목 (Throat)

1.8K 230 17
                                    

Made by request from caimengalir

Beware of Typo

#flashback

Jungkook kembali dari jadwal shootingnya hari ini dengan muka masam, tidak biasanya ia kembali dengan aura segelap ini. Bukankah pria ini menyukai berada di depan kamera ? biasanya juga saat kembali semangatnya akan sama seperti sebelum ia meninggalkan rumah. Atau mulutnya tidak akan berhenti mengoceh sejak langkah pertama masuk melewati pintu rumah, ia akan bercerita dari a - z cerita - cerita - cerita semasa syutingnya berlangsung.

Kalimat sambutanku tertahan kala melihat suasana hatinya yang sedang buruk, hanya senyuman kecil yang dapat kuberi sebagai sambutan. Tangannya melempar tas hitam bernilai belasan juta ke lantai, sebenarnya yang kutakuti bukan rusaknya tas tetapi sura keras itu membangunkan Jeongsan baru saja tidur. Anak itu tengah rewel sebab seharian tidak bertemu ayahnya, maka itu aku temani agar lebih cepat tidur.

Jungkook menatapku sejenak saat kami berpapasan di depan pintu kamar, langkahnya memutar ke arah dapur lebih tepatnya mesin pendingin dekat meja makan. Tanganku menarik perlahan pintu kamar untuk menutupnya tanpa menimbulkan suara, melangkah sedikit untuk mengambil tas jungkook yang sengaja di tinggal dekat pintu kemudian baru berjalan menyusul ke tempat sang pemilik tas kini berada. Jungkook terlihat tengah memijat tengkuk dan bahunya selesai ia menenggak habis sebotol air dingin, tubuhnya merekat pada sandaran kursi meja makan dan nampak begitu berat.

"wae ?? ada kejadian buruk saat syuting ?" ia memutar wajahnya menghadapku yang kebetulan sedang meletakkan tas mahal miliknya di atas sofa

Pertanyaanku hanya dibalas dengan hembusan nafas kasar, pikirku saat ini hanya aku harus datang dan berada di dekatnya. Setidaknya aku membantu menenangkan walaupun tidak dapat memecahkan masalah yang ia alami hari ini. Saat ia sadar aku berdiri tepat di sampingnya, tangannya langsung melingkar di sekitar pinggangku dan wajahnya menyandar pada perutku.

"kau membuat kesalahan lalu dimarahi saat syuting ?"

ia menggelengkan kepalanya

"merusak properti ?"

kepalanya bergerak serupa

"ponselmu jatuh lagi ?"

jawabannya masih sama

"kau berkelahi dengan member BTS ?"

"bukan" akhirnya ia menjawab walaupun berbisik

"lalu apa yang terjadi ?? kalau kau tidak bercerita bagaimana kutahu masalahmu ??" tanganku menarik wajahnya agar aku bisa membaca permasalahannya dari raut wajah

Bibirnya cemberut seperti anak sd yang ditinggal bermain "sakit"

"apa yang sakit ?"

ia menunjuk tenggorakannya

"mengapa bisa sakit ? kau terlalu banyak makan makanan berminyak ? atau meminum soda ?"

ia kembali menjawab hanya dengan gerakan kepala, tanganku merogoh saku celana mengambil benda persegi untuk membantuku memecahkan masalah, Nomor kontak Jimin oppa muncul paling awal dari semua opsi kontak yang ada dalam kepalaku. 

"oppa kalian syuting seperti apa hari ini ?" aku tak memberinya kesempatan untuk memberi salam

"wae ?? kita syuting reality show seperti biasa, memangnya ada apa ?"

"mengapa Jungkook kembali dengan keadaan sakit ?" ai menatap pria yang menyembunyikan wajahnya kembali 

"Jungkook sakit ?? terakhir sebelum ia pulang saja masih bisa tertawa bersama PD-nim, aku tak tahu bagaimana anak itu bisa sakit. apakah sakitnya parah ?"

"aku juga bingun, ia tak menjawab pertanyaanku hanya berbisik mengatakan sakit sambil menunjjuk lehernya" tanganku terus mengusap kepalanya

"aaahhh!! pantas saja sakit"

"ide permainan seperti apa yang kalian pilih sampai ia sakit seperti ini ?"

"kita bermain tebak - tebakkan seperti biasa, hanya saja suamimu itu terlalu bersemangat.. ia terus - terus berteriak bahkan aku sempat menegurnya saat istirahat, apa sakitnya parah ?? mau kujemput ke rumah sakit ??"

"aniyo oppa tidak perlu merepotkan, biar aku urus sendiri saja"

"eohh.. geurae"

"terima kasih banyak oppa, maaf mengganggu jam istirahatmu"

Aku meletakkan ponselku diatas meja makan begitu panggilan berakhir "hei Jeon Jungkook, kau sakit karena ulahmu sendiri bukan ?"

Jungkook diam masih menyembunyikan wajahnya

"lepaskan aku sebentar"

ia menggeleng kembali

"augh!! sebentar saja" aku melepaskan diri paksa walaupun wajahnya cemberut tidak suka dengan keputusanku.

Tanganku bergerak cepat menuang air hangat dan mencamputnya dengan beberapa sendok madu yang kebetulan baru kubeli siang tadi. Melangkah kembali mendekati Jungkook sambil mengaduk cairan pertolongan pertama yang terlintas dalam kepalaku.

"minumlah"

Ia menuruti perintahku bahkan menenggak habis seluruh isinya dalam sekali tenggakan. Ia mengembalikan cangkirnya sambil menunduk, mungkin takut karena sadar kalau sakit itu sebab ulahnya sendiri. Tangannya meraih pinggangku untuk kembali pada posisi awal, wajahnya kembali disembunyikan menghindari tatapan mataku.

"masih mau berteriak sehabis ini ?"

ia menggeleng

"main vocal BTS sakit tenggorokan, berita lucu semacam apa itu ??"

"mian" bisiknya

"aku pusing meliihat kelakuanmu yang seperti kanak - kanak, mengapa tidak mendengar nasihat Jimin oppa ?"

Jujur aku sedih melihatnya sakit tetapi disisi lain aku juga harus tegas mendidiknya, ia keluar dari rumah dalam usia yang sangat muda. Ajaran orang tuanya mungkin tak bisa selalu digunakan dalam segala situasi, kemarahan ayahnya mungkin hanya tentang anak kecil yang berbuat kesalahan. Masa remajanya ia habiskan dengan berjuang tanpa ada satupun anggota keluarga yang bisa ia lihat bahkan saat membuka mata di pagi hari.

"sudah sana cepat ke kamar pergi istirahat, hati - hati jangan sampai membangunkan Jeongsan.. aku harus mencuci gelas dan merapihkan meja makan sebentar"

"ayo pergi bersama" ia memohon dengan suara bergetar karena takut melihatku marah

"arasseo, cepat berdiri sebab aku tak mau menggendong tubuhmu yang auh lebih berat dariku"

Ia berdiri dan merapihkan kursi meja makan

"ambil tasmu" perintahku sambil mengembalikan gelas kotor ke wastafel dapur

"ayoo" rengeknya berdiri di dekat lorong rumah

"kalau tak ingat kau sedang sakit, tanganku sudah melayang untuk menghajarmu" ocehku berjalan ke arahnya

Ia mengeratkan tangannya pada lenganku "jangan marah - marah aku takut"

Tombol lampu menjadi sasaran kekesalanku menghadapi bayi besar yang lagi - lagi berulah.

#flashbackend

- TBC -


전정국 imagine (Book 2) {HIATUS}Where stories live. Discover now