengan wajah segar dan bisa menikmati ranjang mahal mereka dalam rumah. Kakinya berhenti pada salah satu mesin penjual kopi otomatis berharap segelas produk yang dibelinya menghantar kadar cafein yang cukup untuk membuatnya segar selama mengendarai mobil menuju rumah.

Tak sampai satu jam mobilnya kembali dalam garasi rumah mewah yang dibeli sang suami. Langkah kakinya agak ragu mengingat betapa marah sang suami sebelum ia meninggalkan rumah. Ia sudah menebak kehadiran sang suaminya yang sudah terbangun walaupun masih sepagi ini.

"kubilang jangan kembali kerumah" Jungkook keluar dari dalam kamar saat mendengar istrinya pulang

"tolong jangan mengajakku berkelahi sepagi ini" (y/n) melepaskan sepatu kerjanya lalu melangkah menuju ruang tengah melewati sang suami begitu saja

"siapa yang mengajakmu berkelahi ? aku hanya mengarahkanmu untuk menggunakan otak cerdasmu"

(y/n) duduk pada sofa ruang tengah memejamkan mata sambil memijat pelipisnya.

"kau tahu pekerjaanku juga sama sulitnya sepertimu ? aku harus pergi jauh meninggalkan kalian semua lalu mendengar kedua anakku yang menangis merindukanku dirumah. Atau Jeongsan yang merengek memintaku menjemputnya pulang sekolah sementara Bighit menahanku dalam kantor ?!!"

"hajima Jungkook-ah, aku ingin istirahat"

"jangan coba - coba mengalihkan perhatian (y/n), kau benar - benar tak perduli dengan keluarga ini lagi. Yang ada dalam otakmu hanya berada dalam rumah sakit mengurus pasien - pasienmu lalu kembali setelah lewat jam makan malam!!"

Tangisan anak kecil menahan (y/n) untuk menjawab suaminya, ia berlari masuk ke dalam kamar dan menemukan kedua anaknya menangis kencang. Tangannya meraih sang putri membawa anak itu bergabung dengan kakaknya yang menangis diatas ranjang. 

"Jeongsan takut eommaa, appa jangan marah" Jeongsan meyampaikan isi hatinya mewakili sang adik yang belum lancar bicara sepertinya

"maaf sayang, maafkan appa dan eomma"

"Jeongsan anak baik, jangan marah"

Ibu mana yang hatinya tak teriris saat melihat kedua buah hatinya menangis ketakutan oleh sebab ulahnya sendiri.

"eomma uljima" Jeongsan yang masih menangis menyentuh pipi ibunya

"tidak tidak.. eomma tidak menangis" (y/n) mengusap jejak airmata dengan bahunya "eomma menakuti kalian ya ? eomma minta maaf ya sayang" (y/n) mencium kedua buah hatinya

Jungkook juga berlari menuju kamar mereka menyusul sang istri namun ia menahan langkahnya memperhatikan bagaimana sang istri berusaha menenangkan dua anaknya. Ia memperhatikan bagaimana kedua tangan mungil itu memeluk erat sang ibu yang bahkan belum melepas seragam kerjanya. Hatinya tersentuh saat si sulung berusaha menghapus airmata sang ibu, ia melihat (y/n) berusaha kuat untuk kedua anaknya.

"(y/n)-ah" Jungkook datang mengambil tubuh putra mereka berbagi tugas sebagai orang tua, meninggalkan (y/n) bersama putrinya 

(y/n) memperhatikan lekat wajah putrinya dalam gendongan, bagaimana anak itu berusaha terlelap dengan wajah yang merah karena menangis. Ia juga melirik Jungkook yang berusaha menidurkan Jeongsan dalam gendongan di samping tempat tidur mereka. Sepuluh menit setelah itu ruangan kembali tenang, Jungkook meletakkan Jeongsan diatas ranajng menyusul adiknya yang kini kembali terlelap.

(y/n) merasa gagal menjadi seorang ibu, ia menghilang disaat dimana seharusnya ia hadir sebagai pelindung bagi kedua buah hatinya. Ia membayangkan betapa sedih putranya saat melihat teman kelasnya diantar jemput oleh orang tua mereka. Kalimat teguran suaminya membekas dalam hati, mungkin Tuhan punya cara lain untuk menyadarkan ibu dari dua anak ini.

Ia berdiri meninggalkan ranjang menuju  kamar mandi untuk menyembunyikan tangisannya. Jungkook memperhatikan bahu istrinya bergetar saat melangkah menyembunyikan diri dibalik pintu kamar mandi. Sekeras apapun Jungkook, ia tak pernah kuat bertahan dalam egonya sementara sang istrinya menangis. 

"uljima" Jungkook menghapus airmata sang istri 

"jebal uljima" Jungkook mendekap tubuh rapuh sang istri, membiarkan wanita yang paling dicintainya bersandar pada dada "aku minta maaf bertindak terlalu kasar padamu, seharusnya aku bisa lebih mengerti dan menghargaimu. Sungguh kau tak bermaksud menyakitimu apalagi membuatmu menangis.

Kalimat Jungkook nyatanya membuat (y/n) merasa semakin bersalah, airmatanya mengaluir semakin deras disertai isakan. Hal seperti ini benar - benar melukai hati Jungkook dan membuat pria itu merasa bersalah.

"kau benar kook-ah, aku yang egois... seharusnya keluarga kita lebih penting. Aku minta maaf dan berjanji menempatkan dimana seharusnya kalian berada"

"saranghae... nomu saranghae.. mianhae.. uljima.." Jungkook mengecup kepala sang istri

(y/n) menghentikan isakan tangisnya tak ingin membangunkan kedua malaikat kecilnya yang terlelap "aku ingin istirahat"

Jungkook menatap wajah sang istri sambil melepaskan jubah dokter yang masih melekat, lalu mengusap jejak airmata pada wajah cantiknya. Pria itu tersenyum merangkul tubuh wanita itu menuju rajang mereka, lalu mengisi sisi lain ranjang yang kosong. Matanya tak mau terlepas dari wajah manusia yang paling dicintainya selagi berterima kasih pada sang pencipta yang telah mempertemukan mereka.

Forward END

- TBC -

tenang aja gaiss
abis ini bakal balik lagi kaya kemareenn
ini aku bingung mau nulis apa soalnya, tapi kalian pasti nyari klo kelamaan ga update

sorry deh klo tidak memuaskan 

Jangan lupa istarahat ya :)

전정국 imagine (Book 2) {HIATUS}Where stories live. Discover now