놀람에 놀라다 (Surprised by surprise)

1.5K 208 31
                                    

Beware of typo

3rd P.O.V

(y/n) kini sudah berada dalam mobil mahal pemberian sang suami, tangannya tak mau berhenti mengetuk - ngetuk kemudi sebab tak tenang memikirkan amukan sang suami. Doanya hanya agar masalah keluarganya ini segera selesai tanpa memancing keributan yang lebih besar lainnya. Ada ketakutan dalam dirinya saat melangkah masuk menuju satu pintu familiar baginya, namun ia memilih untuk menjadi lebih dewasa menghadapi masalah keluarga kecilnya.

Nampaknya keberuntungan sedang berputar di sekelilingnya, tadi dengan mudahnya ia mendapat petunjuk keberadaan sang suami, dan kini pintu di depannya terbuka begitu saja padahal belum tersentuh. Pintu dibuka oleh Kim Seokjin yang hendak pergi bekerja menyusul yang lain, namun sepertinya akan tertunda beberapa saat begitu menemukan (y/n) di depan dorm mereka. Tanpa ditanya ia tahu tujuan (y/n) datang membawa barang - barang mengisi penud kedua tangannya.

"dia tidak pergi kerja dan hanya duduk menonto televisi diruang tengah" Seokjin bergeser memberi jalan bagi (y/n)

"oppa sudah makan ?"

"beri saja pada suamimu, aku akan makan dikantor"

(y/n) berjalan menuju ruang yang dimaksud Seokjin setelah pria itu pergi bersama sang manager yang menunggunya dalam mobil. Matanya menemukan sosok yang dicari tengah memejamkan mata padahal layar televisi sibuk bekerja di hadapannya. Tubuhnya mengambil tempat terdekat dari pria itu, kemudian meletakkan barang - barang yang memenuhi kedua tangannya.

"kau tidak pergi kerja ? apakah sakit ?"

Jungkook terbangun dari tidur palsunya begitu sang istri melontarkan pertanyaan.Matanya terbuka dengan malas lalu tangannya terulur mematikan layar televisi di depannya.

"kau tak mau berbicara denganku ?"

Jungkook melirik botol - botl soju yang dibawakan (y/n), membuka satu untuk dirinya dan menenggak cairan itu tanpa perduli penilaian sang istri. 

"kau lapar tidak ? aku membawakan beberapa makanan untukmu tapi sepertinya sudah dingin, sebaiknya aku panaskan sebentar"

Lengan (y/n) ditahan oleh sang suami padahal ia baru saja hendak melangkah menuju dapur.

"aku minta maaf Jungkook" (y/n) tidak lagi tahan dengan perlakuan dingin suaminya, tapi tak mau rasa ego mengacau suasana

"tinggalkan saja makanannya" Jungkook meraih botol soju yang lain lalu berjalan menuju pintu kamarnya

"aku akan pulang malam, jangan menungguku"

Pria itu menghilang dibalik pintu kamarnya yang terkunci rapat, (y/n) sadar bahwa kehadirannya hanya akan merusak suasana maka ia memilih untuk pergi dari sana. Menyempatkan diri menjemput sang anak yang dititipkan pada dua orang pria baik hati yang mau mengorbankan jam kerja mereka sebelum kembali ke rumahnya.

Bangunan mewah miliknya ini terasa begitu sepi tanpa kehadiran sang suami ditambah anaknya tertidur pulas dalam keranjang bayi. Perutnya belum terisi sejak pagi tadi tapi tak terasa lapar sampai sore ini, padahal untuk ukuran manusia normal seharusnya sudah mengamuk kelaparan. Ia duduk diatas sofa hangat ruang tengah sambil memeluk kaki dan menyandarkan wajahnya diatas lutut, matanya tenang memperhatikkan salju - salju yang turun menutupi taman belakang rumah.

Mesin penghangat ruangan menjadi satu - satunya teman yang ia miliki, mulutnya ingin berbicara namun bingung tak menemukan lawan. Sayup - sayup kelopak mata kian memberat namin ia masih bertahan pada posisinya, tak berniat pindah keatas kasur mahal dalam kamar. Kesadarannya perlahan menghilang bersamaan dengan matahari yang berlari malu bersembunyi tergantikan indahnya bulam malam hari.

