빅히트 직원 (BigHit employee)

2K 246 19
                                    

Beware of Typo

Moodku malam ini dibuat hancur berantakan akibat ulah seorang wanita yang nampaknya baru saja bergabung dengan tim tata rias Bighit. Seharusnya aku bisa lebih jeli tanda – tanda alam yang datang memperingtkanku sewaktu aku keluar dari rumah membawa Jeongsan. Bagaimana bisa terdengar suara petir menggelegar saat tak ada satupun tanda – tanda hujan sejak matahari muncul hingga terbenam.

Mata wanita sialan itu tak berhenti menatap tajam ke arahku semanjak aku tiba dalam ruang tunggu milik BTS. Mungkiin dalam kepalanya bertanya dengan keras mengapa tak ada satupun staff yang mengusirku keluar dari ruangan sementara Jeongsan baru saja menangis kencang dan cukup mengganggu. Awalnnya aku sama sekali tak tertarik sekalipun menanggapi permainannya, namun amarahku meledak saat konser kedua hari ini selesai dan member BTS kembali ke ruangan.

Wanita itu sengaja menyenggol bahuku untuk menampakkan rasa tidak sukanya saat ia berjalan sambil membawa pakaian ganti untuk Jungkook. Mungkin saja aku dapat memaafkan ketidaksopanannya kalau dia tak berurusan dengan suamiku malam ini. Mataku melirik tajam pergerakan wanita yang tengah berdiri di hadapan suamiku, dari pergerakannya Nampak ia tengah mencari perhatian pada Jungkook yang masih sibuk mengeringkan keringat.

"aku baru tahu seorang tata rias mempunyai tugas sedetail itu sampai harus membantu melepaskan softlens dari artisnya"

Mataku menemukan Jisang yang menyembunyikan tawanya begitu mendengarku memuntahkan kalimat tajam. Masa bodo dengan tatapan mata member BTS lain yang juga melirik ke arahku yang duduk sambil menggendong Jeongsan pada sofa panjang yang digunakan mereka untuk beristirahat.

"tangan Jungkook oppa kotor, aku hanya membantunya. Lagipula memang sudah menjadi tugasku membantu para artis disini, mengapa nona harus kesal seperti itu ?"

Permainan malam ini nampaknya akan menjadi semakin menarik sebab wanita itu baru saja melemparkan kailnya padaku.

"Jungkook oppa??" aku tertawa sinis "aku pikir umurmu bahkan jauh lebih tua dari Jin oppa, bagaimana bisa kau memanggil Jungkook dengan sebutan oppa ?"

Ia sempat melirikku sebelum lanjut membalasku dengan menyindir "urusanku mau memanggil dengan sebutan apa, memangnya nona siapa ?"

Mungkin wanita ini minta dilempar buku nikah yang kusimpan dalam lemari supaya mulutnya berhenti. Mata Jungkook bertemu denganku dan memberi sinyal untuk mengalah dari wanita itu.

"jadi kau baru disini rupanya sampai tak tahu siapa diriku.. pantas saja aku tak pernah melihatmu disini AJUMMA"

"kau memanggilku apa ?!" ia memutar wajahnya "bukankah kau yang lebih pantas dengan sebutan itu ? AJUMMA? Lihatlah siapa yang datang tanpa kartu pengenal membawa anak dan masuk kemari, aku bisa memanggil pihak keamanan untuk mengusirmu keluar kalau aku mau. Seharusnya kau berterima kasih aku belum melakukan itu sampai saat ini, mengingat kelakuanmu yang sangat tidak sopan"

"Hahahaha.. lakukan saja kalau kau mau, kita lihat siapa yang ditarik keluar lebih dulu. Jangan merasa sombong hanya karena kau bekerja untuk BTS, aku bisa membuatmu minta maaf saat aku membuka statusku dan memberitahu padamu siapa anak ini"

Wanita itu terlihat kesal dan tak mampu lagi menahan emosinya, namun pergerakkannya kalak cepat dari Jungkook yang datang menghampiriku. Aku sempat melihat Jimin oppa yang sudah berdiri hendak melerai kami berdua, namun kembali bermain dengan ponselnya saat melihat Jungkook sudah mengambil tindakkan.

"Jungkook oppa mau kemana ? rambutmu belum kering"

Jungkook tak menghiraukan panggilan wanita gila itu, ia mengambil Jeongsan dariku lalu menarik tanganku.

