성숙한 (Grown up)

2.5K 246 1
                                    

Beware of Typo

Jimin oppa datang lagi menjengukku malam ini, ia membawa serta menu makan malam yang ia beli di sebuah restoran Korea dekat rumah sakit seperti biasa. Kondisiku mulai membaik sejak kejadian gila beberapa hari yang lalu, aku sempat tak sadarkan diri karena terkena trauma ringan. Kalau tidak Jimin oppa pasti selalu ada Hoseok oppa yang datang menemaniku disini, sekedar menghabiskan waktu bercerita tentang hal lucu yang bisa menghibbur hati.

"oppa membeli apa malam ini ?"

"kemarin kau bilang ingin makan mie pedas, jadi aku membelikan menu itu untukmu"

"seperti sudah yang kuduga, Jimin oppa memang terhebat!"

"sudah cepat kemari makan"

Aku bergerak turun dari tempat tidur menuju sofa dimana Jimin oppa tengah sibuk menata makanan yang ia beli pada meja kaca di depannya.

"oppa sudah makan ?" tanganku mengambil satu pangsit goreng berisi daging yang terlihat begitu lezat

"selesai konser aku langsung pergi ke restoran membeli semua ini"

"maaf merepotkan"

"sudah kita makan sekarang" ia memasukkan suapan besar mie ke dalam mulutnya

Bukannya pihak rumah sakit tidak memberi makan malam, aku yang terlalu bosan dengan menu makanan disini. Lagipula Jimin oppa pernah berjanji membelikanku makanan, jadi kugunakan kesempatan itu sekarang.

"hmmm oppa" ada sesuatu yang tiba - tiba teringat dalam kepalaku, sedikit mengganggu sebenarnya

"wae ?" ia melahap dua potong pangsit goreng sekaligus setelah menjawab panggilanku

"apa Jungkook makan dengan baik ?"

Jimin oppa tiba - tiba berhenti mengunyah makanan dalam mulutnya.

"geunyang.. tiba - tiba terpikirkan"

"anak itu.. dia lebih sering pergi makan bersama Taehyung belakangan ini, seharusnya dia makan dengan baik"

"apa dia sudah makan malam hari ini ?"

"tidak tahu, aku kemari selesai konser"

"kalau begitu bisakah oppa menolongku ?"

"apa ? membelikan makanan lagi untukmu ?"

"aniyo.. belikan satu loyang pizza yang Jungkook suka lalu letakkan itu di kamarnya, tambahkan potongan ayam panggang juga kalau bisa. Belakangan ini dia suka sekali menu makan malam seperti itu" aku memperhatikan potongan ayam yang berada di dalam mangkuk mie milikku

"gwenchana ?"

"uhm.. tentu saja ! hahaha.."

"satu loyang pizza dan satu ekor ayam panggang ? baiklah aku akan menyuruh Taehyung untuk pergi membeli"

Jimin oppa mengeluarkan ponsel untuk memanggil sahabatnya yang kemungkinan tengah bersama Jungkook saat ini. 

"hanya itu saja ?" tanyanya padaku sebelum menyelesaikan panggilan

"jangan belikan bir atau cola meskipun dia memintanya"

"jangan belikan bir atau cola, (y/n) akan marah kalau sampai kau memberinya"

Jimin oppa mematikan panggilan setelah urusannya selesai kemudian melanjutkan aktivitas mengisi perutnya malam ini.

"terima kasih banyak oppa, nanti uang penggantinya akan kukirim ke rekeningmu"

"tidak perlu, sudah cepat habiskan makan malammu kemudian pergi istirahat"

Setelah melahap habis menu makan yang di belikan Jimin oppa, aku kembali ke atas ranjang rumah sakit kemudian menyalakan televisi mengusir kejenuhan sementara Jimin oppa sibuk membuang tempat bekas makanan kami.

Ia kembali dan duduk di atas sofa sama seperti tadi, kini ikut menyaksikan tayangan televisi sambil memainkan ponselnya. Biasanya Jimin oppa akan pergi dari sini setelah memastikanku terlelap, atau ia di jemput oleh managernya.

"(y/n)-ah"

"ne oppa ?"

"Bisakah kalian berhenti menyakiti satu sama lain ?"

"Ne ?" aku menekan remote untuk mematikan tayangan televisi karena nampaknya pembicaraan Jimin oppa akan lebih serius

"Kalian.. aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran kalian. Kalian saling mencintai tapi saling melukai."

"Aku.."

"Jungkook.. anak itu.."

"Kenapa ? Ada apa dengannya ?" jujur aku takut sesuatu yang buruk terjadi padanya

"Dia menangis begitu hebat saat konser selesai tadi, aku pikir itu terjadi hanya karena ia terlalu bahagia melihat ARMY yang datang. Namun aku mendapat jawaban lain atas pertanyaan dalam kepalaku setelah kami kembali ke ruang tunggu"

"Ia menangis di akhir konser lagi ?"

"Kali ini aku tak bisa mengatakan ia menangis karena alasan yang sama seperti biasa. Ia menangis begitu hebat dari yang pernah kulihat, dadaku bahkan merasa sesak melihatnya seperti itu" ia meletakkan ponsel yang sedari tadi berada di genggamannya

"Aku menyakitinya lagi"

"(y/n)-ah tidakkah kau sadar baik dirimu dan dirinya saling membutuhkan ? Kau menyiksa dirimu disini dan dia menyiksanya dirinya di tempat lain. Mengapa kalian begitu bodoh ?"

"Aku tidak tahu oppa" aku tidak tahu harus melakukan apa saat ini, bahkan untuk membuka pembicaraan dengannya apabila kami tidak sengaja bertemu

"Kau harus menemuinya"

"Tapi.."

"Atau aku yang akan membawanya kemari"

"Oppa"

"Kalian tidak bisa seperti ini terus, kepalaku hampir pecah memikirkan jalan keluar untuk kalian berdua. Kalian seperti anak kecil yang hanya mementingkan ego masing-masing"

"Aku tidak bermaksud untuk menyakiti siapapun, tidakkah cukup penderitaanku setelah kehilangan malaikat dalam perutmu ?" aku mendadak sedih setiap kali mengingat hal ini

"Lalu kau pikir Jungkook tidak merasakan hal yang sama disana ? kau pikir dia tidak menerita sama sepertimu ?"

"Aku belum bisa bertemu dengannya"

"Pikiran tentang kenangan indah yang kalian buat, jangan terus mengingat keburukan yang terjadi. Aku tak pernah melihatnya rela tersiksa separah ini hanya karena mencintai sesuatu, kalau bukan karena rasa itu, aku yakin ia sudah melepasmu sejak dulu"

"Aku harus apa ?"

"Aku akan membawamu menemui Jungkook besok setelah dokter memastikan kondisimu dan mengijinkan kau kembali"

"Tapi oppa harus berjanji untuk menemaniku disana"

"Aku percaya kau lebih dewasa dari apa yang kau pikirkan, kau tak butuh aku duduk di sana menemanimu" 

Jimin oppa tidak membuka lagi mulutnya atas kalimat apapun yang keluar dari mulutku. Ia duduk dengan tenang dia tas sofa menungguku hingga terlelap di temani ponselnya, sebelum ia berjalan keluar darir uang rawa inap ini.

- TBC -

bukan mimpi bukann

전정국 imagine (Book 2) {HIATUS}Where stories live. Discover now