Tentu saja tidurnya tidak akan nyenyak dengan posisi seperti itu, yang ada tubuhnya sakit saat terbangun nanti. Tapi rasa perdulinya menghilang semenjak kepalanya menyadari betapa pentingnya komunikasi dilakukan antara suami istri meski tentang hal terkecil sekalipun. Bahkan bernafas dalam posisi seperti itu terlihat begitu menyiksa, pergerakan dada seakan terbatasi dengan kuatnya otot paha yang menahan.

Jarum jam terasa berputar begitu cepat hingga telinganya menangkap suara mesin mobil yang memasuki garasi. (y/n) tersadar dan bergegas membukakan pintu untuk sosok pria yang ditunggunya, tak perduli rasa nyeri pada lutut dan sakit kepala yang datang. Senyumnya cerah menyambut langkah kaki Jungkook yang masuk ke dalam rumah mereka, namun sedihnya ia seperti tak dianggap oleh sang suami.

Pria itu melepas sepatunya asal lalu melenggang masuk ke dalam kamar mereka tanpa ekspresi maupun sebuah salam. (y/n) meyakinkan diri untuk kembali mengejar pria yang dicintainya ke dalam kamar, di dapati sang suami tengah menggendong Jeongsan putra mereka. (y/n) tak mau merusak momen bahagia ini, ia memilih untuk menunggu kembali diatas sofa ruang tengah.

Belum ada lima menit ia kembali dalam posisi semulanya, sang suami keluar menuju dapur dan menenggak air dingin. Suasana hati wanita itu menjadi jauh lebih baik walaupun namanya tak disebutkan seperti harapannya. Matanya berbinar terang saat langkah kaki Jungkook menuju arahnya, senyumnya mengembang berpikir akan ada titik terang bagi mereka.

Tangan suami terulur meletakkan berkas dan sebuah pasport diatas meja yang berada di hadapannya, pikirannya mungkin saja ia akan meminta maaf dan mengajak keluarga kecilnya pergi liburan menikmati akhir tahun. (y/n) membaca dua nama yang tertera dalam berkas yang ia yakini merupakan tiket pesawat satu kali jalan yang baru dibeli.

"tadinya aku berencana memberi kejutan tapi suasananya sedang tidak baik" ujar Jungkook masih berdiri di tempatnya

"mengapa hanya ada namaku dan Jeongsan ? dimana milikmu ?"

Jungkook menghela nafas dan mengusap wajahnya kasar "pergilah berdua, anggap saja itu hadiah liburanmu, bukankah kau butuh ?"

"tanpamu ??" (y/n) memandang Jungkook dan berusaha untuk tetap kuat walau matanya mulai terasa perih "Jungkook"

"kami masih ada jadwal mengisi acara akhir tahun, kemarin kau yang bilang sendiri kalau aku tak boleh merelakan hasil kerja kerasku bukan ?"

Untuk pertama kalinya (y/n) membenci kalimatnya yang sok bijaksana itu, ia bersumpah tak akan berlagak dewasa kalau tahu kalimat itu menjadi pisau bagi dirinya.

"aku akan menunggumu, kita masih bisa mengundur jadwal keberangkatannya"

"jangan.. itu membutuhkan tanbahan biaya, dan kau tak suka menghamburkan uang untuk hal tak berguna" Jungkook merasa urusannya telah selesai, ia memutar tubuh melangkah menjauh

"Jung.."

"selamat berlibur"

"Jungkook.. aku dengan tulus meminta maaf padamu" (y/n) sempat menahan tangan suaminya sebelum pria itu masuk ke kamar

Jungkook mengangguk walau ekspresinya sedingin batu es "jaga kesehatan kalian, sampaikan salamku pada keluargamu"

"aku akan tidur di kamar tamu malam ini, lagipula Jeongsan rindu pada ayahnya" (y/n) akhirnya mengalah lagi malma ini walaupun dalam kepala memaki keputusannya

- TBC -

hayooo gak pada tidur yaa

전정국 imagine (Book 2) {HIATUS}Where stories live. Discover now