신발 (Shoes)

2.3K 259 10
                                    

BEWARE OF TYPO

Rumahku sudah tiga hari terlihat seperti tak berpenghuni, walaupun ruangan menyala terang pada waktunya. Kami tidak pergi keluar meninggalkan bangunan ini, tetapi sebaliknya dua puluh empat jam berada di dalam. Aku bergerak keluar mencuci pakaian kotor, menyiapkan makan, selebihnya lebih banyak berada di dalam kamar membaca buku atau beristirahat.

Jeon Jungkook anak itu benar - benar menghilang dari peredaran, ia turun hanya mengambil mie instan dan botol air dingin kemudian menghilang di balik pintu ruang gamingnya. Ia bangun lebih awal dari biasanya hanya untuk mencuci pakaian dan membersihkan rumah, setelah itu menghilang dalam ruangan bersama teknologi - teknologi yang kuhadiahkan. Aku kini tengah memijat pelipis kepala saat menemukan sepatunya berserakan di lantai ruang penyimpanan pakaian.

Berpuluh- puluh pasang sepatu di biarkan berserakan di lantai sementara sang pemilik tengah menghabiskan listrik rumah dari lantai atas. Sebenarnya bisa saja aku mereapihkan semua sepatu ini, tapi untuk duduk saja kini sulit karena perutku yang besar. Kemarin ia baru saja mengirim sepuluh pasang sepatu baru lagi dari dormnya, semuanya ia tinggal begitu saja bertumpuk dengan sepatu lama yang sudah tertata rapih lebih awal.

"JUNGKOOK!!" seruku dari depan pintu kamar

Menunggu beberapa menit tak mendapat jawaban darinya, aku terpaksa harus naik menghampirinya. Aku tak habis pikir kalau saja ia benar - benar memasang peredam suara dalam ruangan seperti yang ia bayangkan kemarin malam. Perlahan aku menaiki anak tangga dari lantai bawah menuju ruangan yang berada pada lantai kedua rumah ini.

Saat aku membuka ruangan ia tengah seru bermain menatap layar monitor besar, telinganya tertutup headphone mahal miliknya jadi pantas saja suaraku tak terdengar. Aku menutup pintu lalu berjalan meraih headphone yang menutupi pada kedua telinganya. Ia terlihat terkejut dan kesal karena ada yang mengganggu permainannya, namun saat menatap wajahku ia langsung meredam kembali amarahnya.

"mau sampai kapan berada disini ?"

"satu game lagi sayang, bolehkah ?"

"matikan semuanya sekarang, buang sampah ini dan bawa piring kotornya ke bawah" aku melipat tanganku di depan dada menunggunya mengerjakan semua perintahku

"satu game lagi tanggung sekali kalau di matikan sekarang"

"sudah berapa hari kau di atas sini ? kurasa kau bahkan tak tahu kalau aku hampir melahirkan di bawah sana"

"Apa sudah kontraksi ?!" ia melompat berdiri dari kursinya

"aughh!! ini baru tujuh bulan, masih  ada satu bulan lebih untuk mendapat kontraksi.. aku bisa gila melihatmu seperti ini"

"kau bilang hampir melahirkan"

Aku menarik nafas panjang merasakan kepalaku berdenyut setelah menanggapi kalimatnya "CEPAT MATIKAN INI SEMUA!"

"satu game lagi boleh ya ?? aku janji aka mematikan ini semua setelah satu game lagi" ia melingkarkan tangannya memelukku sambil memasang muka imut agar permintaanya di kabulkan

"matikan gamemu atau aku adukan pada eomma"

Ia menunduk cemberut perlahan melepaskan pelukannya "padahal hanya satu game lagi"

"AUGH!! CEPAT! RAPIHKAN SEPATUMU DI BAWAH! ATAU KUBUANG SEMUANYA TERMASUK SEMUA BENDA DALAM RUANGAN INI!!"

Aku beranjak kesal dari dalam ruangan, rasanya kepalaku sudah mendidih hanya karena menanggapi pembicaraannya.

"HANYA 5 MENIT !! KALAU KAU TAK TURUN DALAM WAKTU 5 MENIT, SEPATUMU BENAR - BENAR KUBUANG KELUAR SEMUANYA" seruku sambil menuruni anak tangga

Tak sampai kakiku menyentuh anak tangga terakhir, Jungkook sudah berlari keluar dari kamar menyusulku. Ia langsung berlari masuk ke kamar menuju tumpukan sepatunya dan merapihkan semua benda yang berserakan itu. Aku berbelok ke arah ruang tengah berencana menyaksikan tayangan televisi sambil menunggu laporan darinya.