"mengapa aku yang harus mengalah keluar, bukan wanita sialan itu ??" aku melepaskan tanganku dari genggaman Jungkook dan langkah kami semua terhenti saat tengah emlewati lorong area konser

"ikut aku sebentar"

Jungkook terus melangkah melewati lorong yang menuju arah parkiran mobil staf, ia berhenti saat kami melewati pintu dan memberiku sinyal untuk menunjukkan dimana aku memarkirkan mobil. Ia membawaku masuk ke kursi tengah dan menutup pintu mobil setelah menyalakan mesin dan pendingin, Jeongsan masih terlelap nyenyak dalam pelukan ayahnya.

"(y/n)-ah, haruskah kau berkelahi seperti itu ?" tanyanya dengan suara tenang

"dia yang mulai lebih dulu ! jangan salahkan aku"

"aku tidak perduli siapa yang mulai lebih dulu, tapi apakah kau sadar baru saja merusak mood semua orang ? kami baru saja menyelesaikan konser dan seharusnya berbahagia"

"jadi kau mengatakan bahwa aku merusak suasana ??! lalu bagaimana dengan wanita sialan itu ?! mengapa kau membelanya ?"

"aku tidak membela siapapun disini karena kalian berdua salah, yang aku ignin tegaskan hanya jangan melakukan hal semacam itu saat kami tengah berkumpul. Amarahmu bisa saja memancing emosi yang lain, kami seharusnya berbahagia setelah menyelesaikan konser, bukan mendengar perkelahian seperti tadi"

"kau tidak mungkin memulai kalau dia tidak memancing"

"kau seharusnya lebih dewasa dalam emnghadapi situasi seperti itu, kau sekarang sudah menjadi seorang ibu"

"mengapa kau terus menyalahkanku ?!" rasanya aku ingin menangis melihat Jungkook terus menekanku walaupun dengan nada tenangnya

"bukan begitu maksudku sayang" ia meraih pundakku dan menarik tubuhku bersandar pada bahunya

"kau tidak membantuku malah menyalahkanku, aku tidak suka !!"

"aku bukan menyalahkanmu sayangg, aku hanya memberi saran seandainya kau menanggapi masalah tadi secara dewasa. Bukankah kau dirugikan harus marah – marah dan membuang waktu seperti itu ?? kalau kau memang tidak suka ia membantuku, kau bisa menitipkan Jeongsan padaku dan menggantikan pekerjaan noona tadi"

"benarkan! Aku tahu dia lebih tua darimu! Tapi kau membiarkannya memanggilmu dengan manja seperti itu"

"jangan cemburu seperti ini, aku hanya milikmu dan kau tahu itu" ia mencium kepalaku dan tangannya membelai kepalaku

"siapa bilang aku cemburu ? aku hanya mengajarkan wanita itu untuk ..."

"kalau tidak cemburu mengapa harus emosi ? bukankah istriku termasuk orang yang malas berurusan dengan wanita semcam itu ? lagipula kau marah setelah ia membantuku melepaskan lensa"

"ini salahmu juga!!"

"Tanganku tadi kotor, aku takut mataku sakit"

"Mengapa tidak minta bantuan padaku ??"

"kau terlanjut marah sebelum aku meminta"

"alasan saja!"

"lihat aku"

"tidak mau!! Aku kesal padamu"

"lihat aku sayang"

"TIDAK"

"lihat saja sebentar"

"NO"

"Jeon (Y/N)! lihat aku"

"ah dasar menyebalkan" aku terpaksa mengalah dan memutar wajahku

CUP CUP CUP CUP

Seluruh wajahku dihujani ciuman manis olehnya membuat pipiku terasa seperti terbakar karena menahan malu. Bahkan ia berani meninggalkan durasi terpanjang saat bibirnya melahap bibir milikku, mungkin ia berani melakukan itu karena kaca mobil kami cukup gelap dan memberi privasi.

"ayo kita pulang"

"sebentar! aku masih punya satu pertanyaan setelah melihat beberapa akun fansmu"

"apalagi istriku yang cantik ?"

Aku menarik tangan kanannya dan menggulung lengan kemeja atas rasa penasaranku. Sejujurnya tanganku mulai gemetar saat menemuka coretan tinta permanen pada jemari tangannya. Pada akhirnya aku hannya bisa menghela nafas saat mataku berhasil melihat seluruh coretan tinta pada lengan kanannya.

"mengapa kau melakukan ini ? bukankah kau hanya izin pergi makan dengan temanmu saat itu ? mengapa kau menyembunyikan ini ?"

"kita cerita di rumah saja ya sayang" ia memindahkan Jeongsan kembali padaku kemudian berlari menuju kursi kemudi unutk membawa kami pulang kerumah

- TBC -

aku kasih biar pada bisa tidur nyenyak

전정국 imagine (Book 2) {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang