미술 (Art)

1.8K 230 21
                                    

BEWARE OF TYPO

"Sayangggg" suara baritone seorang pria berteriak dari arah ruang makan memanggilku yang tengah sibuk mengganti popok Jeongsan

Tanganku bergerak mempercepat pekerjaan yang tengah kulakukan agar tak membuat pria itu menunggu lama. Aku berjalan membawa serta Jeongsan yang baru saja bersih mandi dan berganti pakaian. Mataku menemukan Jeon Jungkook si pemilik suara tengah berdiri di depan meja makan sambil melipat keduan tangannya di depan dada.

Mukanya masam seperti mencari sesuatu yang tidak berhasil ditemukan olehnya. Mungkin maksudnya memanggilku kemari untuk meminta bantuan atau penjelasan. Saat aku tiba di ruang makan, ia langsung membuka mulut meluncurkan pertanyaan dalam kepalanya.

"Aku lapar sekali"

"Lalu ?"

"Kau tak memasak makanan ?"

"Semua bahan mentahnya ada di lemari es"

"Mengapa tidak memasak makanan hari ini, bukankah kau bangun lebih awal hari ini ?"

"Aku tidak akan memasak sampai kau melunasi hutangmu ?"

"Memang berapa jumlah uang yang kupinjam darimu ? Aku tak ingat kalau meminjam uang darimu" ia mengambil Jeongsan dariku dan bermain bersama anak kesayangannya itu

"Bukan uang tetapi penjelasan"

"Penjelasan apa ?"

Aku menyentuh lengan kanannya dan memberi sedikit tekanan disana, kebetulan ia menggunakan kaos santai hari ini.

"Oh ini, iya memang aku membuatnya kemarin.. maaf lupa memberitahumu"

"Lupa memberitahu atau sengaja menyembunyikan ? Semenjak liburan hari itu sampai sekarang, baru hari ini aku melihatmu menggunakan pakaian selain kemeja atau sweater panjang"

"Jujur aku takut kau marah maka itu aku berusaha keras mencari jalan untuk memberitahumu"

Tanganku menari dua kursi pada meja makan lalu mendorong pundak Jungkook turun untuk duduk pada salah satu kursi tersebut. Aku menarik kursi yang satunya untuk berada lebih dekat dengannya. Mataku memperhatikan semua goresan tinta hitam yang mengisi lengan kanannya, rasa penasaranku bahkan sampai harus menggulung lengan bajunya.

"Apa ini tidak sakit ? Mengapa harus sebanyak ini ?"

Jungkook menatapku datar tanpa membalas pertanyaanku, jariku menunjuk lengannya meminta penjelasan serta jawaban atas pertanyaanku.

"Aku pikir kau akan memarahiku karena membuat ini tanpa ijin darimu"

"Apa gunanya kalau aku marah sekarang ? Lenganmu sudah penuh dengan gambar - gambar yang tak aku mengerti"

"Anggap saja ini seni, aku melakukan ini karena suka"

"Menghapus ini membutuhkan biaya besar lagi, mengapa kau membuang uang untuk hal seperti ini ?"

"Siapa bilang aku akan menghapusnya ?"

"Lalu kau akan mengantar Jeongsan sekolah dengan penampilan seperti ini ?! Kau mau mati di tanganku ?" tanganku menghajar pundak kekarnya menggambarkan kekesalanku

"Aku bisa menutupi ini dengan kemeja panjang, lagipula aku mengantar Jeonsan bersama denganmu"

"Tidak bisa, aku harus kembali melanjutkan dan menyelesaikan kuliah. Selesai nanti juga aku berencana melamar kerja pada salah satu rumah sakit di tengah kota"

"Bekerja di rumah sakit bukankah tidak memiliki waktu libur ?"

"Aku tetap akan melakukannya walaupun kau tidak setuju, anggap saja kita impas dlam hal ini"

"Lalu siapa yang akan menjaga Jeongsan ?"

"Kau"

"Aku ??"

"Siapa lagi ? Hanya sementara saja sampi anak ini sekolah, kau bisa meminta member BTS gantian menjaga Jeongsan, mereka juga pasti suka"

"Bagaimana kalau kita semua sibuk ?"

"Jangan mencoba mencari alasan Jeon Jungkook, BigHit tidak hanya menyewa satu atau dua orang untuk dijadikan manager kalian"

"Ya tetapi.."

"Hanya sampai Jeongsan sekolah saja sayang , setelah itu kita bisa menggunakan jasa penitipan anak di sekolahnya" tanganku mengusap wajahnya setelah puas menyentuh seluruh goresn tinta pada lengan kanannya

"Kalau kau jadi dokter itu artinya kita kan jarang bertemu, dokter yang kutahu banyak menghabiskan waktu untuk pekerjaan bahkn jarang kembali ke rumah. Bagaimana klau seandainya aku merindukanmu ?" sorot matanya menjadi sendu

"Kau bisa datang bersama Jeongsan ke rumah sakit tempatku bekerja, aku akan memeriksa kesehatan kalian tanpa perlu mengambil nomor antrian. Bukankah itu menarik ??"

"Apanya yang menarik ?! Menyebalkan mendengar rumah sakit"

"Jangan seperti itu.. rumah sakit mimpiku sejak kecil" tanganku berpindah dari wajah ke atas kepalanya, merasakan helaian rambut hitam yang semakin tebal

"Kalau begitu kita buka saja klinik untukmu dekat dari sini, jadi kau tak harus berjalan jauh ke tenga kota dan meninggalkan Jeongsan"

"Jangan buang uangmu lagi tuan miliyader, aku hanya ingin mewujudkan mimpiku sama sepertimu"

"Tapi..."

"Ah sudahlah tidak perlu dibahas lagi, aku harus memasak makanan bukankah kau berteriak kelaparan tadi ?"

Aku berjalan ke arah dapur meninggalkan Jeongsan bersama ayahnya yang kini berpindah ke sofa mencari posisi lebih nyaman. Tanganku menarik pintu lemari pendingin lalu mengeluarkan bahan - bahan mentah dari sana sambil memikirkan menu makanan yang ingin kumasak hari ini.

"Kau ingin makan apa ?"

"Apa sha yng mudh dibuat, lagipula sebentar lagi aku harus ke dorm bertemu dengan yang lainnya ?"

"Mengapa tidak memberitahuku kalau kau ingin pergi kesana ?"

"Aku juga baru diberitahu Namjoon hyung"

"Kalau begitu aku siapkan gimbap dan tteok saja"

"Bagaimana kalau kita pergi keluar membeli makanan siap saji saja ?"

Aku menghela nafas kasar begitu mendengar kalimatnya, bukannya tidak setuju tetapi aku terlanjur memotong sayuran.

"Kia beli makan saja diluar, banyak orang disana mana mungkin kau menyiapkan makanan untuk orang sebanyak itu ?"

"Mengapa tidak kau katakan sebelum aku mengeluarkan semua bahan ini ?"

"Sudah sudah tinggalkan saja biar aku yang merapihkan, sana pergi mandi dan berganti baju lalu ambilkan dompetku, jangan lupa kunci mobil" ia meletakkan Jeongsan pada mesin pengayun bayi otomatis yang baru dibelinya beberapa hari lalu

- TBC -

전정국 imagine (Book 2) {HIATUS}Where stories live. Discover now