Setengah jam menunggu akhirnya pria itu muncul menghampiriku, rambut pada dahinya basah oleh keringat. Ia menarik keluar sebotol air mineral dingin kemudian berjalan menyusulku yang masih duduk dengan tenang di sofa asik menyaksikan tayangan televisi.

Aku sengaja tak memutar wajahku mencari pandangan mata darinya sebab aku masih berusaha memainkan drama seakan aku marah padanya. Walaupun sebenarnya aku tahu ia tak akan perduli seberapa marahnya aku kali ini, ia bahkan kini bisa dengan santainya merebahkan tubuh di sofa kemudian menyandarkan kepalanya di atas pangkuanku. Tangannya mengelus perutku yang tepat berada di depan wajahnya, matanya melirik wajahku beberapa kali hendak memastikan apakah ia berhasil menarik perhatian.

"mau apa ?" aku mematikan televisi dan meletakkan remotenya di sampingku

"maaf" jawabnya sambil cemberut 

"hmmm mari kita pikirkan hukuman apa yang pantas untukmu" jariku mengumpulkan rambut panjang yang menutupi wajahnya

"bagaimana kalau kita pergi makan daging ? kau bisa pesan sebanyak yang kau mau, menu apapun itu terserahmu"

"tapi aku tidak ingin makan daging" rambut - rambut yang berhasil aku kumpulkan kini terikat oleh ikat rambut berwarna pink milikku

"aku tahu aku salah, jadi maafkan aku yah"

"aku akan memaafkanmu dengan satu syarat"

"apa ?" ia memainkan tangan kirinya menyentuh lenganku, seperti anak kecil yang memohon di belikan gulali

"dilarang main sampai anakmu lahir"

"lama sekali !"

"oh!! kalau begitu kau dilarang bermain sampai anakmu berumur satu tahun"

Bibirnya yang tengah cemberut bertambah panjang setelah mendengar kalimatku, wajahnya di sembunyikan ke dalam perutku seakan tengah mengadu pada anaknya.

"jadi kau pilih yang mana ?" tanganku mengelus rambut halus pada kepalanya

Ia menjauhkan wajahnya dair perutku "yasudah sampai anak kita lahir saja"

"tapi aku seperti merasa tidak ada ketulusan dalam ucapanmu yang barusan"

Jungkook menarik tubuhnya ke posisi duduk menghadapku, kemudian kedua tangannya mengambil tanganku. 

"nyonya (y/f/n) yang terhormat, aku Jeon Jungkook menyatakan bersalah atas tindakanku dan menerima perjanjian konsekuensi yang anda tawarkan dengan lapang dada."

"bagaimana kalau kau kedapatan melanggar perjanjian ?"

"kau boleh menjual semuanya"

"benar ??"

Ia sempat menjeda jawaban sebelum akhirnya mengangguk "iya iyaa"

"yasudah kemari dulu, aku tak tahan melihat wajah masammu seperti itu, jelek sekali rasanya" aku merentangkan tangan menariknya ke dalam pelukanku

"sayang"

"hmm ?" aku kembali menyalakan televisi mencari siaran menarik

"besok aku ijin pergi keluar bersama teman - temanku ya"

"dengan siapa ?"

"hmmm Yugyeom, Eunwoo, dan mungkin Mingyu"

"itu saja ?"

ia mengangguk

"memangnya kalian mau pergi kemana ?"

"mungkin pergi makan malam bersama"

"selesai makan kau harus langsung kembali ke rumah, mengerti ?"

ia mengangguk lagi

"tidak boleh minum alkohol sampai mabuk, ingat ya"

"iya sayangku"

"kalau kau mabuk maka aku akan menambahkan hukumanmu! ingat itu ya, Jeon Jungkook! aku tak mau sibuk terus - menerus mengingatkanmu ini dan itu, sementara kau sudah dewasa bahkan sebentar lagi akan menjadi seorang ayah"

"iya istriku yang paling cantik" Ia memelukku erat dan menyandarkan wajahnya pada ceruk leherku, bersandar seperti bayi koala yang tak mau lepas dari induknya.

- TBC -

전정국 imagine (Book 2) {HIATUS}Where stories live. Discover now