반말 (Banmal)

2.3K 251 8
                                    

Beware of Typo

Aku tak bisa tidur dengan nyenyak malam ini, kini waktu sudah meunjukkan pukul dua pagi. Jungkook sudah tertidur dengan lelap di sampingku, bahkan bajunya sudah terlepas menghilang entah kemana seperti biasanya. Pinggang belakangku terasa sakit dan panas sebab gaya tidurku yang tidak kunjung berganti, tak hanya itu perut depanku juga seakan tengah menangis kencang.

Perdebatan mulai terjadi dalam kepalaku, perutku meminta untuk membangunkan sosok pria yang tengah terlelap nyenyak, namun hatiku tidak sanggup mengganggu tidurnya. Tombol lampu berada dekat dengan kepala Jungkook, yang berarti keputusan apapun ynag kubuat pada akhirnya tetap akan mengganggu tidurnya.

"Jungkook" aku mengusap pipi Jungkook dan memanggil namanya setengah berbisik

Ia mengerjapkan matanya lalu memutar tubuhnya membelakangiku, padahal kukira ia akan terbangun begitu aku mencoba. Aku bergeser mendekat padanya untuk mencoba kembali sambil berdoa ia akan terbangun setelah mendengar panggilanku kedua kalinya. Aku kembali menyebutkan nama pria ini sambil menyentuh bagian wajahnya.

"Jungkook"

"hmm ?" ia menggerakkan kepalanya namun belum membuka satupun kelopak mata

"aku ingin meminta bantuan padamu"

"hmm" ia meraba dinding menekan tombol lampu kemudian merubah tubuhnya ke posisi duduk

"aku lapar tiba - tiba saja ingin ramyeon, bisakah kau membuatkan satu untukku ?"

Ia mengintip denga satu mata, mencari ponsel miliknya yang tertinggal di atas meja untuk memeriksa jam. Setelah itu ia turun dari tempat tidur tanpa berkomentar, mengisir rambutnya ke belakang karena menutupi pandangan. Aku bisa melihat lampu ruangan di depan kamar melalui pintu kamar yang tak tertutup rapat.

Sedikit merasa bersalah sebenarnya melihat Jungkook yang terganggu jam istirahatnya karena memenuhi keinginanku. Aku memutuskan untuk menyusul Jungkook dan menemaninya di dapur sambil memasak menu permintaanku. Jungkook tengah menunggu air dalam panci mendidih, ia berdiri sambil menutup matanya karena masih dalam pengaruh rasa kantuk. Aku berdiri di hadapannya sambil mengusapkan jariku pada pipinya yang masih sedikit membengkak karena baru bangun tidur.

"maaf merepotkanmu, Jungkook"

Ia membuka mata hanya untuk memasukkan ramyen instan yang sudah di keluarkan dari bungkusnya ke dalam panci berisi air mendidih. Kemudian berjalan mengambil sebutir telur ayam dari dalam lemari pendingin, serta mengeluarkan sebuah penggorengan kecil dari rak penyimpanan alat masak di atas kompor. Ia memecahkan telur itu di atas penggorengan yang sebelumnya sudah berisi minyak panas.

"kau memasak satu bungkus saja ? apa kau tidak ingin makan juga ?" aku mengusap pipinya berusaha membangunkan pria ini

"tidak" jawabnya sambil membalikkan telur yang berada di atas penggorengan panas, kemudian mengaduk mie instan yang tengah di masaknya

"terima kasih Jungkook" aku menyiapkan mangkuk beserta piring bersih di samping kompor, kemudian duduk manis menunggu hasil masakan Jungkook di meja makan

Jungkook menyusulku dengan dua kreasinya di tangan, tak lupa menuangkan segelas air untukku setelah meletakkan hasil masakannya. Kemudian ia mengambil satu susu pisang dari dalam lemari pendingin sebelum duduk bersamaku di meja makan. Aku segera melahap suapan pertama dengan besar karena lagi bisa menahan rasa lapar.

"oh ya, beberapa hari ini kau selalu menyebut namaku dengan santai"

"hmm, wae ?"

"kau bahkan menggunakan banmal denganku"

"lalu ?" tanyaku sambil menyantap suapan besar kedua

"satu tahun itu juga masih terhitung perbedaan umur, dasar anak nakal"

"jadi kau membahas perbedaan umur ?"

"memangnya kau dengar aku membahas tumbuhan di luar ?"

"Jungkook.. umur kita memang berbeda satu tahun, tetapi ulang tahunku lebih dulu darimu. itu artinya saat umurku bertambah maka aku punya waktu beberapa bulan untuk menggunakan banmal karena umur kita sama"

"tetap saja tidak sopan" ia melempar sampah kotak susu pisang ke tempat sampah

"jadi kau marah padaku ?"

"tidak hanya kesal saja, meskipun penjelasanmu ada benarnya"

"kesal ? lalu bagaimana perasaan Jimin oppa saat kau menjahilinya ?"

"kalau itu beda cerita" ia mencuri satu suapan mie instan milikku

"dasar nakal"

"yang nakal itu kau, licik pada suami sendiri"

"ah sudahlah, aku tak mau bernegosiasi tentang hal ini denganmu.."

Aku lanjut melahap makananku sambil mendengar celotehan dari Jungkook yang protes karena tidak suka dengan perlakuanku. Bahkan sampai aku mencuci piring kotor dan alat masak, ia masih terus mengoceh padahal tidak kutanggapi lagi. Aku berjalan meninggalkannya di dapur begitu tugasku selesai, menekan tombol lampu ruang dapur dan tengah sebelum kembali ke kamar. 

"yaa!!" Jungkook berlari menyusulku ke kamar sebelum aku menutup pintu

- TBC -

전정국 imagine (Book 2) {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang